Politisasi Poligami Atas Nama Agama, Bisnis Atau Nafsu ? - HWMI.or.id

Thursday 11 February 2021

Politisasi Poligami Atas Nama Agama, Bisnis Atau Nafsu ?

 POLITISASI POLIGAMI ATAS NAMA AGAMA, BISNIS ATAU NAFSU ?

Oleh: Abdulloh Faizin 



Sekali lagi ini buka masalah like or dislike suka tidak suka tentang poligami namun bagaimana meletakkan dasar hukum dan eksistensi poligami yang sebenarnya menurut Islam. karena degradasi nilai poligami telah dibelokkan padan nilai kapitalis dan nafsu seksualitas yang berbahaya bagi generasi yang seolah olah telah mengikuti Nabi dan melaksankan ajaran Agama padahal !......


Akhir akhir ini kita banyak mendengarkan melihat dan merasakan interpretasi Agama ruwet liar menggelitik serta menggelikan dan  bahkan mengerikan. Interpretasi itu dilakukan oleh orang orang yang baper dan bahkan over dosis dalam mengimplementasikannya. Rentetan formalisasi Agamanya kebablasan. Semua atas nama dan berkedok agama atas nama Nabi atas nama sunnah. Padahal isi dan tarjet yang diharapkan adalah nilai komoditas kapitalis hedonis, nafsu egois kadang tidak menyentuh kemaslahatan Islam sama sekali. 


Bahkan mentor mentor dan ustadznya sekalipun menggunakan media dakwah dengan trik trik beraroma agama. Jika tidak belipun dianggap melawan syariat. Penjualan panah dan busurnya dinisbstkan olahraga Rasulullah penjualan alat bekam dan lain yang dinisbatkan obat Ala Rasulallah. Kurma kuliner Rasulullah Dan lain lain yang ujungnya adalah strategi keduniawian berbugkus dogma.


Bayangkan semua prilaku dipaksakan menggunakan bersimbol syariat berbalut sunnah. mulai dari pakaian kegiatan dan bisnisnya dan terkesan mengada-ada bahkan semua harus beragama. Sampai hal yang berupa benda dan materi haru beragama pula. Seperti rumah makan syariah baju syariah parkir syariah dan lain lain. Bank Syariah Negarapun harus syariah semua seakan dipaksa syariah. Karena tekstualitas terbatas.


Semua harus lurus semua ditekuk dan dicekik dengan kata dan dililit dengan istilah haram.  Makan coklat valentine haram melihat drakor haram musik haram hari Ibu haram tahun selamat tahu baru haram selamat ulang tahunnya sendiri haram semua bank dianggap riba dan haram padahal mereka sendiri tidak bisa melepaskanya kan aneh !!  seakan berbicara" karepe dewe" tak pakai ilmu dan literasi tak memahami salah benar tanpa istimbat seperti para kiyai Ulama. tanpa mempertimbangkan asal muasal sebab-akibat dan maslahat mursalahya. 


Di sisi lain mereka membuat kegiatan yang sama sekali formalitas tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah seperti hari menolak pacaran sah sah saja. Bergerombol demo melawan dan makar pemerintah dianggap wajar wajar saja.  Semua yang dihasilkan dari interpretasi Agamnya hanya ada haram jika tidak selaras dengan pikiranya. Dan akan halal dan Sunnah jika sama dengan konsep yang dibawanya. Benar benar Agama berdasarkan nafsu dan otaknya saja.


Yang terakhir isu strategis yang  dengan selakangan terus mengkapanyekan poligami dan memadu perempuanya atas nama sunnah lagi. Dengan berbagai cara agar poligami berhasil mulai dari seminar sehari sarasehan bahkan bahkan tidak malu malu disebarkan melalui medsos dan lini lini internet lain. Dan itupun bayar anehnya ada yang ikut karena memang jaminan memuaskan untuk kodrat birahi laki laki apalagi hidung belang. Ini sangatlah mengenaskan terutama bagi orang yang cerdas memahami keadaan dan mampu memahami originalitas Agama.


Kita tidak anti poligami karena sunah namun menjadi kedok hanya atas nama Nabi yang parah. jujur menjadi gejolak pertanyaan dalam hal ini apakah poligami yang dielukan itu benar benar atas nama Nabi atau memaksa sang istri untuk disakiti?  Saya lebih suka poligami para kiyai tidak heboh dan menghebohkan diri mencari sensasi karena keturunan generasi yang ditokohkan serta lebih senang dengan pengakuan teman teman dulu yang poligami  apa adanya ya karena ingin menikmati keindahan pasangan hidup lagi dan mampu karena kodrat kelelakianya namun  tidak menkambing hitamkan sunnah Nabi agar keren dan terlegitimasi.


Fenomena diatas menunjukkan bahwa agama sebagai make up saja pemoles glowwing wajah dan permukaan bungkus dan isinya tidak lebih aksentuasi seksual dan kapitalisme sensual yang mampu menarik orang orang awam mengikutinya dan akhirnya menjadi sesasat dan memyesatkan.  Kita harus belajar Agama menggunakan akal agar kepantasan beragama itu tidak terkesan mengada-ada ada dari hal yang tidak pernah ada. Kita harus belajar kepada guru dan jangan sama dengan mereka. Agar kita selamat dunia akhirat.


Dalam kitab , Zail al-Lala’i  Masnu’ah, karya al-Suyuthi juga disebut sebuah hadits dengan hadits di atas, yakni :


قوام امرئ عقله ولا دين لمن لا عقل له

Yang meluruskan seseorang adalah akalnya dan tidak ada agama bagi orang yang tidak akal baginya.

Lamongan..

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda