Indonesia di Akhir Zaman Menurut Syaikh Imran Hosein - HWMI.or.id

Thursday 26 August 2021

Indonesia di Akhir Zaman Menurut Syaikh Imran Hosein

Indonesia di Akhir Zaman Menurut Syaikh Imran Hosein

Oleh M. Abdullah Badri

SYAIKH Imran Nazar Hosein (79) adalah kiai berthariqah Qadiriyah pakar Eskatologi Islam asal Trinidad-Tobago, Amerika Selatan, yang bermimpi ingin tinggal di Indonesia pada tahun-tahun akhir hidupnya. Dalam buku-bukunya tentang Ilmu Akhir Zaman dan video ceramah, ia beberapa kali menyebut Indonesia. 

Objektivitasnya melihat Indonesia membuat saya yakin dia termasuk kiai internasional yang sangat paham peta politik global, utamanya tentang Nusantara. Menurutnya, Indonesia termasuk yang berhasil dijadikan para elit global (Ya'juj Ma'juj) sebagai negara miskin akibat sistem moneter yang tidak adil, yakni riba bank berkah wasilah modal IMF. 

Kiai Imran Hosein berkata, UMR orang Indonesia itu setara gaji budak. Bayangkan,  bila gaji seorang guru di Swiss Rp. 40-70 juta rupiah perbulan, di sini, gaji Rp. 1,5 juta sudah jadi royokan sarjana magister. Ini bukan karena unsur malas, melainkan nilai tukar uang dibuat fiktif dan tidak adil tanpa jaminan emas dari para Ya'juj Ma'juj. Tujuannya, agar si miskin tetap permanen dengan kemiskinannya, dan si kaya tetap istiqomah bermewah ria di kawasan Manhattan sana. 

Ia paling getol menolak halalnya uang kertas dimana pun. Baginya, uang kertas adalah produk bid'ah ribawi yang baru diciptakan oleh pemenang perang dunia II. Makin lama disimpan, nilai uang akan turun tanpa sebab, kecuali diatasnamakan inflasi, dimana Al-Qur'an dan Hadits tidak pernah mengajarkannya. Uang kertas adalah "makanan baru" dengan disiplin ilmu baru bernama ekonomi keuangan. Kitab-kitab fiqih jelas mumet mencari solusi. 

Dari sistem keuangan internasional, elit global memanen keringat orang lain (budak mereka) tanpa bercocok tanam. Ini yang menurut Kiai Imran Hosein sebagai ketidakadilan. Sistem bunga benar-benar membuat manusia di seluruh dunia jadi budak Ya'juj-Ma'juj, yang berhasil menyatukan permusuhan teologis abadi antara Yahudi dan Kristen itu, sehingga perbuatan fasad (kerusakan) bisa dijaga oleh kongsi mereka, hingga sekarang. 

Karena itulah, Syaikh Imran Hosein menyerukan pentingnya melakukan transaksi dengan uang Dinar Emas dan Dirham Perak yang terbukti tak akan mengalami inflasi selama 300 tahun, sebagaimana dicontohkan oleh Al-Qur'an saat menceritakan para pemuda Ashabul Kahfi. Di Indonesia, sistem ini sudah mulai dikenalkan oleh platform tabungan digital bernama Dinaran.

Kiai Imran Hosein mengajak kita berpikir, apa yang akan dilakukan oleh negara-negara yang menerapkan uang digital nantinya bila tiba-tiba jejak digitalnya dihilangkan tiba-tiba oleh "tuhan-tuhan" teknologi yang servernya berpusat di Yerusalem? Ia yakin, otoritas negara republik, negara kerajaan maupun negara full sekuler tidak akan mampu menjawabnya. 

Indonesia disebut Kiai Imran Hosein sangat bisa mengatasi masalah uang kertas atau uang digital yang mendadak hilang itu, kelak. Pasalnya, di Jawa, kata dia, orang-orang desa masih terbiasa barter makanan dengan beras bila kehabisan uang. Ngutang ke tetangga tanpa riba juga bisa. 

Menurutnya, beras dan bahan pokok makanan di Indonesia masih melimpah sampai kapanpun, dan itu bisa dijadikan alat tukar pengganti uang kertas maupun uang elektronik yang nilai intrinsik rezekinya ditentukan sak kerepe dewe oleh elit global curang dan culas itu. Padahal, Ar-Razzaq Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjamin Emas dan Perak tidak akan lapuk nilai instrinsiknya hingga bumi ini di-badal dengan jenis bumi dan dimensi lain, akhirat. 

Barangkali, karena kekayaan alam Indonesia yang masih terlalu sedikit tergarap itulah, Kiai Imran Hosein memiliki impian tinggal di Indonesia. Dia mengatakan, di akhir zaman, satu-satunya negara yang menurutnya kelak bisa melawan rezim uang kertas adalah Indonesia. 

Dalam penelitiannya, negara dengan kekayaan emas melimpah adalah yang memiliki gunung-gunung tinggi. Katanya, emas di akhir zaman akan muncul dari semburan banyak gunung -akibat gempa tektonik (barangkali), dan Indonesia memenuhi unsur sebagai negara penuh gunung itu. 

Di sini akhirnya saya paham mengapa isu "harta Soekarno" tidak pernah rampung beredar di kalangan para ahli klenik Nusantara. Memang kaya emas sih, tapi dimana barangnya, masing-masing klenikers memiliki versi jawaban masing-masing. 

Meski ada potensi kekayaan emas di akhir zaman, Kiai Imron tetap mengingatkan, Imam Mahdi tidak muncul dari Indonesia, sebagaimana optimisme "umat kiamat" Nusantara yang heroik itu. Imam Mahdi muncul dan dibai'at di depan Ka'bah, dan ia berjalan cepat dari Madinah setelah insiden perebutan tiga mahkota usai mangkatnya seorang khalifah (raja), seperti dimaktub nubuwat Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Entah kapan, wallahu a'lam. 

Selain itu, Kiai Imran Hosein juga kagum dengan Ahmad Soekarno, yang disebut sebagai orang pertama di dunia yang paling menyadari penjajahan bentuk baru (nekolim) dari para mantan penjajah Eropa ke Indonesia, hingga ia harus digulingkan. 

Siapa penerus Bung Karno di zaman penuh virus klenik ini? []

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda