Ta'wil, siapa takut ?! - HWMI.or.id

Friday 5 February 2021

Ta'wil, siapa takut ?!

 


Dalam kitab Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis Qudsi dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, Allah Ta’ala berfirman :
يَسُبُّ ابْنُ آدَمَ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ بِيَدِيَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ
“Anak Adam mencela masa, dan Aku (Allah) adalah masa di tangan-Ku malam dan siang.”
Kalimat “Dan Aku (Allah) adalah masa” adalah majaz. Makna yang dimaksud bukanlah makna zahirnya (lahiriyahnya), tapi makna ta'wilnya. Bahkan di sini wajib untuk dita'wil kepada makna lain bahwa Allah adalah “pelaku” dan “pencipta”, bukan masa itu sendiri. Imam An-Nawawi (w. 676 H) rahimahullah berkata : 
وَمَعْنَى فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ أَيْ فَاعِلُ النَّوَازِلِ والحوادث وخالق الكائنات
Dan makna Allah adalah masa, artinya Dia (Allah) adalah pelaku segala musibah dan kejadian serta pencipta segala yang ada di semesta ini.” (Syarah Shahih Muslim : vol. 15, hlm. 2).
Karena jika kalimat di atas dipahami dengan memakai kaidah “bilaa ta'wiil” (tanpa mentakwil) alias makna zahirnya, berarti Allah adalah makhluk, karena Allah dimaknai masa itu sendiri, sedangkan masa adalah makhluk ciptaan Allah. Dan ini kekufuran yang nyata. Orang yang paling anti ta'wil sekalipun tidak akan berani untuk memaknai kalimat di atas dengan makna zahirnya. Mau tidak mau, dia akan melakukan ta'wil dan setuju dengannya. 
Syekh Ibnu Taimiyyah(w.728 H) rahimahullah dalam kasus ini beliau juga menta'wil. Beliau rahimahullah berkata :
أَنَّهُ لَيْسَ الْمُرَادُ بِهِ أَنَّهُ الزَّمَانُ، فَإِنَّهُ قَدْ أَخْبَرَ أَنَّهُ يُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، وَالزَّمَانُ هُوَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ ؛ فَدَلَّ نَفْسُ الْحَدِيثِ عَلَى أَنَّهُ هُوَ يُقَلِّبُ الزَّمَانَ وَيُصَرِّفُهُ
“Sesungguhnya bukanlah maksud dari kalimat tersebut bahwa Allah adalah masa itu sendiri. Dia telah mengabarkan sesungguhnya dirinya adalah dzat yang membolak-balikkan malam dan siang. Dan masa, adalah malam dan siang. Maka hadis ini menunjukkan, sesungguhnya Dia (Allah) adalah yang membolak-balik masa dan mengaturnya.”(Majmu Fatawa : vol. II, hlm. 491).
Pelajarannya, tidak semua ayat atau hadis yang menyebutkan tentang Allah harus dimaknai secara zahir, tapi ada beberapa darinya yang harus dita'wil kepada makna yang pantas dan layak bagi Allah sebagai Dzat Yang Maha Sempurna dan Maha Suci. Maka kaidah “tanpa menta'wil” tidak berlaku secara mutlak. Pelajaran lainnya, kata “ta'wil” bukanlah sebuah istilah yang mutlak dilarang dan berkonotasi salah (sesat) sebagaimana dipahami oleh segelintir orang. Ada yang boleh, bahkan ada yang wajib seperti dalam memahami hadis di atas. Wallahu a’lam.
(Abdullah Al-Jirani)
*

#HubbulWathonMinalIman



Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda