NU itu Bukan Koper yang Bisa Ditarik Sendiri-sendiri - HWMI.or.id

Wednesday 3 November 2021

NU itu Bukan Koper yang Bisa Ditarik Sendiri-sendiri

NU itu bukan koper yg bisa ditarik sendiri-sendiri

KH Achmad Siddiq, Rais Am PBNU 1984-1991, pernah menjelaskan bahwa NU itu bukan seperti koper yang bisa seenaknya ditarik sendiri-sendiri kesana-kemari oleh individu pengurusnya. Dalam konteks Muktamar ke -34 yang, bi idznillah, akan berlangsung 23-25 Desember tahun ini, pernyataan Almaghfurlah tersebut perlu kita sampaikan kembali.

Muktamar NU itu bukan seperti Pilpres dimana setiap kandidat akan melamar pekerjaan ke rakyat dengan cara menawarkan programnya sendiri-sendiri, lantas timses bergeriliya menjajakan “dagangannya” ini. 

Yang terjadi sebenarnya adalah program kerja akan didiskusikan dan ditetapkan oleh peserta Muktamar (disebut muktamirin). Jadi pertarungan gagasan itu ada saat Muktamar nanti. Bukan di luar Muktamar. 

Para kandidat idealnya akan meminta para pendukungnya berjuang di Muktamar meng-golkan ide dan gagasan mereka lewat utusan resmi Muktamirin. Pada kenyataannya penentuan program kerja didesign oleh panitia Steering Committee yang lalu akan menjadi naskah/materi pembahasan di Muktamar. 

Realitanya tidak akan ada perubahan design dan arsitektur ke-NU-an tanpa lewat penetapan oleh Muktamirin. Dagangan atau jualan para kandidat tidak akan berhasil kalau tidak ditetapkan di Muktamar. 

Baru setelah program kerja ditetapkan, maka muktamirin akan menentukan siapa yang layak dan cocok melaksanakan amanat program kerja tersebut. Jadi, bagaimana mau bicara kandidasi kalau amanah yang mau dijalankan saja belum ditetapkan? 

Jadi pertanyaanya dibalik. Bukan “apa yang akan dilakukan oleh kandidat jika terpilih menjadi Ketum PBNU”, tetapi “amanah apa yang akan dibebankan oleh Muktamirin sehingga kandidat dianggap  pantas untuk menerima dan menjalankannya?”

Ketua Umum PBNU adalah mandataris Muktamar yang melaksanakan GBHNU (Garis Besar Haluan NU).  Bukan menjalankan gagasannya sendiri. Itu sebabnya di NU tidak perlu ada timses dan pertarungan kandidat. Para Masyayikh sudah mendesign bahwa Muktamar adalah forum diskusi pertukaran gagasan. Maka menjadi benarlah pernyataan KH Acmad Siddiq bahwa NU itu bukan seperti koper yang bisa ditarik kesana-kemari oleh individu sesuai kemauan dan kepentingannya.

Kesalahpahaman ini perlu diluruskan agar Muktamar NU tetap menjadi 3B: bermartabat, berkualitas dan bermanfaat.  Bukannya malah menjelma menjadi semacam arena Pilpres, yang sama sekali berbeda dengan dawuh para Masyayikh.

Tabik,

Nadirsyah Hosen

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda