Yang Tersisa dari Demo; Sosok Pelaku Pemukulan Ade Armando, Bagaimana Jika Berasal dari Kelompok Takfiri?
By: Muallifah
Dikutip dari Harakatuna, Aksi demontrasi yang dilakukan beberapa hari silam oleh mahasiswa di pelbagai daerah, masih menyisakan bekas permasalahan yang tak kunjung usai. Demonstrasi tersebut diciderai adanya kekerasan yang dialami oleh Ade Armando, dosen Universitas Indonesia, sekaligus pegiat media sosial.
Banyak yang menyayangkan kasus kekerasan yang menimpanya di tengah demonstrasi itu. Beberapa tokoh menjelaskan bahwa, aksi tersebut meyimpang dari kebebasan berekspresi yang seharusnya diciptakan oleh semua elemen pada saat demo terjadi.
Disisi lain, menarik ketika membaca tulisan yang diterbitkan oleh Remotivi dalam laporannya bahwa, terkait kasus kekerasan yang menimpa Ade Armando, sebaiknya media, khususnya para jurnalis tidak menyajikan informasi yang tidak penting untuk diberikan kepada pembaca.
Selain itu, kasus kekerasan serupa, tidak hanya dialami oleh Ade Armando. Jika kita membaca beberapa aksi yang terjadi, kasus kekerasan ataupun pemukulan, kerap terjadi pada beberapa orang yang juga ikut terjun ke lapangan pada saat demonstrasi. Artinya, yang paling dibutuhkan adalah bagaimana iklim demokratisasi tercipta dengan baik. Hal ini harus dilakukan atas kerjasama dari aparat dan semua elemen yang terlibat untuk mengantisipasi kejadian serupa terus terulang.
Di samping itu, yang lebih penting adalah, mengawal tuntutan para demonstran tentang penundaan pemilu. Karena, jika 3 periode tersebut benar-benar terjadi, maka demokrasi di Indonesia mengalami kemunduran yang sangat besar sepanjang sejarah. Atas dasar pemikiran itu, dengan demikian, kasus Ade Armando bukan satu-satunya kasus yang perlu kita urusi mati-matian. Ada banyak persoalan lain yang lebih penting untuk dijadikan bahan kajian agar demokrasi di Indonesia tetap berlangsung dengan baik.
Namun, bagaimana jika pelaku adalah bagian dari kelompok takfiri? Buntutnya akan panjang, hingga apa saja motif yang dimiliki oleh pelaku ketika melakukan aksi tidak manusiawi tersebut.
Mengapa Ade Armando menjadi target penyerangan?
Siapa yang tidak tahu Ade Armando? Kerap kali pernyataannya selalu blunder ketika berada di tengah-tengah persoalan. Pernyataannya juga sering memicu keresahan publik yang kerapkali menimbulkan kericuhan di media sosia.
Masalah Ade Armando sangat perlu kita bahas. Bukan untuk menjadi api, sehingga bisa melegalkan perbuatan pelaku yang tidak manusiawi itu. Namun, pada kenyataannya hal fakta itu menjadi salah satu alasan pelaku pemukulan kepada Ade Armando pada aksi demonstrasi itu.
Dalam kasus ini, polisi telah menangkap tiga dari enam tersangka yang terlibat dalam aksi pemukulan itu. Ketiganya adalah Komarudin, Muhamad Bagja, dan Dhia Ul Haq. Komarudin dan Bagja lebih dulu ditangkap. Sedangkan Dhia ditangkap pada Rabu (13/4) di Pondok Pesantren Almadad Serpong.
Motif yang dimiliki Bagja, dikarenakan kesal dengan apa yang disuarakan oleh Ade Armando selama ini. Sedangkan Komaruddin, mengaku terprovokasi saat di lapangan. Sedangkan Abdul Latip, yang juga turut terlibat dalam pemukulan itu, justru menyerahkan diri kepada polisi atas perbuatan yang dilakukan.
Jika melihat dari motif itu, pelaku yang melakukan pemukulan terhadap Ade Armando bukanlah dari Kalangan mahasiswa. Itu artinya, aksi demonstrasi yang terjadi pada 11 April silam, banyak yang menunggangi. Buktinya, Ade Armando dipukul oleh orang yang bukan dari kalangan mahasiswa, mereka justru dari kalangan kelompok masyarakat biasa yang turut terprovokasi atas demonstrasi yang terjadi.
Selain itu, jika melihat dari pelbagai flyer yang tersebar di media sosial, penunggang dari aksi demonstrasi itu tersebut sangatlah banyak. Kelompok-kelompok radikal, kelompok suara khilafah yang menggema, serta kelompok yang membenci pemerintah dengan narasi islamofobia serta narasi ciamik lainnya, turut ikut serta dalam demonstrasi tersebut.
Dari kelompok manapun, pelaku harus diberikan hukuman yang berlaku
Adapun pelaku pemukulan Ade Armando, apakah benar dari kelompok takfiri? Bisa iya atau tidak. hal ini karena beberapa alasan yang menjadi motif pelaku, justru mengaku kesal dengan apa yang disampaikan oleh Ade Armando melalui media sosial. Representasi musuh yang dimiliki oleh Ade Armando, tidak hanya dari kelompok takfiri, namun banyak sekali kelompok yang tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh Ade Armando.
Meskipun demikian, menjadi salah satu keniscayaan dalam sistem demokrasi bahwa, penegakan hukum yang sama dan memberikan hukuman setimpal bagi pelaku adalah kebijakan yang wajib diberlakukan oleh pemerintah. Bahwa jika pelaku pemukulan Ade Armando adalah kelompok takfiri, maka tugas BNPT semakin banyak. Paham takfiri menjadi alur berpikir, yang sewaktu-waktu melegalkan penyerangan orang yang berbeda. Bahkan menganggap musuh orng-orang yang tidak sejalan. Wallahu a’lam