Film Animasi Propaganda HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) - HWMI.or.id

Monday 5 October 2020

Film Animasi Propaganda HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)




Kaget lihat Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, yang mewajibkan semua sekolah untuk baca buku karangan Felix Siaw, dedengkot HTI ??

Saya sih ga kaget. Karena sejak lama tahu, bahwa HTI sudah masuk dalam hampir semua jaringan pendidikan di Indonesia. Salah satu program Hizbut Thahrir memang melakukan pembelokan pemahaman dalam pelajaran agama di semua dunia pendidikan. Ini berkaitan langsung dgn tujuan HTI ingin mendirikan negara Islam disini.

Jangan kaget juga, kalau HTI bahkan sudah lebih maju dalam membuat film animasi anak-anak. Namanya Nusa dan Rara. Ide cerita film ini, siapa lagi kalau bukan dr salah satu dedengkot HTI, bernama Felix Siaw.

Apa yang berbahaya dari film Nusa dan Rara ? Itu kan film anak-anak ??

Dilihat sepintas memang tidak ada apa2, itulah kelebihan HTI. Tapi kalau mau melihat lebih luas, film Nusa dan Rara itu sebenarnya sedang membangun eksklusifitas keagamaan. Islam ditampilkan dalam wajah budaya arab, lihat aja pakaian Nusa yg bergamis.

Identitas keagamaan tampak sekali dari cara berpakaian mereka, seolah Islam itu ya harus seperti itu. Itu doktrin kepada anak2 dan guru2 sekolah pelan2.

Sesudah Nusa dan Rara dikenal, baru pelan2 akan dimasukkan doktrin khas mereka kelak, “ngucapkan salam ke agama lain itu dosa” sampai “hanya kita agama yg paling benar”. Miriplah dgn doktrin2 yang mereka lakukan ke umat mereka, tapi ini kepada anak kecil.

Bedakan dengan film produksi Malaysia, Upin dan Ipin dimana animasinya menunjukkan berbagai macam karakter, bukan saja Melayu dan bukan saja Islam. Film Upin dan Ipin adalah bagian dr propaganda pemerintah Malaysia, yang ingin menciptakan kesatuan suku dan ras, supaya menjadi Malaysia satu.

Di Indonesia, film masih belum jadi perhatian pemerintah utk propaganda persatuan, tapi dimanfaatkan kelompok hijrah utk propaganda identitas agama.

Menariknya, film animasi Nusa dan Rara mau diangkat ke bioskop oleh sebuah PH besar. Mereka dan pendananya hanya berfikir tentang bisnis, tanpa sadar ikut meluaskan propaganda identitas yang dibangun oleh HTI dan jaringan mereka..

Gagapnya kita menahan laju gerakan militansi HTI, karena banyak dari kita kurang pengetahuan tentang mereka. Jangan kaget kalau suatu saat kita kalah bukan karena mereka pintar, tapi karena justru kita terlalu bodoh untuk melindungi negara kita..

Saya menulis ini bukan untuk mempopulerkan mereka, justru untuk mengingatkan bahaya yang lebih besar dalam keragaman kita, jika politik identitas mulai dibenamkan ke anak-anak kita yang masih polos tanpa mereka sadari..

(DS)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda