Ilustrasi |
Ideologi Khilafah versi HT Berbeda dengan Khilafah versi Al-Qur’an?
By: Khalilullah
Dikutip dari Harakatuna.com. Pengusung Khilafah, terlebih ulama mereka Muhammad Ismail Yusanto, tidak henti-hentinya mengkampanyekan ideologi Khilafah, baik dikampanyekan lewat media sosial maupun lewat seminar-seminar. Sekarang kampanye Khilafah dikaitkan dengan momen Isra’ Mi’raj. Ismail Yusanto menyebutkan, bahwa ekspo Rajab, momen Isra’ Mi’raj, mengingatkan sudah 101 tahun umat tanpa Khilafah.
Sepanjang sejarah, momen Isra’ Mi’raj tidak memiliki kaitan sedikitpun dengan ideologi Khilafah versi Hizbut Tahrir (HT). Karena, Khilafah versi mereka sudah berbaur dengan kepentingan politik yang berlawanan dengan konsep Khilafah yang dimaksud dalam Islam. Orang HT, termasuk Ismail Yusanto, berpandangan bahwa Khilafah merupakan suatu sistem untuk membentuk sebuah negara menjadi negara Islam. Sehingga, negara yang tidak menggunakan sistem Khilafah, bagi mereka, diklaim sebagai negara kafir.
Padahal, Khilafah yang dimaksud dalam Al-Qur’an adalah sebagai sistem yang mengatur kehidupan manusia menjadi pemimpin yang lebih baik. Orangnya disebut dengan Khalifah. Khalifah pertama yang diceritakan dalam Al-Qur’an adalah Nabi Adam. Pernah penciptaan Khalifah dulu dipersoalkan oleh malaikat karena dikhawatirkan melakukan pertumpahan darah. Kekhawatiran tersebut dibantah oleh Allah. Allah menciptakan Khalifah karena memiliki tujuan yang positif, yakni membangun bumi.
Sampai di sini, Khilafah versi Al-Qur’an dan Khilafah versi HT jelas berbeda. Kebanyakan orang tertipu dengan doktrin HT yang membungkus Khilafah mereka dengan Khilafah versi Al-Qur’an. Doktrin semacam ini tidak dapat dibenarkan, karena akan berpotensi menyesatkan banyak umat. Buktinya, banyak orang Indonesia sendiri tertipu dengan doktrin Khilafah tersebut. Mereka mengira bahwa Khilafah versi HT adalah sesuatu yang dibenarkan.
Cara HT yang tidak dapat dibenarkan dalam mempromosikan Khilafah tersebut berdampak buruk terhadap masa depan organisasi ini. Tidak heran jika organisasi HT dibubarkan di Indonesia. Karena, pemerintah sadar bahwa HT bukanlah organisasi yang dapat membentuk masa depan bangsa. HT tidak dapat disamakan dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Kata Prof. Said Aqil Siradj, HT memang bukan organisasi teroris, tapi dapat mengantarkan menjadi teroris.
Disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa kebaikan akan abadi dan bertahan lama, sementara keburukan akan sirna. Pernyataan Al-Qur’an ini menggambarkan masa depan HT dibanding NU dan Muhammadiyah. HT yang tidak dibangun dengan niat yang baik tidak bertahan lama di Indonesia. HT pada akhirnya dibubarkan. Berbeda, NU dan Muhammadiyah bertahan sampai sekarang karena kedua organisasi ini dibangun dengan niat untuk membangun masa depan umat.
Sebagai penutup, HT sudah memiliki masa lalu tidak baik, maka ideologi Khilafah yang dikampanyekan tentu tidak dapat diterima. Karena, jika kita mengikuti doktrin Khilafah HT akan menghancurkan masa depan kita sendiri. Dalam berideologi, ikuti organisasi yang dapat menjamin masa depan kita menjadi pribadi yang lebih baik, yaitu NU dan Muhammadiyah. Lalu, kita ikut HT atau NU dan Muhammadiyah?[] Shallallah ala Muhammad.