Benarkah Amaliah Tahlilan Berasal Dari Ajaran Hindu? - HWMI.or.id

Saturday 18 June 2022

Benarkah Amaliah Tahlilan Berasal Dari Ajaran Hindu?



Amaliah yasinan dan tahlilan dicetuskan seorang ulama besar asal Yaman dari kalangan ahlul bait yang dikenal waliyullah. Dia adalah Sayid Abdullah al-Haddad.

Rangkaian amaliah yasinan dan tahlilan secara umum berasal dari Al-Qur'an dan Hadits. Sedangkan yang menyusun adalah Sayid Abdullah al-Haddad pemilik Rotibul Haddad. 

Semua amaliah yang diwariskan kiai-kiai di Indonesia bukanlah suatu hal yang baru. Hal itu pada dasarnya amaliah penduduk jazirah Arab sebelum dikuasai kelompok W4H4B1.

Sebelum Arab berubah jadi W4H4B1, alhamdulillah Allah sudah mentakdirkan para muassis NU untuk mengetahui langsung amaliah yang ada di sana sesuai dengan empat madzhab dan semuanya ada dalilnya. 

Di antaranya tertera dalam kitab karya Imam As-Suyuti Al-Lum'ah, yaitu pada hadits ke-61 mengenai anjuran membaca yasin di hari Jum'at dan Hadits riwayat Imam At-Thobroni di kitab Syarhis Shudur yang juga karya Imam As-Suyuti.

Dalam Hadits Riwayat At-Thabrani disebutkan suatu hari Sahabat Jabir datang bertakziyah bersama Rasulullah saat Sahabat Sa'ad bin Muadz wafat. Usai proses pemakaman, Nabi membaca kalimat subhanallah. Bahkan, di riwayat Imam al-Hannan Nabi mambaca subhanallah, Allahu Akbar, dan Lailahaillallah.

Karena Nabi membaca tasbih lama, maka para sahabat mengikutinya. Sahabat bertanya "Ya Rasulullah, kenapa engkau membaca itu tadi? Nabi menjawab: "Baru saja makam Sa'ad mengalami penyempitan." Ketika itu hampir menghimpit jasadnya, Nabi membaca itu dan kuburan Sa'ad diluaskan lagi oleh Allah.

Dengan semakin majunya teknologi harus lebih berhati-hati dengan propaganda yang mengatakan amaliah orang NU terutama yasinan dan tahlilan tidak ada dalilnya bahkan ada pula yang menuduhnya sebagai ajaran Hindu.  Propaganda tersebut seakan-akan hendak membenturkan antara Nabi dan Ulama.

Di medsos ada poster kecil berisi "Nabi mengajarkan Surat Kahfi, kiai mengajarkan yasin di hari Jum'at, anda ingin ikut Nabi apa kiai?" Maka jangan mudah diadu domba, ini jelas perbandingan keliru. Jika anda ditanya seperti itu jawab saja ikut kiai itu otomatis ikut Nabi, kita ikut Nabi dengan pemahaman Kiai. 

Disarikan dari : NU Online Jatim.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda