NU Mandiri, Indonesia Bermartabat (Refleksi Tema Muktamar NU ke-34) - HWMI.or.id

Wednesday 6 October 2021

NU Mandiri, Indonesia Bermartabat (Refleksi Tema Muktamar NU ke-34)

NU Mandiri, Indonesia Bermartabat (Refleksi Tema Muktamar NU ke-34)

Dikutip dari dakwahnu.id, Muktamar NU adalah perhelatan besar dalam perjalanan perkhidmatan organisasi NU dalam periode kepengurusaan lima tahunan. Keputusan ulama dalam Muktamar NU merupakan ‘Magnum Opus’ atau karya besar ulama NU dari generasi ke generasi yang manfaatnya tidak hanya kembali kepada nahdliyin (orang NU) secara khusus, tetapi juga kepada umat dan bangsa Indonesia pada umumnya. Berdasarkan hasil Munas-Kombes NU kemaren, Muktamar NU ke-34 akan diselenggarakan pada tgl 23 hingga 25 Desember 2021 di Lampung.

Jika tidak ada perubahan dari panitia (baca, NU. Online), Muktamar NU ke-34 akan mengusung tema, ‘NU Mandiri, Indonesia Bermartabat’. Tema ini tentu sangat menarik dan menantang. Kemandirian NU dalam finansial dan ekonomi menjadi tonggak sejarah baru dalam perjalanan dan perkhidmatan sejarah NU yang sebentar lagi genap mencapai satu abad.

Sebagaimana maklum, NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia atau mungkin sedunia. Tentu saja NU besar tidak saja karena dilihat dari sisi kuantitas jumlah anggotanya yang sekarang mencapai jutaan. Lebih dari itu, organisasi NU ini besar selain memang dalam sejarah berdirinya didirikan oleh ulama-ulama yang hebat, hingga sekarang dilanjutkan oleh generasi yang hebat, baik dari kalangan ulama, intelektual, para akademisi dan bahkan politisi. Semuanya bertalitemali sama-sama membesarkan NU. Kekuatan dan kekokohan inilah sebenarnya yang menjadi modal besar eksistensi NU hingga sekarang terus berkembang, diperhatikan dan bahkan diperhitungkan, baik di tingkat regional bahkan internasional.

Karena NU merupakan tempat perkhidmatan para ulama dan cendekia, maka setiap perhelatan Muktamar NU selalu melahirkan magnum opus atau karya besar dari keputusan-keputusan yang strategis, baik untuk kepentingan internal NU (nahdliyin) atau bangsa secara umum. Ide dan gagasan yang kemudian menjadi keputusan besar ulama NU, selain bisa dibaca melalui hasil keputusan musyawarah ala ulama NU (bahtsul sasail), juga dapat dilihat dari tema Muktamar NU yang dilaksanakan.

Suksesi pelaksanaan Muktamar NU selain memutuskan beberapa keputasan yang dinilai strategis, juga menentukan atau memilih pimpinan tertinggi yang dinilai “suci dan sakral” bagi orang NU, yaitu memilih Rais Aam PBNU dan memilih Ketua Umum PBNU.

Belakangan, sejak pelaksanaan Muktamar NU ke-34 ditetapkan di tanggal 23 hingga 25 Desember 2021, konsentrasi orang-orang NU lebih terfokus kepada siapa calon pimpinan NU lima tahun kedepan, bukan keputusan apa yang kan dihasilkan melalui tema besarnya.

Kembali kepada soal tema, Tema Muktamar NU ke-34 NU yang pernah dimunculkan “NU Mandiri, Indonesia Bermartabat” adalah tema yang sangat menarik dan sangat menantang. Untuk membuktikan Kemandirian NU itu, dalam tiga tahun terakhir pengurus NU sudah memulai menggalakkan Koin Muktamar NU ke-34 secara masif dan hasilnya di tahun 2020 kemaren sudah mencapai 5 miliar lebih.

Tentang Kemandirian NU menjadi penting untuk terus diketengahkan. Mengaktualkan kembali tema Muktamar NU tentang kemandirian NU menjadi ruh organisasi NU kedepan. Dulu pada Muktamar NU ke-33 di Jombang mengangkat tema Islam Nusantara. Tema Islam Nusantara selalu ramai diperbincangkan, menjadi bahan diskusi publik, jauh sebelum perhelatan Muktamar ke-33 di Jombang, hingga digelar, hingga Muktamar selesai, dan bahkan hingga sekarang.

Sekarang suasana menjelang Muktamar ke-34 nampak terasa berbeda. Tema yang menyemangati kita untuk kemandirian NU nampak sepi diperbincangkan. Bahkan nyaris terlupakan.

Padahal mendiskusikan tema Muktamar NU ke-34, NU Mandiri, Indonesia Bermartabat bisa dimulai dari sekarag untuk terus dimatangkan hingga pada saat Muktamar nanti, lalu syukur alhamdulilah kalau kemudian bisa di breakdown kedalam bentuk program menuju kemandirian NU dimasa yang akan datang. Ihtiyar agar NU bisa menjadi organisasi yang mandiri secara finansial adalah penting, bahkah bisa wajib. Kedepan NU akan lebih gagah jika dana kegiatan NU bersumber dari kekuatan potensi ekonomi dari internal NU.

Dengan kemandirian NU secara ekonomi, marwah dan haibah NU akan lebih terjaga dan akan lebih meningkatkan kiprah atau pengabdiannya kepada umat, bangsa dan agama. Semoga. Amin.

Oleh: KH. Abdul Muiz Ali

Intelektual Muda Nahdlatul Ulama

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda