![]() |
| Dokumen : Pengasuh Ribathul Qur'an Wardatul Ishlah bersama santri baru |
Pengukuhan ini dilaksanakan di kawasan Parang Tejo, Dau – Malang, selama dua hari satu malam, dengan suasana penuh kekhidmatan dan kebersamaan. Kegiatan tersebut menjadi penanda berakhirnya masa pembinaan intensif sekaligus awal dari perjalanan baru para santri untuk menjadi insan Qur’ani yang matang secara spiritual, intelektual, dan sosial.
Dalam sambutannya, Ahmad Zain Fuad memberikan pesan mendalam kepada para santri agar senantiasa mengingat tujuan utama mereka datang ke Malang — yaitu menuntut ilmu.
“Jauh-jauh kalian datang ke Malang dengan meninggalkan keluarga dan orang tua, maka hendaknya sungguh-sungguhlah dalam belajar. Jadikan perjuangan ini sebagai jalan untuk membanggakan mereka,” pesan beliau dengan penuh ketulusan.
Namun beliau menegaskan bahwa belajar saja tidak cukup. Ilmu yang diperoleh harus diamalkan dalam kehidupan nyata agar menjadi cahaya yang menerangi diri dan orang lain.
“Di Wardatul Ishlah inilah tempat yang tepat untuk membangun diri sejak dini. Agar kelak kalian siap menjalani kehidupan, baik sebagai pribadi, anggota keluarga, maupun sebagai bagian dari masyarakat,” lanjutnya.
Menata Niat, Menjaga Waktu, dan Membangun Integritas
Lebih lanjut, pengasuh mengingatkan pentingnya istiqamah dalam menata niat, menjaga pergaulan, dan mengelola waktu dengan baik. Menurut beliau, waktu adalah amanah yang sangat berharga — apabila diatur dengan bijak, ia akan melahirkan keberkahan dan kemanfaatan dalam hidup.
Pesan ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-‘Ashr (103): 1–3:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”
Melalui pengukuhan ini, para santri diingatkan bahwa perjalanan mereka baru dimulai. Tantangan sesungguhnya adalah bagaimana menjaga semangat dan keistiqamahan setelah masa pembinaan berakhir.
Penilaian dari Para Ustadz dan Tokoh Masyarakat
Selama masa oprek, para santri menjalani berbagai tahapan pembinaan, mulai dari pendalaman ilmu Al-Qur’an, kegiatan sosial, hingga pelatihan kepemimpinan dan tanggung jawab kelembagaan.
Menariknya, dalam tahap akhir sebelum pengukuhan, para ustadz dan tokoh masyarakat turut memberikan penilaian terhadap calon santri. Penilaian tersebut tidak hanya mencakup aspek pengetahuan, tetapi juga akhlak, kedisiplinan, kepedulian sosial, dan kemampuan berinteraksi dengan masyarakat.
Hal ini penting karena kelak para santri akan diterjunkan langsung menjadi pendidik dan penggerak di lembaga-lembaga di bawah binaan Ribathul Qur’an Wardatul Ishlah. Dengan demikian, setiap santri tidak hanya membawa nama lembaga, tetapi juga membawa misi dakwah dan pengabdian kepada masyarakat.
Sebagaimana falsafah yang dipegang lembaga ini:
“Mendidik dengan cinta, membimbing dengan ilmu, dan mengabdi dengan ketulusan.”
Penutup
Pengukuhan santri baru ini bukan sekadar seremoni, tetapi momentum untuk memperbaharui niat, memperkuat tekad, dan meneguhkan komitmen dalam menapaki jalan ilmu.
Melalui bimbingan para asatidz dan pengasuh, Ribathul Qur’an Wardatul Ishlah terus berupaya melahirkan generasi Qur’ani yang tidak hanya cerdas dalam ilmu, tetapi juga luhur dalam akhlak dan tangguh dalam pengabdian.
