Puasa Tasua', Hari Kesembilan Muharram
Asal disyariatkan puasa Tasua' dijelaskan oleh Ahli Hadis, Syekh Abdurrauf Al-Munawi:
ﺃﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﻀﻢ ﺇﻟﻴﻪ ﻳﻮﻣﺎ ﺁﺧﺮ ﻟﻴﻜﻮﻥ ﻫﺪﻳﻪ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎ ﻟﻬﺪﻱ ﺃﻫﻞ اﻟﻜﺘﺎﺏ
Nabi menghendaki Asyura digabung dengan hari lain agar petunjuk dari Nabi berbeda dengan Ahli kitab (yang hanya puasa Asyura saja)" (Faidl Al-Qadir, 5/260)
ﻓﻴﺴﻦ ﺻﻮﻣﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺼﻤﻪ ﻷﻥ ﻣﺎ ﻋﺰﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻬﻮ ﺳﻨﺔ
Maka puasa Tasua' disunahkan meskipun Nabi belum melakukan, sebab keinginan kuat dari Nabi juga disebut sunah (Faidl Al-Qadir, 5/260)
Riwayat selengkapnya disampaikan oleh Sahabat bnu Abbas:
ﺣﻴﻦ ﺻﺎﻡ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻮﻡ ﻋﺎﺷﻮﺭاء ﻭﺃﻣﺮ ﺑﺼﻴﺎﻣﻪ ﻗﺎﻟﻮا: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺇﻧﻪ ﻳﻮﻡ ﺗﻌﻈﻤﻪ اﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭاﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: «ﻓﺈﺫا ﻛﺎﻥ اﻟﻌﺎﻡ اﻟﻤﻘﺒﻞ ﺇﻥ ﺷﺎء اﻟﻠﻪ ﺻﻤﻨﺎ اﻟﻴﻮﻡ اﻟﺘﺎﺳﻊ» ﻗﺎﻝ: ﻓﻠﻢ ﻳﺄﺕ اﻟﻌﺎﻡ اﻟﻤﻘﺒﻞ، ﺣﺘﻰ ﺗﻮﻓﻲ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
Ketika Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam puasa Asyura' dan Nabi memerintahkan puasa Asyura' maka Sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, Asyura' adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani"
Nabi bersabda: "Tahun depan -jika Allah menghendaki- maka kita puasa pada hari kesembilan". Belum sampai tahun depan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam wafat (HR Muslim)
ﻭﺭﻭاﻩ ﻋﻨﻪ اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﺑﻠﻔﻆ ﻵﻣﺮﻥ ﺑﺼﻴﺎﻡ ﻳﻮﻡ ﻗﺒﻠﻪ ﻭﻳﻮﻡ ﺑﻌﺪﻩ
Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan redaksi: "Sungguh aku perintahkan puasa sehari sebelum Asyura dan sehari sesudahnya"
KH. Ma'ruf Khozin
(Ketua Aswaja NU Center PWNU Jatim)