Kesaksian Belanda ketika Menghadapi Prajurit Indonesia - HWMI.or.id

Friday 13 August 2021

Kesaksian Belanda ketika Menghadapi Prajurit Indonesia

Kesaksian Belanda ketika menghadapi prajurit Indonesia

Indonesia bukan negara yang yang kemerdekaannya diberikan oleh penjajah, tapi kemerdekaan itu direbut dengan mengorbankan banyak darah dan nyawa para pejuang. Bahkan setelah Indonesia merdeka, para pejuang masih gigih mempertahankan kemerdekaan dari serangan tentara sekutu yang ingin kembali merebut Indonesia.

Tidak hanya para pejuang Indonesia, banyak tentara sekutu yang membelot demi ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka rela dibuang oleh negaranya demi memerdekakan Indonesia, mereka hidup bersama rakyat Indonesia, mereka berjuang bersama prajurit Indonesia, hingga akhirnya mati dan dikenang sebagai prajurit Indonesia.

Banyak prajurit dari negara sekutu memberikan kesaksian terhadap perjuangan prajurit dalam merebut dan mempertahankan Indonesia. Mereka bersaksi bahwa pejuang Indonesia adalah musuh yang sangat sulit untuk dihadapi, para pejuang Indonesia lebih baik mati terhormat dari pada hidup dalam pengkhianatan.

Seperti sebuah kisah yang diceritakan oleh Erezeli Jely Bandaro dalam unggahan di laman Facebook pribadinya. Berikut kisahnya:

Tahun 2006 di Belanda, saya bertemu dengan teman yang ayahnya pernah jadi tentara sekutu (yang) bertugas di Indonesia pada batalion A wilayah Bogor. Tugasnya melucuti senjata (tentara) Jepang. Pada satu kesempatan dia ajak saya bertemu dengan ayahnya di Rotterdam. 

“Patriot sejati adalah prajurit pejuang Indonesia. Tidak ada prajurit di dunia ini yang sehebat pejuang Indonesia,” kata ayahnya ketika tahu saya dari indonesia.

“Mengapa?” tanya saya.

“Saya saksikan sendiri. Ketika mereka tertangkap dan dieksekusi mati. Tidak nampak di wajahnya rasa takut, tenang. Sangat tenang setenang air danau. Malah, yang kini saya tak pernah lupa, ketika saya bidik senjata kearah mereka. Seperti ada cahaya putih melingkup mereka. Benar-benar cahaya putih. Makanya mereka tidak teriak sakit. Yang nampak dari mayatnya adalah wajah euphoria,” katanya dengan air mata berlinang. Ada sesal yang tak bertepi. Kesadaran datang belakangan membawa derita tak berujung.

Saya terdiam dan air mata saya juga berlinang.

“Nak, Indonesia merdeka karena pejuang Tuhan, itu nyata. Malaikat selalu bersama mereka. Jadi nak, jangan khianati mereka para patriot itu. Jangan,” katanya terbata-bata.

Editor: Daniel Simatupang

Sumber Gambar : albumsejarah/stoottroepenmuseum

(laduni.id/Hwmi Online)



Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda