Modernisasi Dan Hedonisme Di Arab, Negara Arab Tidak Lagi Seperti Yang Anda Bayangkan - HWMI.or.id

Friday 7 August 2020

Modernisasi Dan Hedonisme Di Arab, Negara Arab Tidak Lagi Seperti Yang Anda Bayangkan



Ketika kita mulai membiasakan diri memanggil istri dengan sebutan "Ummi", pasangan muda di Saudi sudah mulai akrab saling memanggil "Honey". Ketika kita sibuk membatasi aktivitas istri di luar rumah, Aseel al Hamad di Jeddah mungkin sedang "ngedrift" di tikungan pesisir Al-Balad dengan Ferrari Stradale SP90-nya. Ia wanita pertama di Saudi yang mengantongi izin untuk mengemudikan "Kuda Jingkrak" dari Italia itu. Kita yang mati-matian belajar menunggang kuda disini, orang-orang di Saudi, Qatar, dan Quwait sedang dalam antrian memesan Lamborghini Aventador terbaru. Pada saatnya nanti, kita akan lebih Arab daripada orang Arab.


Kota-kota masyhur tempat peradaban Arab tumbuh bukan lagi bangunan-bangunan tua di Baghdad, Kairo atau Damaskus. Magnitude budaya Arab sekarang adalah gemerlapnya kosmopolitan Riyadh, Dubai dan Doha. Pusat-pusat kekuatan budaya dan pembelajaran tradisional Arab telah terpinggirkan, berganti menjadi Marks & Spencer dan Four Seasons.


Budaya Arab belum tentu budaya Islam. Tak ada satupun ulama yang memaktubkan budaya Arab dalam Rukun Islam atau Rukun Iman. Mereka tahu, budaya adalah entitas yang terlalu ringkih terhadap gerak peradaban manusia. Pergeseran budaya di tanah Arab adalah contoh, bagaimana pola hidup bangsa Arab telah berubah cepat dari ketika minyak bumi belum dieksplorasi pada tahun 1920, dan masa sekarang setelah bergelimang uang. Budaya, bagaimanapun adalah kreasi manusia yang sangat regional, sedang agama dirancang "rahmatan lil 'alamin", itulah bedanya.


Namun keawaman umat kadang terjebak dalam garis tipis itu. Banyak budaya Arab selalu dilekatkan dengan jastifikasi agama. Ditambah aliran uang minyak yang mengalir ke negara-negara berpenduduk Muslim di luar Arab, dengan selipan ideologi yang menyertai, membuat budaya dianggap sebagai "paket kombo" dari semua muatannya. Sehingga model busana pun misalnya, dianggap bagian dari anjuran agama dibanding budaya. Padahal di Arab sendiri, penduduk non-muslim juga memakai model busana yang sama.


Kita berusaha mengadaptasi budaya Arab, ketika masyarakat Arab mulai meninggalkannya - disadari atau tidak, kita sedang mengalami "prank" budaya.(Islah_bahrawi)


www.hwmi.or.id

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda