Hoax Vaksinasi Bikin Kasus Corona di Amerika Serikat Melonjak
Jumlah kasus virus Corona (COVID-19) di Amerika Serikat (AS) meningkat nyaris tiga kali lipat dalam dua pekan terakhir. Hal ini terjadi di tengah gempuran disinformasi dan hoaks soal vaksin.
Meningkatnya jumlah kasus semakin membebani rumah sakit, membuat para dokter kelelahan. Kondisi ini juga mendorong para pendeta di AS ikut turun tangan.
"Staf-staf kita, mereka frustrasi," ucap Direktur Pencegahan Infeksi pada UF Health Jacksonville, Chad Neilsen, seperti dilansir Associated Press, Kamis (22/7/2021).
UF Health Jacksonville merupakan sebuah rumah sakit di Florida, AS, yang terpaksa membatalkan jadwal operasi dan prosedur medis lainnya setelah jumlah pasien Corona yang dirawat inap melonjak menjadi 134 orang, dari tadinya 16 orang pada pertengahan Mei. Kebanyakan pasien yang dirawat itu belum divaksin Corona.
"Mereka lelah. Mereka berpikir ini deja vu sekali lagi, dan ada sejumlah kemarahan karena kita tahu ini di seluruh wilayah AS,"
Menurut data Johns Hopkins University, jumlah rata-rata tambahan kasus harian selama tujuh hari melonjak dalam dua pekan terakhir. Dengan jumlah menjadi lebih dari 37.000 kasus pada Selasa (20/7) waktu setempat, dari sebelumnya kurang dari 13.700 kasus pada 6 Juli.
Data otoritas kesehatan setempat menunjukkan lonjakan kasus nyaris seluruhnya melibatkan orang-orang yang belum divaksin Corona.
"Ini seperti melihat kecelakaan mobil sebelum terjadi," ucap Dr James Williams selaku associated professor klinis untuk pengobatan darurat pada Texas Tech, yang kini merawat lebih banyak pasien Corona. "Tidak ada dari kita yang ingin melalui ini lagi," imbuhnya.
Dia menambahkan bahwa kebanyakan pasien Corona yang dirawat berusia lebih muda -- antara 20-an hingga 40-an tahun -- dan sebagian besar belum divaksin.
Para pejabat kesehatan setempat menyalahkan varian Delta yang sangat mudah menular dan lambannya laju vaksinasi Corona di AS. Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menunjukkan baru 56,2 persen warga AS yang telah mendapatkan setidaknya satu dosis suntikan vaksin Corona.
Di negara bagian Louisiana, otoritas kesehatan melaporkan 5.388 kasus baru Corona pada Rabu (21/7) waktu setempat -- angka harian tertinggi ketiga sejak pandemi. Angka rawat inap pasien Corona di negara bagian ini juga naik menjadi 844 kasus, dari 600 kasus pada pertengahan Juni.
Negara bagian Utah melaporkan 295 kasus rawat inap akibat Corona -- jumlah tertinggi sejak Februari. Negara bagian ini juga melaporkan rata-rata 622 kasus Corona setiap hari sepanjang pekan lalu -- meningkat tiga kali lipat dibandingkan awal Juni. Situasi yang sebagian besar bisa dicegah, dan orang-orang tidak memanfaatkan vaksin," ujar Neilsen.
Jacob Burmood, seorang seniman berusia 40 tahun dari Kansas City, Missouri, menuturkan bahwa ibundanya sering mempromosikan teori-teori konspirasi vaksin meskipun suaminya sendiri -- ayah tiri Burmood -- dirawat di rumah sakit dengan ventilator di Springfield.
"Ini benar-benar menyedihkan, dan itu sungguh membuat frustrasi," sebutnya.
Burmood menceritakan bagaimana ibundanya baru-baru ini jatuh sakit dan malah menyalahkan orang-orang yang telah divaksin Corona.
"Berusaha memberitahu saya bahwa orang-orang yang divaksinasi membuatnya sakit, dan itu bahkan bukan COVID. Saya memintanya untuk diam. Saya mengatakan, 'Ibu, saya tidak bisa berbicara dengan Anda soal teori konspirasi sekarang'. ... Anda perlu pergi ke rumah sakit. Anda akan meninggal," ucapnya.
Ibunda Burmood yang berusia 70-an tahun kini telah sembuh.
Situasi ini membuat sejumlah pendeta di AS turun tangan untuk meyakinkan publik soal keamanan vaksin Corona. Menurut laporan Pew Research Center tahun 2019, penolakan terhadap vaksin Corona sangat kuat khususnya di kalangan penganut Protestan kulit putih di AS.
Seorang pendeta terkemuka di salah satu gereja terbesar di Missouri, Jeremy Johnson, menyatakan telah mendengar alasan jemaatnya enggan divaksin Corona dan menyatakan bahwa jemaatnya seharusnya mengetahui vaksinasi Corona tidak hanya aman, tapi juga didorong oleh Alkitab.
"Saya pikir ada pengaruh besar dari ketakutan. Takut mempercayai sesuatu selain kitab suci, takut mempercayai sesuatu selain partai politik yang lebih nyaman mereka ikuti. Takut mempercayai sains. Kita mendengar itu: 'Saya percaya Tuhan, bukan sains.' Tapi kebenaran adalah sains dan Tuhan bukan sesuatu yang harus Anda pilih," cetus Johnson.
Kini, banyak gereja di wilayah Missouri, seperti gereja yang dipimpin Johnson, menjadi lokasi vaksinasi Corona. Sementara itu, sekitar 200 pemimpin gereja lainnya telah menandatangani pernyataan yang mendorong warga Kristen untuk divaksinasi Corona.
Sumber: detik.com
(Hwmi Online)