Kenapa Wahabi Semakin Berani ?
Di media sosial, sudah sangat biasa kita jumpai dakwah-dakwah yang provokatif, hanya meninggalkan perdebatan/kecaman yang justru keluar dari tujuan dakwah islam sesungguhnya,
Islam terkenal dengan sebuah kesejukan (santun) ketegasan (mufakat/musyawarah, tabayyun untuk menghasilkan keputusan hasil bersama), tapi belakangan ini banyak Ustadz-ustadz baru lahir yang tampil di medsos, Youtube tanpa rekam jejak pendidikan yang jelas, sanad keilmuan / gurunya tidak jelas, dengan sembrono mengeluarkan fatwa, cocoklogi berdasarkan pemikirannya sendiri, tanpa menghargai para ulama lainnya yang sudah berpuluh-puluh tahun lama nya mendidik para santri, menyebarkan islam secara sejuk, mengayomi masyarakat dengan adab / tata krama
Mereka sangat sedikit, tapi habitat mereka memang di media sosial, bukan di pesantren, jika saja pesantren-pesantren NU Memperbolehkan para santrinya menggunakan hp/medsos setiap hari, Memperbolehkan menyombongkan ilmu pesantren di jagad maya tentu akan nampak mana yang hanya eksis di Internet, dan mana yang istiqomah mengaji setiap hari di pesantren-pesantren.
Efek dari Ustadz-ustadz dadakan/praktis tersebut banyak pemuda-pemuda yang sedang ingin belajar agama malah dengan mudahnya menjelma pribadi “takfiri” mudah mengkafirkan, mencap syirik, musyrik, bid'ah hingga sesat tanpa sebuah pemahaman yang completed/utuh dari sumber yang ilmiah
Secara sembrono mereka memamerkan kebodohan nya sendiri, baru belajar tapi sudah berani mendebat / merendahkan para alim ulama, kyai sepuh, masyayikh yang sudah memiliki puluhan ribu santri belum termasuk para alumni Pesantrennya.
Bermodalkan teknologi, terjemahan, mesin penelusuran (searching) hanya untuk menuduh amaliyah-amaliyah yang selama ini menjadi wasilah ibadah umat islam di Indonesia, bahkan secara terang-terangan banyak para pemuda hijrah yang menghakimi SESAT para wali terdahulu seperti Walisongo, sunan dan penyebar islam di indonesia sejak islam masih asing/belum dikenal di tanah pusaka ini.
Mereka mengklaim diri salafus sholeh padahal mereka tidak tau makna & sosok salafus sholeh itu sendiri, salafus sholeh adalah para imam mahzab yang hidup di zaman kenabian baginda rasul Muhammad SAW. Lucunya mereka mengklaim salafus sholeh tapi mengidolakan para wahhabi yang secara jelas tidak mempercayai & anti pada para imam mahzab yang sejatinya adalah salafus sholeh sesungguhnya.
Melihat pola fikir praktis para pemuda yang haus agama tapi hanya melalui Internet saja maka tidak heran ilmu hasil searching mereka hanya untuk berdebat, hanya untuk menyerang orang-orang yang tidak mereka sukai, bukan untuk di tanamkan pada pribadi dan perilaku sehari-hari
Bahkan jika kami simpulkan/perjelas Ustadz-ustadz Youtube yang mereka idola kan belum tentu lebih alim dari para santri-santri pondok pesantren yang secara pribadi lebih tawadhu / tidak menampakan kealimannya/ilmu nya,
Lalu bagaimana cara menanggapi mereka yang suka mengkafir-kafirkan, membid'ah-bid'ah hingga memvonis seenak mereka sendiri orang lain munafik dan lain sebagainya?
Jawabannya tidak perlu di tanggapi, karna para wali menganjurkan kita untuk tidak ikut terbawa mudharat /perdebatan, cukup di makhlumi dan di maafkan saja, jadikan fitnah-fitnah tersebut sebagai ladang ibadah kita, untuk tetap sabar & tawakal kepada Allah Ta'alla.
Semoga kita semua selalu mendapatkan cahaya, menanamkan islam di perilaku/pribadi, hati hingga lisan kita,
- Haddi VJB
#LiterasiDakwah
Basmi
ReplyDeleteMasya allah ,artikel ini harus di lebar luaskan ustadz,memang penjajahan yang paling sulit di basmi ialah penjajahan ideologi,, semangat min,,tebarkan yang Haq,agar kami faham ,
ReplyDelete