TIGA ULAMA PAKU BUMINYA BANTEN - HWMI.or.id

Monday 8 June 2020

TIGA ULAMA PAKU BUMINYA BANTEN


3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah sekaligus Pemimpin Ulama di Tanah Banten
'Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional. Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah asli kelahiran di Serang - Banten.

Provinsi yang dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup.

1. Abuya Syar'i Ciomas Banten
Beliau merupakan satu satunya murid syekh nawawi al bantani dan ulama seangkatan Mbah Hasyim Asyari (pendiri NU) yang masih hidup. Kini usianya sudah mencapai kisaran 140 tahunan, tentu sudah sangat sepuh.
Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik, kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri - santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau juga disebut sebut sebagai pemegang golok ciomas banten yang asli dan hanya ada satu satunya di dunia ini.

2. Abuya Muhtadi Cidahu Banten
Beliau merupakan salah satu ulama yg diakui sebagai pakunya tanah Banten. Seorang ulama yang terdaftar dalam jajaran mustasyar PBNU ini adalah seorang putra dari Abuya Dimyati Cidahu Pandeglang. Ayahnya merupakan seorang waliyullah yang sangat masyhur, tak hanya di nusantara namun juga dunia internasional. 
Banyak murid2nya yang menyaksikan secara langsung karomah Abuya Muhtadi. Salah satunya yang terkait soal banjir besar di Serang - Banten. Sebelum banjir menghantam kota Serang, malam harinya Beliau sudah memberikan aba - aba terkait bencana besar ini.

3. Abuya Munfasir Padarincang
Pesantren Beliau yang tanpa nama terletak di kaki bukit Padarincang. Abuya Munfasir hanya menerima santri laki laki yang jumlahnya maksimal 40 orang saja, akan tetapi belum pernah santrinya mencapai angka 40 orang. Abuya menerapkan beberapa syarat untuk dapat mondok dan menuntut ilmu ditempatnya, salah satunya dengan tidak diperbolehkannya membawa apapun. Hanya baju yang melekat dibadan saja yang diperbolehkan untuk di bawa ke pondok beliau. Selain itu, abuya juga memberikan syarat untuk siapa saja yang ingin menuntut ilmu dengan beliau, diharuskan untuk di test agar sanggup berpuasa selama 40 hari sambil berbuka dan sahur hanya dengan 3 teguk air (tidak lebih). Setelah melewati taraf pengetesan ini, abuya mengharuskan santri untuk berpuasa dengan umbi-umbian yang tidak dipebolehkan untuk di masak / terkena api, pada taraf ini santri harus mengiringi puasanya dengan membaca Al-quran 10 juz perharinya.
Ketika semua sudah dilewati, sampailah kita pada syarat yang bisa di bilang syarat tertinggi yang diberikan oleh Abuya, yaitu harus puasa mutih (berpuasa dengan hanya nasi putih dan garam). Dan berpuasa dari segala omongan (berdiam diri). Jadi jangan heran, ketika berkunjung ketempat beliau akan menemukan santri santri beliau yang tidak mengeluarkan sepatah kata sedikitpun.
Syarat syarat yang di berikan beliau memang terlihat sangat berat, tapi beliau punya manhaj sendiri untuk menjadikan santri santrinya memiliki hati yang bersih, salah satunya melalui jalan tasawwuf.
Wallahu ‘alam

#HubbulWathonMinalIman

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda