Tentang Jargon "Hubbul Wathon Minal Iman" - HWMI.or.id

Tuesday 19 October 2021

Tentang Jargon "Hubbul Wathon Minal Iman"

TENTANG JARGON "HUBBUL WATHON MINAL IMAN"

Tulisan ini menjawab pendapat seorang tokoh yang mengatakan bahwa jargon HUBBUL WATHON MINAL IMAN bersumber dari misionaris Nasrani abad 19.

Berdasarkan penelusuran literature, Jargon HUBBUL WATHON MINAL IMAN bukan dicetuskan/bersumber dari perkataan seorang misionaris nasrani dari Syria pada abad 19, melainkan justru dari fatwa ulama dan praktik para Nabi.

Jauh sebelum abad 19, catatan tentang HWMI sudah pernah di tulis oleh seorang ulama mazhab Hanbali pada abad pertengahan ( abad 14 ), jauh lebih awal sebelum masa Butrus al Bustani ( diklaim misionaris) yang dikatakan pencetus jargon Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman ,oleh pihak tertentu tersebut.

Syekh Ibnu Rojab al-Hanbali, seorang ulama yang dikenal sebagai pakar hadis & fiqih, dalam sebuah kitab karyanya, menulis secara lengkap terkait dasar dari HWMI ini. Menurutnya, 

ﻓﺎﻟﻤﺆﻣﻦ ﺃﺑﺪا ﻳﺤﻦ ﺇﻟﻰ ﻭﻃﻨﻪ اﻷﻭﻝ، ﻭﺣﺐ اﻟﻮﻃﻦ ﻣﻦ اﻹﻳﻤﺎﻥ

"Seorang mukmin selamanya akan rindu dengan tanah airnya yang pertama, Cinta tanah air merupakan bagian dari iman". 

*[ Jami'ul 'Ulumi wal Hikam, ibnu Rojab Al Hanbali ]*

Dalil-dalil HUBBUL WATHON MINAL IMAN.

Secara implisit, dari perkataan Nabi Muhammad maupun tindakannya, tergambar  kecintaan beliau terhadap tanah air, yakni tempat kelahiran beliau.

Diantaranya adalah 

  عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ

 Artinya, “Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau (Makkah) sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu” (HR Ibnu Hibban).

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ “

Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Makkah.” (HR al-Bukhari 7/161).

Ketika Kanjeng NABI bepergian, dan lalu melihat dataran tinggi Madinah, beliau mempercepat laju ontanya seakan ingin segera sampai ke Madinah. Dilihat dari hal itu, Ulama' ahli hadits memahami hal itu sebagai dasar mencintai tanah air.

Selain dari yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, pondasi cinta tanah air juga ditemukan dalam praktik Nabi Adam, bapak ummat manusia.

Nabi Adam ‘Alaihissalam diciptakan, beliau dan istrinya tinggal di surga, lalu mereka turun ke dunia dan dijanjikan kembali lagi ke surga, dan memperbaiki keturunan mereka. 

Maka seorang mukmin selamanya akan rindu dengan tanah airnya yang pertama, dan cinta tanah air sebagian dari iman.

Berdasarkan dalil-dalil tersebut, ditambah dengan situasi Indonesia yang membutuhkan semangat juang, Kyai Hasyim Asy'ari pada tahun 1914 mulai menggelorakan fatwa  kecintaan pada tanah air/HUBBUL WATHON MINAL IMAN.

Lalu 1916 terciptalah syair SYUBBANUL WATHON oleh Mbah Wahab Hasbullah, untuk menanamkan perasaan cinta tanah air pada masyarakat dan santri, dimana kala itu Indonesia masih dalam keadaan terjajah asing.

Dikemudian hari, saat Indonesia kembali mendapat ancaman dari NICA & sekutu, Hadrotussyekh KH Hasyim Asy'ari kemudian memcetuskan fatwa perang resolusi jihad, yang kemudian disertai dengan penegasan kembali fatwa "HUBBUL WATHON MINAL IMAN" oleh beliau. 

Fatwa dan jargon tersebut tak lepas dari tujuan untuk membakar semangat juang rakyat serta mengukuhkan pentingnya mempertahankan, serta kewajiban membela tanah air dari segala bentuk ancaman. 

Dan dikemudian hari, kisah heroik tersebut masih terus menggema serta dikenang abadi  dalam syair "SYUBBANUL WATHON" / "YAA LAL WATHON" yang di tulis oleh Mbah Wahab Hasbullah, dan mulai dikenal luas oleh masyarakat INDONESIA belakangan ini. 

Jadi tak perlu risau dan ragu atas fatwa HUBBUL WATHON MINAL IMAN yang digelorakan Mbah Hasyim dan NU ini.  Sanad ,dasar dan sejarahnya sudah benar.

Dan dasar dari jargon HWMI tersebut sudah  sangatlah jelas, sehingga tak perlu lagi ada keraguan dalam mencintai dan membela tanah air, bangsa dan negara. Baik dalam kondisi damai maupun dalam kondisi menghadapi ancaman, ataupun penjajahan. Karena pendapat ulama juga bisa dijadikan pijakan. Dan apa yang difatwakan ulama'', pasti ada referensinya. Itulah pentingnya sanad keilmuan, pengetahuan yang musalsal sampai pada ROSULULLAH SAW. Dan saya kira inilah juga yang melandasi keluarnya jargon HWMI oleh Hadrotussyekh KH Hasyim Asy'ari.

Jadi tidak tepat jika ada pihak yang mengatakan bahwa HWMI adalah buatan misionaris Nasrani dan tanpa landasan dalil. 

Rembang : 17 Oktober 2021 

Oleh : KERETA TERAKHIR

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda