Sederet Panglima Muda NU Berdarah Dayak Senganan Dan Melayu - HWMI.or.id

Monday 5 October 2020

Sederet Panglima Muda NU Berdarah Dayak Senganan Dan Melayu

 Sederet Panglima Muda NU Berdarah Dayak Senganan dan Melayu

Foto : Aang Tato, seorang pemuda bertato yang sangat disegani ini berdarah dayak dan merupakan Tumenggung Adat. Aang adalah anggota Banser sekaligus Pengerak NU yang sangat Militan. Ucapannya dipatuhi dan gerakannya menginspirasi.

NU memang Keren, dengan pergerakan yang progresif moderat mampu menyentuh dan menggerakkan partisipasi seluruh elemen bangsa dan menjangkau menukik masuk kedalam alam budaya dan ragam peradaban nusantara. Sifat asli NU yang akomodatif dan menghargai kekayaan kultural membuat NU tetap bertahan menjadi kekuatan besar yang diterima bahkan digerakkan oleh kader dari beragam latar belakang etnis dan suku budaya.

Tidak seperti kebanyakan ajaran baru yang cenderung memusuhi kekayaan keragaman tradisi dengan menyeranngya menggunakan stereotif negatif yang dibuat – buat dan dipaksakan dalam bentuk jargon ‘tidak Islami’ atau ‘tidak syar’i’, Ajaran Ahlussunnah Waljamaah yang dipegang teguh oleh NU sudah diterima dengan sangat baik sejak awal mula Islam masuk ke Nusantara.

Ratusan tahun yang lalu ketika terjadi migrasi sosial besar – besaran, orang – orang Dayak yang masuk Islam mengindentifikasi diri dengan sebutan Senganan dan sebagian menyebut dirinya Melayu. Ajaran yang dipegang teguh oleh Senganan dan Melayu adalah Ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah Annahdhiyah, sama persis dengan ajaran yang dipegang teguh oleh NU, karenanya Senganan dan Melayu sejatinya sudah NU sejak awal semula.

Tidak mengeherankan jika kemudian lahir generasi Panglima Muda NU yang berdarah Dayak yang Kemudian menyebut dirinya Senganan atau melayu di Kalbar.

Herman Al Fanqiny misalnya putra dari Ai Su Bakar atau Haji Abdul Bakar Tokoh Sepuh Sekadau ini Kakek moyangya berdarah Dayak, kini beliau menjadi salah satu Tokoh penting dalam jajaran Penggerak NU yang militan di Jawa Tengah.

Tinggal di Kota Semarang, Herman Abdul Bakar yang memperistri putri salah seorang Kiyai di Pekalongan ini menjadi ujung tombak dalam urusan digitalasi NU Jawa Tengah. Selain aktifitas utamanya sebagai Aktifis LP Ma’arif PWNU Jateng, Gus Herman juga aktif mensupervisi pergerakan NU di Sekadau tanah kelahirannya.

Herman Al Fanqiny (Baju Putih) adalah putra H. Abdul Bakar Tokoh Sepuh Sekadau ini kakek moyangya berdarah Dayak, kini beliau menjadi salah satu Tokoh penting dalam jajaran Penggerak NU yang militan di Jawa Tengah.

Di belahan Bumi lain ada seorang Pemuda Hebat bernama Maskur, Lahir Di Desa Seburuk, 5 Oktober 1976 Kecamatan Sungai Betung kabupaten Bengkayang, Asli dayak Rara Bakati.

Maskur yang juga menjabat di Batamad Provinsi Kalteng sebagai Sekretaris 1 Batamad adalah barisan pertahanan masyarakat adat Dayak, Kini menjadi Kasatkorwil Banser Kalteng, pemegang komando Pasukan Loreng yang tak pernah mundur satu tapak pun menjaga Ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah dan NKRI.

Di Pemprov Kalteng, Maskur Juga menjabat sebagai Kasubbag Umum dan Kepegawaian pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Selain itu Pemuda berkulit putih berparas tampan ini juga Anggota Kehormatan ForDayak.

Berikutnya ada Aang Tato, seorang pemuda bertato yang sangat disegani ini berdarah dayak dan memiliki mandau keramat peninggalan Ibu angkat nya di suatu daerah di Landak.

Sehari – hari menjalankan aktifitas sebagai Tumenggung Adat, Aang adalah anggota Banser sekaligus Pengerak NU yang sangat Militan. Ucapannya dipatuhi dan gerakannya menginspirasi.

Sederet nama lain yang tak kalah penting dan berpengaruh diantaranya Abah Abang Effendi Lahir di Belitang, 28 Desember 1980 dari ayah bernama Abang Tamjit dan Ibu Syam Sunah, Kakek dari Ibu bernama Anong sedangkan Nenek dari Ibu Seek yang merupakan adik dari neneknya Abo Herman Abdul Bakar Al Pangkiniy.

Lulus Diklatsar tahun 2018, beliau adalah tokoh di balik layar yang sangat penting dan menentukan. Tokoh Keturunan Raja Melayu Sintang ini Sangat Militan dalam perjuangan NU dan komitment terhadap Negara Pancasila. Bahkan istri dan anak – anaknya juga Banser.

Di kalangan lebih muda ada Rahman Syahril yang lahir dari seorang ayah berdarah dayak dan ibu berdarah senganan. Pemuda milenial yang hebat ini Lulus Susbanpim jenjang kaderisasi tertinggi di Banser dan menjabat sebagai pemegang komando Pasukan Loreng terbanyak se Kalbar, juga saat bersamaan menjabat sebagai Kepala Satsus Provost Satkorwil Banser Kalbar.

Sekretaris Ansor Kabupaten Sekadau juga di pegang oleh Jurnalis hebat berdarah senganan bernama Tambong Sudiyono. Lelaki yang tak mengenal takut ini sangat berpengaruh di dunia pergaulan milenial. Neneknya asli Dayak Jangkang dan kakeknya berdarah Dayak Kodah dari buyutnya.

Kakeknya seorang ulama besar bernama Ayap Imam, begitu biasa ia dipanggil karena punya ketokohan yang sangat kharismatik diwilayahnya.

Dari Kalangan Dzuriyyah Kerajaan Sekadau trah Nanga Taman muncul secara cepat Pemuda Hebat yang kini menjabat sebagai Sekretaris PCNU Kabupaten Sekadau, Abang Diky Kusuma Atmaja, putra dari ayah Bernama Abang Usman ini, juga memiliki istri yang berdarah Keturunan Raja Melayu. Selain cerdas dan memukau, kehadirannya sebagai Sekretaris PCNU menginspirasi banyak anak muda untuk berkhidmah kepada para Ulama dengan tulus sepenuh hati tanpa mengenal lelah.

Di pusatnya Kalbar banyak Panglima Besar Melayu yang masyhur dengan kesaktian lahir batin nya serta mempunyai kekuatan memobilisasi massa, Ustadz Deni misalnya adalah Panglima hebat yang kini menjabat Ketua PC GP ANSOR Landak. Selain itu Seorang Guru Besar di Semedang bernama Herman Wijaya, kini menjadi tulang punggung pergerakan muda NU. Loyalitasnya yang tanpa batas terhadap NU membuat ia menjadi pemuda yang disayangi para Ulama.

Zarkasih atau yang dikenal dengan Pak Jek Seorang berdarah Melayu tulen dari Bangka Belitung kini memegang Komando Pasukan Loreng Kota Pontianak. Dosen yang juga senior Menwa yang sangat disegani banyak pihak ini adalah senior Banser yang dipatuhi.

Disudut lain setia menjaga perbatasan negara hadir juga seorang pemuda hebat yang menjabat Sebagai Wakasatkorwil Banser Kalbar, Perisai Supra Yogi Pemuda asal Kembayan ini bahu membahu dengan senior nya Hamka Surkati yang berdarah Melayu Bugis mengembangkan Banser di tapal batas Negara sebagai sisi terluar yang sangat mempengaruhi konstelasi dunia.

Diluar itu masih sangat banyak tokoh muda lain berdarah Dayak, berdarah Senganan dan berdarah Melayu yang militansinya dalam memperjuangkan NU sangat mengagumkan.

Ini menjawab tuduhan propaganda jahat yang meraih keuntungan politis dengan mencoba membentuk opini seolah – olah NU adalah organisasi yang Rassis.

Ditulis secara khusus pada tanggal 14 September 2020 dalam suasana sejuknya Gunung Pring Muntilan Magelang, Area Pemakaman Para Waliyulloh yang berbaring didalam nya Waliyulloh Besar NUsantara Pangeran Singosari dan Mbah KH. Dalhar Watu Congol. Setelah melakukan komtemplasi dan komunikasi bathin secara mendalam dalam heningnya kesunyian jiwa.

Oleh : Abah Kyai Tohidin

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda