HWMI.or.id

Sunday, 23 November 2025

Gus Mus: (Jangan) Terlalu Serius Jadi Kiai

Dokumen Istimewa : Gus Mus jjs (jalan-jalan sehat) di alun-alun Rembang

Pagi ini jjs (jalan-jalan sehat) di alun-alun Rembang, mendampingi Gus Mus alias Kiai Mustafa Bisri. Tentu saja Mbak Admin Ienas Tsuroiya ikut serta. Di tengah jalan saya berseloroh, sekedar untuk membuka pembicaraan. 

"Abah ini umurnya sudah delapan puluh tahun lebih, tapi jalannya masih tegap. Sementara banyak kiai yang umurnya di bawah njenengan, sudah harus memakai kursi roda."

Saya diam sejenak, menunggu respon Abah. Lalu, 

"Soalnya beliau-beliau itu terlalu serius jadi kiai sih," kata Gus Mus. 

Saya tertawa sambil merenungkan perkataan yang sederhana tapi maknanya, tentu saja, amat dalam itu. Dari rumah, Gus Mus jalan kaki menempuh jarak kurang lebih satu kilo meter, menuju alun-alun kota Rembang. Setelah itu, beliau akan mengitari alun-alun kira-kira lima kali. Gus Mus masih bisa jalan kaki dengan "pace" atau kecepatan ala anak-anak muda. Luar biasa. Tak ada tanda-tanda "ngos-ngosan" sama sekali. 

Setelah beberapa saat, beliau, masih dalam keadaan jalan kaki dengan cukup cepat, bercerita bahwa Kiai Abdul Hakim Mahfudz, alias Gus Kikin, Ketua PWNU Jatim dan pengasuh Pesantren Tebuireng, dua hari lalu sowan ke "ndalem" beliau (maksudnya Gus Mus) di Leteh, Rembang. Gus Kikin melaporkan "ontran-ontran" yang sekarang tengah berkecamuk dalam tubuh PBNU. Tentu saja Gus Kikin cemas sekali melihat hal ini. 

Apa respon Gus Mus? 

"Sampeyan kan sudah lama di NU, masak ndak tahu. Di NU ribut-ribut itu biasa, namanya orang banyak, kepentingannya juga banyak," seloroh Gus Mus. 

Lalu, "Sampeyan ndak usah cemas. Santai saja. NU itu milik Gusti Allah, sudah ada yang ngurus, ndak usah khawatir," kata beliau. 

Gus Mus memang selalu santai menghadapi keadaan apapun, tidak mudah cemas dan panik. Ini bukan berarti beliau tidak sungguh-sungguh memikirkan NU. Bukan. Hidup beliau sejak muda hingga sepuh saat ini dihabiskan dalam NU. Organisasi ini sudah menjadi bagian dari dirinya. 

Ketika suatu waktu Gus Yahya, Ketua Umum PBNU, melaporkan tentang "ribut-ribut" dalam tubuh organisasi yang ia pimpin itu, Gus Mus juga merespon dengan santai:

"Salahmu sendiri pengen jadi Ketua NU. Wong kamu sendiri yang pengen jadi Ketua NU kok sekarang mengeluh." 

Mungkin gaya santai Gus Mus inilah yang membuatnya tetap segar-bugar hingga usia sepuh saat ini. Jalannya masih tagap. Tak ada pantangan apapun dalam soal makanan. "Tak soal makan apa saja, asal tidak berlebihan, tahu batas," kata beliau suatu saat. 

- Filosofi hidup sederhana ala Gus Mus-

PAC Muslimat NU Lowokwaru Gelar Raker Perdana, Usung Semangat “Revitalisasi Gerak, Sinergi Tanpa Henti”

Dokumen : PAC Muslimat Lowokwaru saat Raker Perdana, Ahad (23/11/2025)

Lowokwaru – Pimpinan Anak Cabang (PAC) Muslimat NU Lowokwaru menggelar Rapat Kerja (Raker) perdana masa khidmat 2025–2030 pada Ahad, 23 November 2025. Kegiatan berlangsung di Kantor PAC Muslimat NU Lowokwaru, Jl. MT Haryono Gang XII No. 1164 Dinoyo, dan dihadiri jajaran pengurus serta perwakilan 38 ranting Muslimat NU se-Kecamatan Lowokwaru.

Raker ini adalah forum penyusunan program pertama di bawah kepemimpinan Hajjah Dra. Nurul Millah Anwar, istri dari KH. Anwar Sa’dullah—mantan Dekan FAI Unisma sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang.

Dengan mengusung tema “Revitalisasi Gerak, Sinergi Tanpa Henti”, Muslimat NU Lowokwaru berkomitmen memperkuat kinerja organisasi dan meningkatkan kebermanfaatan bagi umat melalui program-program strategis.

Bidang-bidang yang dibahas dalam raker meliputi:

  • Organisasi & Kaderisasi

  • Pemberdayaan Anggota

  • Pendidikan & Pengembangan SDM

  • Sosial, Budaya & Lingkungan Hidup

  • Kesehatan & Kependudukan

  • Dakwah & Pengembangan Masyarakat

  • Ekonomi Kreatif & Kewirausahaan

Hajjah Millah menegaskan bahwa seluruh program akan dijalankan dengan kolaborasi yang erat bersama MWC NU Lowokwaru, agar gerak dakwah dan pelayanan masyarakat semakin terarah dan berdampak.

“Kami ingin seluruh pengurus bergerak satu komando, profesional dalam tata kelola organisasi, dan senantiasa menghadirkan manfaat serta kesejahteraan bagi warga Muslimat NU,” tegasnya.

Raker pertama ini diharapkan menjadi pijakan kuat untuk mewujudkan Muslimat NU Lowokwaru yang progresif, solid, dan responsif terhadap kebutuhan umat.

Laporan: Hotimah 

Tuesday, 18 November 2025

Indahnya Kebersamaan Muslimat NU dalam Pengajian Bulanan di Masjid Nur Jawahir

Dokumen : Ustadz Fauzi saat memberikan Mauidhah pada Jama'ah Muslimat NU di Masjid Nurul Jawahir Tlogomas

Suasana penuh kehangatan dan keberkahan tampak menyelimuti kegiatan Silaturahmi Muslimat NU dan Pengajian Bulanan yang digelar pada Ahad, 15 November 2025. Bertempat di Masjid Nur Jawahir, Ngelo, Tlogomas RT 1 RW 7, acara berlangsung mulai pukul 12.30 hingga 14.30 WIB dengan dihadiri sekitar 500 Muslimat NU se-Kecamatan Lowokwaru.

Para peserta yang terdiri dari pengurus ranting, PAC, hingga anggota Muslimat NU datang dengan penuh antusias. Acara diawali dengan lantunan syahdu shalawat banjari dari tim Banjari Muslimat NU Ngelo yang menambah nuansa religius dan khidmat.

Sambutan hangat disampaikan oleh pengurus ranting Ngelo Tlogomas serta pengurus PAC Muslimat NU Lowokwaru sebelum memasuki inti acara, yaitu pengajian bersama Ustadz Akhmad Fauzi, S.Ag., M.Pd.I.

Dalam ceramahnya, beliau menyampaikan dua pesan penting:

1. Kemuliaan Menjadi Santri

Ustadz Fauzi menjelaskan makna filosofis kata SANTRI:

Sin – Salikun Ilal Akhirah: Menempuh jalan menuju akhirat

Nun – Naibun ‘Anil Masyayikh: Menjadi penerus para guru dan ulama

Ta’ – Taibun 'Anidz Dzunub: Selalu bertaubat dari dosa

Ra’ – Raghibun Fil Khairat: Senang dan semangat dalam melakukan kebaikan

Ya’ – Yarju As-Salamah Fid Dunya Wal Akhirah: Mengharap keselamatan dunia dan akhirat

Makna ini mengingatkan jamaah bahwa menjadi santri bukan hanya status, tetapi perjalanan spiritual menuju kemuliaan.

2. Menjadi Bagian dari Empat Golongan Pecinta Ilmu

Beliau juga mengutip sabda Rasulullah SAW:

"Kun ‘aliman, au muta’alliman, au mustami’an, au muhibban, wa la takun khamisan fatahlik" (HR. Baihaqi).

Artinya, jadilah: Orang alim, Pencari ilmu, Pendengar ilmu, atau Pencinta ilmu.

Dan jangan menjadi yang kelima—yakni mereka yang tidak peduli pada ilmu—karena hal itu dapat membawa celaka.

Pesan tersebut memberikan motivasi kepada seluruh jamaah untuk terus mencari ilmu sepanjang hayat. Long life education, karena dengan ilmu, hidup akan lebih mulia di dunia hingga akhirat.

Acara ditutup dengan doa bersama, meninggalkan kesan mendalam serta semangat baru bagi para Muslimat NU dalam mempererat silaturahmi dan memperkaya wawasan keislaman. (Fauzi)

Friday, 14 November 2025

Majelis Muslimah Masjid Dwiga dan Lazis NU Lowokwaru Gelar Santunan “Cinta Lansia”

Dokumen : Majelis Muslimah Masjid Dwiga bekerja sama dengan Lazis NU Lowokwaru Memberikan santunan pada lansia
Malang, Jumat 14 November 2025 — Majelis Muslimah Masjid Dwiga bekerja sama dengan Lazis NU Lowokwaru mengadakan kegiatan sosial berupa santunan dalam Program Cinta Lansia. Sebanyak 50 lansia dari Ranting Muslimat Tunjungsekar dan Ranting Muslimat Sudimoro Mojolangu menerima bantuan dalam kegiatan tersebut.

Paket santunan yang diberikan meliputi:

Beras 3 kg

  1. Mie goreng 10 bungkus
  2. Minyak goreng 1,5 liter
  3. Telur 2 kg
  4. Garam
  5. Amplop berisi Rp50.000

Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi serta mendorong para lansia agar tetap bersemangat menghadiri pengajian Majelis Muslimah Dwiga yang rutin digelar setiap hari Jumat pada Jumat pertama, kedua, dan ketiga setiap bulannya. Diharapkan para lansia senantiasa istiqamah dalam mengikuti majelis ilmu dan dalam menjalankan ibadah sehari-hari, khususnya shalat.

Ketua Majelis Muslimah Dwiga, Bu Kaji Devi Rusdi, menyampaikan ucapan terima kasih kepada para donatur yang telah berpartisipasi dalam program santunan ini.

“Terima kasih kepada para donatur atas sedekah dan dukungan yang diberikan. Semoga Allah melimpahkan kelancaran rezeki, kesehatan, serta menjadikan anak-anak para donatur sebagai anak-anak yang sholeh dan sholehah,” ujarnya.

Beliau juga mendoakan para lansia agar selalu diberi kesehatan, kekuatan beribadah, dan kelak dipanggil Allah dalam keadaan husnul khotimah.

Kegiatan berlangsung hangat dan penuh keharuan, menjadi bukti kepedulian dan perhatian masyarakat terhadap para lansia di lingkungan sekitar. (Heru)

Tuesday, 11 November 2025

Masjid Dwiga dan LAZISNU Lowokwaru Hadirkan Layanan Peminjaman Kursi Roda Gratis untuk Warga Malang Raya

Dokumen : Penerima manfaat peminjaman kursi gratis, Mak Nana dari Sulfat Blimbing Kota Malang
Malang — Masjid Dwiga bekerja sama dengan JPZIS NU Lowokwaru menghadirkan program sosial inovatif berupa layanan peminjaman kursi roda gratis bagi masyarakat umum. Program ini terbuka untuk siapa pun dan untuk berbagai kebutuhan kesehatan, tanpa memandang latar belakang.

Ketua LAZISNU Lowokwaru, H. Muhammad Rusdi, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat yang membutuhkan alat bantu jalan sementara. 

“Kursi roda harganya cukup mahal, sementara banyak orang hanya membutuhkan ketika sakit saja. Dengan program ini, kami berharap bisa membantu mengurangi beban biaya pengobatan,” ujarnya.

Dokumen : Kursi Rod siap Pakai untuk penerima Manfaat
Pelayanan peminjaman ini berlaku untuk seluruh wilayah Malang Raya. Namun, karena keterbatasan sumber daya manusia, pihak masjid belum dapat menyediakan layanan antar. Peminjam diharapkan datang langsung ke Masjid Dwiga untuk mengambil kursi roda.

Selain itu, masyarakat yang memiliki kursi roda tidak terpakai juga diajak untuk mewakafkannya ke Masjid Dwiga. Wakaf tersebut akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir manfaatnya bagi sesama.

“Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kesejahteraan umat. Dengan program seperti ini, kami ingin menjadikan masjid sebagai tempat yang hidup dan bermanfaat, baik untuk urusan dunia maupun akhirat,” tambah H. Rusdi.

Untuk informasi dan peminjaman kursi roda gratis, masyarakat dapat menghubungi Bapak Heru Pratikno di nomor 0813-3403-1103.

Adapun salah satu kursi roda yang saat ini digunakan dalam program tersebut merupakan wakaf dari almarhum Haji Imam Hanafi, semoga menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya. (Heru)

Cerita dibalik Suksesnya Santri Fun Walk Kota Malang yang dihadiri Lautan Manusia

Dokumen : Peserta Funwalk Hari Santri 2025 di Balai Kota Malang, Ahad (09/11/2025).
Ada hal menarik dibalik kesuksesan Fun Walk Santri sebagai puncak hari santri yang dihadiri oleh puluhan ribu manusia di depan Balai Kota saat itu (9/11). Menurut M. Nur Jel Wahyudi selaku ketua panita menjelaskan bahwa, munculnya ide giat itu lahir dari pertemuan terbatas pada tanggal 18 Oktober 2025 di PPIQ Darul Hidayah, Bareng (ndalem Gus Hisa). Agenda itu dihadiri oleh Jajaran Pembina dan Pengurus Majelis IPNU kota Malang.

“Saat itu hanya segilintir orang saja yang ikut rapat, namun akhirnya dari situ muncul gagasan besar untuk membuat Santri Fun Walk ini. Alhamdulillah antusiasnya melebihi ekspektasi dari panitia” tuturnya.

Agenda itu juga tak luput atas restu dari para kiai sepuh yang ada di kota Malang salah satunya yakni Kiai Marzuki Mustamar. Saat itu, bersama Majlis Cangkrukan Gus Dur, pihaknya meminta saran untuk memeriahkan Hari Santri. Tercetuslah Istighotsah Kubro di masjid Sabilillah pada 21 Oktober dengan melibatkan seluruh Banom dan Lembaga dibawah NU.

"Kami saat itu meminta saran kepada beliau siapa yang akan dijadikan ketua dengan menyadarkan beberapa nama, beliau memilih Rekan Nur Wahyudi sebagai Ketua dan Choirul Anam sebagai sekretaris. Selanjutnya Panitia Ketua MA terlebih dahulu sowan kepada Gus Is sebagai Ketua PCNU pada 18 Oktober meminta dukungan dan doa restu dua acara dimaksud yakni Istighotsaha Kubro dan Jalan Sehat Sarungan." imbuhnya

Ia juga menegaskan bahwa agenda ini juga merupakan respon atas polemik tayangan Trans 7 yang telah melukai hati seluruh santri di pertengahan oktober lalu. Ia beranggapan, bahwa tidak seharusnya hal itu terjadi. Karena itu, santri se kota Malang mempunyai semangat untuk menunjukkan jati diri sebagai kaum yang membela para kiai nya.
Dokumen : M.Nur Jel Wahyudi Ketua Santri Fun Walk (SFW) Kota Malang 2025
Di sisi lain, ia menambahkan, agenda semacam ini bukan pertama kalinya dilaksankan namun, sudah agenda ke enam. Setelah sebelumnya, dilaksanakan di beberapa tempat yang berbeda.

Pada 2015 pertama kali mengadakan Start di Balaikota Malang dan Finish di Masjid Agung Jamik kota Malang . Kedua,dilaksanakan pada 2016 di Museum Brawijaya. Sementara, 2017 SFW (Santri Fun Walk) diadakan di Kampus Unisma termasuk didalamnya pemecahan Rekor MURI pembuatan dan pengibaran Bendera NU terbesar ukuran 45 meter x 60 meter.

Tahun 2018 diadakan di Universitas Brawijaya. Kembali dan pada 2019 diadakan di Jl. Merdeka Barat Depan Masjid Agung Jami’. Lalu, tahun 2025 ini pihaknya telah sukses melaksanakan SFW yang ke enam.

Ia bersyukur agenda ini terlaksana sesuai harapan, sebab seluruh elemen santri tumpar ruah hadir. Sekalipun, ia menganggap hadiah yang diberikan hanya sebagai bonus saja. Namun yang paling penting adalah momem kebersamaan dan silaturahim antar santri se-kota Malang.

Sebelumnya, agenda puncak peringatan Hari Santri 2025 di Kota Malang ini memulai dan mengakhiri perjalanan di depan Balai Kota Malang dengan rute sejauh kurang lebih 3 kilometer melintasi Alun-Alun Kota Malang, koridor Kayutangan Heritage, dan kembali ke balai kota. Ratusan doorprize dibagikan melalui kegiatan ini. (Malik)

Sunday, 9 November 2025

Tiga Generasi Tebuireng: Dari Resolusi Jihad hingga Pahlawan Demokrasi

Jombang, 10 November 2025 — Pemerintah Republik Indonesia resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional, 10 November 2025. Pengukuhan ini melengkapi mata rantai keteladanan tiga generasi ulama besar dari Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Gelar ini menempatkan Gus Dur sejajar dengan kakeknya, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus penggerak Resolusi Jihad 1945, serta ayahnya, KH. Abdul Wahid Hasyim, tokoh perumus pendidikan dan perumusan dasar-dasar kehidupan kebangsaan di masa awal kemerdekaan.

Gus Dur dikenal luas sebagai tokoh yang berperan penting dalam transisi Indonesia menuju era demokrasi pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Selama menjabat sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia, Gus Dur membuka ruang kebebasan pers, memperkuat hak-hak sipil, serta memajukan dialog lintas agama dan kebudayaan dalam kerangka keindonesiaan.

Salah satu kebijakan monumental Gus Dur adalah pencabutan berbagai aturan diskriminatif terhadap warga Tionghoa di Indonesia, termasuk pemulihan budaya dan pengakuan resmi perayaan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional. 

Selain itu, Gus Dur turut mendorong penyelesaian konflik di sejumlah daerah, memperkuat peran masyarakat sipil, dan mempromosikan Islam yang inklusif, moderat, serta berbasis nilai-nilai kemanusiaan.

Pengamat sejarah menilai ketiga tokoh Tebuireng tersebut memberikan kontribusi berkesinambungan bagi Indonesia:

KH. Hasyim Asy’ari memperjuangkan kedaulatan bangsa melalui gerakan keagamaan dan sosial.

KH. Abdul Wahid Hasyim mengokohkan fondasi pendidikan nasional dan jembatan dialog antar-kepercayaan.

KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meneguhkan nilai kemanusiaan, demokrasi, dan pluralitas sebagai ciri khas Indonesia modern.

Dengan pengukuhan ini, Tebuireng kembali menjadi sorotan sebagai salah satu pusat tradisi keilmuan yang memberikan kontribusi besar dalam sejarah Indonesia.

“Tiga generasi Tebuireng menunjukkan satu mata rantai perjuangan: ilmu yang menjadi cahaya, keikhlasan sebagai dasar, dan pengabdian yang tidak henti untuk tanah air,” demikian disampaikan dalam pernyataan resmi keluarga besar pesantren.

Gelar ini menegaskan bahwa sumbangsih Gus Dur bukan hanya milik kalangan tertentu, melainkan warisan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari Tebuireng, nilai itu ditanam. Untuk Indonesia, nilai itu hidup.

Selamat Hari Pahlawan Nasional.!!

Friday, 7 November 2025

JUMAT BAROKAH DI MASJID DWIGA: CUKUR RAMBUT GRATIS, BAYARNYA CUKUP UCAPKAN “ALHAMDULILLAH”

Dokumen : Masjid Dwiga program “Jumat Barokah: Kembali Ganteng”, Jumat (7/11/2025).
Mengawali Jumat pagi dengan suasana penuh keberkahan, Masjid Dwiga kembali menggelar program unik dan inspiratif bertajuk “Jumat Barokah: Kembali Ganteng”, Jumat (7/11/2025). Dalam kegiatan ini, warga dapat menikmati layanan pangkas rambut 100% gratis, tanpa tarif, tanpa syarat. Satu-satunya “biaya” yang diminta hanyalah ucapan syukur: “Alhamdulillah.

Program dimulai sejak pukul 08.00 hingga 11.00 WIB dan disambut antusias oleh masyarakat. Sedikitnya 30 jamaah ikut merapikan penampilan mereka di area khusus yang telah disiapkan di lingkungan masjid.

Pangkas rambut dilakukan oleh barbershop “SAKURA” milik Bapak Sigit, warga Dwiga Blok A6 No. 2, yang bersinergi dengan LAZISNU MWC NU Lowokwaru serta para donatur. Kolaborasi ini menghadirkan suasana ramah, santai, dan penuh nilai kebersamaan.

“Hari Jumat adalah hari raya bagi kaum muslimin. Selain shalat Jumat, ada sunah-sunah seperti memotong kuku dan merapikan diri. Dengan tampil rapi ke masjid, kita bukan hanya memperindah penampilan, tapi juga memakmurkan rumah Allah,” ujar Abah Haji Suyanto, salah satu penggagas kegiatan.

Di balik kegiatan sederhana ini tersimpan pesan mendalam: rapi bukan sekadar soal penampilan, melainkan wujud penghormatan kepada diri sendiri dan Sang Pencipta. Setiap helai rambut yang jatuh, seperti mengalirkan semangat baru untuk memperbaiki diri.

Warga tampak senang dan percaya diri seusai dicukur, sambil saling bertukar senyum dan ucapan syukur. Suasana teduh Masjid Dwiga menjadi saksi, bahwa kebaikan bisa hadir dari hal-hal kecil yang dilakukan bersama-sama.

Dan benar adanya, seperti ungkapan yang menjadi ruh kegiatan ini:

Syukur adalah mata uang langit. Yang membalasnya bukan manusia, melainkan Tuhan.

Masjid Dwiga pun berharap program ini menjadi kegiatan rutin dan semakin mempererat ukhuwah antar jamaah, Semoga keberkahan Jumat terus menyertai. (Heru)

Sunday, 2 November 2025

Perkuat Struktur Organisasi, PAC Pergunu Lowokwaru Gelar Konsolidasi Perdana

Dokumen : Pemanfaatan Teknologi, PAC Pergunu Lowokwaru Adakan Konsolidasi organisasi, Ahad 02/11/2025

KOTA MALANG – Pengurus Anak Cabang (PAC) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Lowokwaru memulai langkah awal penguatan keorganisasian dengan menggelar konsolidasi bersama Pengurus Cabang (PC) Pergunu Kota Malang, Ahad (2/11/2025). Pertemuan ini berfokus pada pengenalan mendalam organisasi profesi guru NU dan sesi ta’aruf (perkenalan) antar anggota yang hadir.

Acara konsolidasi ini dihadiri langsung oleh Ustadz Akhmad Fauzi, S.Ag., M.Pd., yang merupakan pengurus PC Pergunu Kota Malang sekaligus koordinator PAC Pergunu Lowokwaru.

Dalam sambutannya, Ustadz Fauzi menjelaskan bahwa Pergunu adalah organisasi profesi yang mewadahi beragam latar belakang tenaga pendidik di lingkungan Nahdlatul Ulama.

"Pergunu beranggotakan guru dari berbagai jenjang, mulai dari PAUD, TK, MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA, atau sederajat," jelas Ustadz Fauzi. "Bahkan para pengajar di Madrasah Diniyah maupun di pesantren juga merupakan bagian dari keluarga besar Pergunu."

Agenda utama dari pertemuan ini adalah pembentukan struktur kepengurusan PAC Pergunu Lowokwaru secara lengkap, meniru struktur yang sudah berjalan di tingkat PC Pergunu Kota Malang.

"Setelah kepengurusan lengkap, kami akan mengadakan konsolidasi internal sebelum susunan resmi diajukan dan ditetapkan oleh PW Pergunu Jawa Timur," tambahnya.

Mengenal Pergunu: Organisasi Profesi yang Berakar Kuat dalam Sejarah NU

Untuk memberikan pemahaman yang utuh kepada anggota baru di Lowokwaru, disisipkan pula kilas balik sejarah Pergunu yang kaya akan perjuangan.

Dilansir dari NUOnline dan Ensiklopedia NU, Pergunu adalah badan otonom NU yang menghimpun guru, dosen, dan ustadz. Organisasi ini lahir dari rekomendasi Konferensi Lembaga Pendidikan Ma'arif NU pada tahun 1952.

Sempat mengalami pasang surut, terutama saat Orde Baru menyatukan organisasi guru dalam PGRI, Pergunu kembali diaktifkan pada era reformasi. Titik baliknya terjadi pada Muktamar NU Makassar tahun 2010, di mana Pergunu resmi ditetapkan sebagai salah satu Badan Otonom NU.

Kini, Pergunu mengusung paradigma baru: profesionalitas dan independensi. Organisasi ini tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun, sejalan dengan Khittah 1926 yang mengembalikan NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang fokus membangun generasi muda melalui jalur pendidikan. (Zain)

Friday, 31 October 2025

Gerakan Keluarga Maslahah NU Lowokwaru Resmi Ditutup, Berlangsung Khidmat dalam Rutinan Jumat Wekasan

Dokumen : Kegiatan Rutinan Jumat Wekasan MWCNU Lowokwaru sekalgus Penutupan rangkaian kegiatan Gerakan Keluarga Maslahah Nahdlatul Ulama (GKMNU) Lowokwaru
Kota Malang — Rangkaian Gerakan Keluarga Maslahah Nahdlatul Ulama (GKMNU) resmi ditutup dalam kegiatan rutinan Jumat Wekasan MWCNU Lowokwaru, Jumat (akhir bulan), bertempat di Kantor MWCNU Lowokwaru, Kota Malang.

Penutupan program yang merupakan kolaborasi antara MWCNU Lowokwaru dengan Kantor Kementerian Agama Kota Malang ini sekaligus menandai putaran ke-12 kegiatan GKMNU yang telah berjalan selama setahun penuh di seluruh kecamatan di Kota Malang.

Acara berlangsung khidmat dan penuh kekeluargaan, dihadiri oleh Kepala KUA Kecamatan Lowokwaru Abah H. Gufron, Ketua Tanfidziyah MWCNU Lowokwaru KH. Zainal Arifin, KH. Sudari, KH. Hilmi Muhammad, Abah H. Junaidi, jajaran pengurus MWCNU dan ranting-ranting NU, serta perwakilan santri dan pemuda Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Tunjungsekar yang diasuh oleh KH. Triyono.

Dalam sambutannya, Abah H. Gufron menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap MWCNU Lowokwaru yang secara konsisten menjadi mitra aktif Kementerian Agama dalam menggerakkan masyarakat menuju keluarga yang maslahah — keluarga yang berdaya, beriman, dan berakhlakul karimah.

“Gerakan ini bukan hanya simbol kegiatan seremonial, tapi bukti nyata sinergi antara ulama, umara, dan umat. NU selalu berada di garda terdepan menjaga nilai-nilai keluarga sakinah dan maslahah di tengah tantangan zaman,” ungkapnya.

Sementara itu, KH. Zainal Arifin dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan Jumat Wekasan bukan hanya agenda rutin, tetapi juga momentum untuk memperkuat spiritualitas dan ukhuwah antarwarga Nahdliyyin di Lowokwaru.

“Jumat Wekasan adalah saat yang tepat untuk bermuhasabah, memperbanyak doa, dan memperkuat silaturahmi. Apalagi kali ini bersamaan dengan penutupan GKMNU, semoga menjadi berkah dan semangat baru untuk terus berkhidmah kepada umat,” ujarnya.

Kegiatan Jumat Wekasan ini diisi dengan doa bersama, dzikir, dan tausiyah kebangsaan, diselingi refleksi capaian program GKMNU selama setahun terakhir.
Program GKMNU di Kecamatan Lowokwaru sendiri telah berhasil mendorong berbagai kegiatan sosial-keagamaan, seperti pembinaan keluarga sakinah, pelatihan ekonomi umat, dan edukasi moderasi beragama di tingkat ranting.

Dengan berakhirnya putaran ke-12 ini, MWCNU Lowokwaru berkomitmen untuk melanjutkan gerakan maslahah ini ke tahap pembinaan berkelanjutan, agar nilai-nilai keberkahan dan penguatan keluarga Nahdliyyin terus mengakar dalam kehidupan masyarakat.

“Semoga semangat maslahah ini tidak berhenti di acara penutupan, tapi terus menjadi ruh dalam setiap aktivitas sosial dan keagamaan di lingkungan NU,” pungkas KH. Zainal Arifin. (Heru)

Penyerahan Sertifikat Wakaf Masjid Miftahul Huda dan Mushola Darul Hikmah: Langkah Nyata Menjaga Amanah Umat

 

Dokumen : Penyerahan Sertifikat Wakaf di Mushalla Darul Hikmah, 31 Oktober 2025
Kota Malang — Dalam suasana penuh keberkahan di malam Jumat Legi, 31 Oktober 2025, dilaksanakan penyerahan sertifikat wakaf Masjid Miftahul Huda dan Mushola Darul Hikmah yang berlokasi di Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

Kegiatan berlangsung usai salat Magrib hingga ditutup dengan salat Isya berjamaah di Mushola Darul Hikmah, Ranting Mojolangu Timur, dengan suasana khidmat dan penuh kekeluargaan.

Acara ini dihadiri oleh jajaran pengurus dan tokoh Nahdlatul Ulama setempat, antara lain:

  • Abah H. Ahmad Poernomo, Takmir Masjid Miftahul Huda sekaligus Ketua Ranting NU Mojolangu Tengah.

  • Bapak M. Kosim, Takmir Mushola Darul Hikmah, didampingi Ustadz Sholeh, Ketua Ranting Mojolangu Timur.

  • Sertifikat wakaf diterima secara resmi oleh KH. Khamid Manan selaku Nadzir dan Abah H. Muarib selaku Ketua LPW P, didampingi oleh Gus Ainun Najib, H. Rusdi (Ketua LazisNU Lowokwaru), serta Heru Pratikno (Wakil Tanfidziyah MWC NU Lowokwaru).

Dalam sambutannya, Abah H. Muarib menyampaikan bahwa proses rename dan penyerahan sertifikat wakaf ini merupakan langkah penting untuk menertibkan administrasi pengelolaan masjid dan mushola di lingkungan Nahdlatul Ulama.

Dokumen : Penyerahan Sertifikat Wakaf Masjid Miftahul Huda Mojolangu, 31 Oktober 2025
“Sertifikat wakaf ini bukan sekadar dokumen, tetapi bentuk tanggung jawab agar pengelolaan tempat ibadah lebih tertib, dan agar para wakif tetap mendapatkan aliran pahala amal jariyahnya hingga akhir hayat,” ujarnya.

Sementara itu, KH. Khamid Manan menegaskan pentingnya legalisasi wakaf untuk mencegah penyalahgunaan aset masjid dan mushola di kemudian hari.

“Banyak kasus di luar sana, sertifikat yang masih atas nama pribadi justru disalahgunakan oleh ahli waris atau oknum untuk kepentingan pribadi, bahkan dijadikan jaminan utang. Inilah pentingnya penyerahan wakaf secara sah kepada nadzir yang amanah,” tegas beliau.

Hingga saat ini, LPW MWC NU Lowokwaru telah berhasil menyertifikatkan 125 lembaga wakaf, meliputi masjid, mushola, lembaga pendidikan seperti TK, dan sekolah Ma’arif NU.
Langkah ini menjadi wujud nyata semangat khidmah warga Nahdliyyin dalam menjaga amanah umat, sekaligus memperkuat konsolidasi dan kemandirian aset Nahdlatul Ulama di Kota Malang.

“Semoga ikhtiar ini terus menjadi bagian dari amal jariyah bersama, dan menjadi inspirasi bagi ranting-ranting NU lain dalam menata administrasi aset wakaf dengan lebih baik,” tutup Abah Muarib. (Heru)