Abah Guru Sekumpul Pun Tak Luput Dari Pencatutan Para Pengecer Khilafah - HWMI.or.id

Friday 7 August 2020

Abah Guru Sekumpul Pun Tak Luput Dari Pencatutan Para Pengecer Khilafah

 


ABAH GURU SEKUMPUL PUN TAK LUPUT DARI PENCATUTAN PARA PENGECER KHILAFAH


PENERAPAN SYARIAT ISLAM MANHAJ ABAH GURU SEKUMPUL.


(Oleh Abu Zein Fardany)

*********


Beberapa waktu silam, viral beredar potongan video pengajian Abah Guru Sekumpul tentang penerapan syariat Islam. Umumnya di diposting dan dibagikan para pengasong ide khilafah dan juga mereka yang menginginkan formalitas hukum Islam di Indonesia.


Menyimak isi potongan video tersebut, sekilas kita akan mengira Abah Guru Sekumpul sejalan dengan gerakan mendiang DI/TII, HTI, wa ashhabihi wa man tabi'ahum ila yaumiddiin.


Fragmen video ulama besar Kalimantan ini pun digunakan sebagai propaganda, bahwa gerakan mereka legitimate, untuk meraih simpati dan dukungan kaum awam.


Benar bahwa Abah Guru Sekumpul menginginkan berlakunya hukum Islam di tengah-tengah masyarakat. Siapapun yang beragama Islam pasti menginginkan hal ini. Apalagi para ulama. Karena tidak mungkin mereka mengajarkan fikih dan ilmu agama lainnya tanpa keinginan agar ilmu tersebut diamalkan.


Pondok pesantren, majlis ta'lim, madrasah, dan lembaga pendidikan agama Islam lainnya, pasti mempunyai visi berlakunya syariat Islam. Demikian juga organisasi-organisasi umat Islam. NU misalnya, dalam setiap bai'at pengurus, pasti diingatkan visi ini.


Namun, apakah dengan demikian berarti Abah Guru Sekumpul bersetuju dengan gerakan Hizbut Tahrir, DI/TII, dan gerakan-gerakan pengasong slogan NKRI bersyariah? Ini yang patut kita renungkan.


Penulis tidak lama ikut duduk di halaqoh pengajian beliau. Hanya sekira sepuluh tahun terakhir. Tepatnya sejak 1994, di mana penulis memutuskan hijrah dari kampung halaman dan menyantri serta tinggal di kawasan Sekumpul. Sampai beliau wafat, penulis masih tinggal di tempat yang terhitung berjiran dengan beliau. 


Masa sepuluh tahun penulis rutin hadir, kecuali beberapa waktu di mana penulis berhalangan. Dari ketika pengajian masih beberapa kali dalam satu hari dan berlangsung setiap hari kecuali Jum'at, dengan durasi panjang hingga pernah kisaran 4 jam dalam satu pengajian, hingga pada masa-masa akhir hanya sepekan sekali, itupun dengan durasi kisaran satu jam saja.


Inilah yang kemudian menjadi modal analisa dalam tulisan ini. Pengalaman selama menyimak dan mencatat apa yang beliau sampaikan, pun juga pengamatan sikap dan laku beliau dari kejauhan, kiranya bisa kita jadikan bahan telaahan untuk menarik simpulan, benarkah Abah Guru Sekumpul seperti yang Hizbut Tahrir wa akhwatuhum propagandakan.


Sependek pengetahuan penulis, Abah Guru Sekumpul adalah orang yang menerima NKRI dan sistem yang dianut negara ini. Pemilu misalnya, beliau disaksikan banyak orang ikut hadir ke TPS, memberikan hak suaranya.


Beliau menerima dengan ramah kehadiran para pejabat negara ini, dari kelompok manapun dan agama apapun. Beliau menghormati pemerintah dan menerima serta mendukung kebijakannya yang mashlahat untuk umat. Penetapan awal Ramadhan dan Syawal misalnya, beliau sering menekankan agar ikut keputusan pemerintah saja.


Abah Guru Sekumpul ramah kepada para politikus di zamannya. Para pimpinan tiga partai jaman orde baru terdokumentasi datang silaturrahmi dan menjalin keakraban dengan beliau.


Kritikan, saran dan nasehat, beliau sampaikan langsung kepada pejabat berwenang, dari tingkat RT hingga nasional. Keinginan agar ada lembaga keuangan berbasis syariah misanya, beliau sampaikan kepada KH. Ma'ruf Amin yang akhirnya memperjuangkannya hingga berdiri Bank Muamalat, bank syariah pertama di negeri ini.


Tidak pernah sekalipun Abah Guru Sekumpul bersetuju dengan tindakan anarkis, memaksakan kehendak dengan kekerasan. Jangankan demikian, demontrasi saja sangat beliau larang. Berulangkali Abah Guru Sekumpul menyampaikan agar jangan sampai ada demonstrasi di tanah Banjar ini. Padahal, kita semua tahu bagaimana sikap politik orde baru terhadap umat Islam.


Demikian pula terhadap tempat hiburan yang ditengarai menjadi tempat maksiat. Beliau tidak pernah menyarankan agar dilakukan sweeping dan semacamnya. Terhadap lokasi pelacuran misalnya, beliau menyikapi dengan statement, "bakar dengan duit". Artinya pikirkan agar lokasi tersebut bisa dibeli dan dirubah statusnya.


Bandingkan misalnya dengan gerakan 212 misalnya, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, dan yang seperti mereka, tentu sangat jauh berbeda.


Terapan Syariat Islam yang beliau inginkan adalah terapan yang berdasarkan kesadaran. Terapan secara sosial dan tidak harus menjadi hukum legal formal yang justeru akan melahirkan perpecahan di negeri bhinneka ini. Berulangkali beliau menyampaikan agar terapan Hukum Islam dimulai dari masing-masing individu dulu, baru kemudian keluarga. Bila semua keluarga menerapkan maka itulah yang dimaksud berlakunya Hukum Islam.


Terapan Syariat Islam yang Abah Guru Sekumpul dakwahkan, bila kita amati, sejalan dengan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama. Yaitu apa yang diistilahkan KH. Sahl Mahfudh, Rais Am PBNU 1999 - 2014, dengan Fikih Sosial. Di mana fikih menjadi sebuah etika sosial, yang dijalankan berdasarkan kesadaran, bukan legal formal yang dilaksanakan dengan pemaksaan.


Gagasan fikih sosial adalah bentuk kontekstualisasi dan reaktualisasi terhadap metodologi fikih Syafi’iyah dalam upaya menemukan pemikiran alternatif yang sejalan dengan cita-cita ideal transformatif.


Karenanya, tak pernah satu kali pun kita menemukan Abah Guru Sekumpul mendakwahkan ide khilafah ala Hizbur Tahrir yang waktu itu sudah berkembang di bumi Banjar. Pun juga terdokumentasi kehadiran para aktivis organisasi tersebut bersilaturrahmi kepada beliau.


Apakah beliau tidak tahu hadits bahwa kelak khilafah ala Minhajin Nubuwwah akan tegak? Beliau sangat paham hadits tersebut. Beliau telah tamat mempelajari kutubus sittah, atau enam kitab hadits utama. Beliau juga telah mempelajari hadits-hadits tentang Al-Liwa dan Ar-Rayah atau bendera Nabi, diantaranya dari kitab Anwarul Muhammadiyah. Tapi apakah pernah beliau mengibarkan atau mengajak murid dan santrinya mengibarkan bendera Hizbut Tahrir?


Dari sini, kita bisa simpulkan, propaganda bermodalkan fragmen video pengajian beliau tentang penerapan Syariat Islam yang berusaha diviralkan para pengasong ide khilafah wa ashhabihi ajma'in, tak lain hanya pembuktian gagal nalar mereka, kalau tidak ingin dikatakan kesengajaan untuk menyimpangkan kaum awam dari manhaj Abah Guru Sekumpul yang sejatinya.


Dan kita, sebagai pecinta dan berharap membersamai beliau di akhirat kelak, relakah terhasut propaganda yang menyimpangkan kita dari manhaj Abah Guru Sekumpul? Atau diam saja ketika menyaksikan upaya yang membelokan umat dari jalan beliau ini?


Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Thoriiq. 

*********


Artikel ini pertama kali dipublikasikan di https://banua.co/2020/02/26/abah-guru-sekumpul-dan-gagal-nalar-pengasong-khilafah/


Kunjungi: www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda