Sunnah Melaksanakan Tahlilan dan Jamuan Makan - HWMI.or.id

Tuesday 13 September 2022

Sunnah Melaksanakan Tahlilan dan Jamuan Makan

Tahlilan mayit dan jamuan untuk penta'ziah sangat bermanfaat untuk mayit.

1) Kitab al-Hawi 2/216:

ٍقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فى كتابه. قَالَ طَاوُسٌ: إِنَّ الْمَوْتَى يُفْتَنُونَ فِي قُبُورِهِمْ سَبْعًا، فَكَانُوا يَسْتَحِبُّونَ أَنْ يُطْعَمَ عَنْهُمْ تِلْكَ الْأَيَّامَ.

Telah berkata Imam Ahmad bin Hanbal ra di dalam kitabnya yang menerangkan tentang zuhud: Telah berkata Imam Thawus (ulama besar zaman Tabi’in, wafat kira-kira tahun 110 H / 729 M): Sesungguhnya orang-orang yang meninggal akan mendapat ujian dari Allah dalam kuburan mereka selama 7 hari. 

Maka, disunnahkan bagi mereka yang masih hidup mengadakan jamuan makan (sedekah) untuk orang-orang yang sudah meninggal selama hari-hari tersebut. (al-Hawiy li Fatawa li as-Suyuthi, Juz 2/216

2) Kitab al-Hawi Juz 2 /234.

 أَنَّ سُنَّةَ الْإِطْعَامِ سَبْعَةُ أَيَّامٍ، بَلَغَنِي أَنَّهَا مُسْتَمِرَّةٌ إِلَى الْآنَ بِمَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ، فَالظَّاهِرُ أَنَّهَا لَمْ تُتْرَكْ مِنْ عَهْدِ الصَّحَابَةِ إِلَى الْآنَ، وَأَنَّهُمْ أَخَذُوهَا خَلَفًا عَنْ سَلَفٍ إِلَى الصَّدْرِ الْأَوَّلِ. [وَرَأَيْتُ] فِي التَّوَارِيخِ كَثِيرًا فِي تَرَاجِمِ الْأَئِمَّةِ يَقُولُونَ: وَأَقَامَ النَّاسُ عَلَى قَبْرِهِ سَبْعَةَ أَيَّامٍ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ،

Kesunahan memberikan sedekah makanan selama 7 hari merupakan perbuatan yang tetap saja berlaku sampai sekarang (yaitu masa al-Suyuthi abad ke-IX H) di Makkah dan Madinah. 

Yang jelas kebiasaan tersebut tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat sampai sekarang dan tradisi tersebut diambil dari ulama salaf sejak generasi pertama. dan ada pula dari catatan sejarah banyak yang membaca Al quran diatas qubur selama 7 hari itu.

3) imam Nawawi: Kitab Nihayah al-Zain fi Irsyad al-Mubtadi’in,

Shodaqoh untuk mayit dengan cara syar’I itu diperlukan dan tidak dibatasi harus tujuh hari atau lebih sedikit dan tidak dibatasi dengan beberapa hari dari hari-hari kematiannya. Sebagaimana fatwa sayyid Ahmad Dahlan.

- Nahrawi Al Faqir -

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda