Apa Pentingnya Memperingati Isra Mi'raj: Hal Yang Bid'ah Atau Mashlahah? - HWMI.or.id

Wednesday 10 March 2021

Apa Pentingnya Memperingati Isra Mi'raj: Hal Yang Bid'ah Atau Mashlahah?

 Apa Pentingnya Memperingati Isra Mi’raj : Hal yang Bid’ah atau Mashlahah?


Isra’ dan Mi’raj merupakan salah suatu peristiwa sejarah berharga yang dialami oleh Rasulullah. Peristiwa ini merupakan perjalanan suci Rasulullah dari Makkah ke Baitul Maqdis yang dikenal isra’, kemudian naik ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah Sang Pencipta Alam Semesta yang dikenal dengan mi’raj. Dalam peristiwa yang sangat spesial ini, Rasulullah menerima satu ibadah berharga sebagai perintah Allah, yakni mengerjakan sholat lima waktu.

Allah menggambarkan kebenaran peristiwa itu melalui firmannya, “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram kemasjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Isra’:1). 

Dalam surat tersebut tertulis dengan jelas bahwa, peristiwa isra’ mi’raj merupakan momen yang tidak bisa disangkal sebagai bentuk kekuasaan Allah. Peristiwa Isra mi’raj menjadi pertanda bahwa Nabi Muhammad benar-benar seorang RasulNya yang kala itu masih diragukan. Keraguan umat diuji dengan peristiwa yang tidak bisa dinalar.

Maka, sejatinya selain peristiwa penting Isra’ dan Mi’raj adalah ujian kemantapan iman orang yang sudah beriman dan ujian berat lagi bagi mereka yang belum beriman apakah mampu menerima cerita tentang Isra’ dan Mi’raj ini. Karena itulah, sebagai bentuk ujian untuk mengukur tingkat keimanan kita, peristiwa ini penting untuk selalu diperingati.

Bukan hal yang jelek dan sesat memperingati hal besar dalam sejarah Rasulullah yang memang dipastikan nyata kebenarannya dan sebagai pelajaran penting dalam mengukur keimanan kita. Memperingati hal yang sudah dibenarkan oleh Al-Quran bukan hal yang menyalahi dengan syariat.

Memperingati Isra’ Mi’raj merupakan suatu perkara yang mubah yang berarti boleh. Dalam memperingati Isra’ dan Mi’raj, biasanya kaum muslim mengadakan sebuah kajian, yang berisikan dengan taffakur, pengajian, dzikir bersama. Acara seperti ini dinilai akan mampu meningkatkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad yang tentu saja memiliki nilai ibadah.


Namun, beberapa muslim menganggap bahwa perayaan Isra’ Mi’raj merupakan sesuatu yang bid’ah, bahkan sampai ada yang mengatakan jika yang merayakan akan merasakan panasnya api neraka. Alasan mereka mengatakan bi’ah karena Nabi tidak melakukan perayaan seperti itu.

Padahal kita harus memahami bahwa, hal yang tidak dilakukan oleh Nabi Muhammad ataupun para sahabat bukan berarti hal tersebut tidak diperbolehkan. Menilik satu qaidah fiqhiyyah, “Hukum asal dalam berbagai perjanjian dan muamalat adalah sah sampai adanya dalil yang menunjukkan kebatilan dan keharamannya.” (I’lamul Muwaqi’in, 1/344).

Peringatan-peringatan keagamaan yang banyak kita jumpai seperti isra’ mi’raj dan maulid Nabi merupakan sebuah budaya atau tradisi yang sudah dilakukan sejak lama, karena inilah peringatan seperti ini bukanlah suatu ibadah. Dengan itu kita bisa menilai bahwa hal ini bukan merupakan hal yang bersifat halal dan haram dan sebatas mengingat dan mencintai Rasulullah.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan, “Allah seandainya mendiamkan tentang kebolehan dan keharaman sesuatu, tetapi memaafkan hal itu, maka tidak boleh menghukuminya dengan haram dan membatalkannya, karena halal adalah apa-apa yang Allah halalkan, dan haram adalah apa-apa yang Allah haramkan, dan apa-apa yang Dia diamkan maka itu dimaafkan. Jadi, semua syarat, perjanjian, dan muamalah yang didiamkan oleh syariat, maka tidak boleh mengatakannya haram, karena mendiamkan hal itu merupakan kasih sayang dariNya, bukan karena lupa dan membiarkannya.” (I’lamul Muwaqi’in, 1/344-345)

Kita tahu bahwa Rasulullah memerintahkan umatnya untuk bersedekah. Namun apakah menjadi sesat apabila umatnya membuat nasi tumpeng kemudian di sedekahkan kepada tetangga atau kerabatnya. Rasulullah juga memerintahakan untuk umatnya bersilaturahmi, namun apakah menjadi suatu keharaman apabila umatnya mengadakan jamaah yasin dan tahlil sebagai wadah dalam mempererat silaturahmi.


Yang terpenting terpenting dari perayaan Isra’ Mi’raj ialah kita mampu menjaga dan memelihara shalat kita. Apabila manusia ingin mendapatkan Mi’raj, ia harus bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah solat lima waktu, karena shalat merupakan cara umat berkomunikasi dengan Allah. 

Peringatan adalah pelajaran dan cara mengambil hikmah. Apalagi peringatan besar yang dialami Rasulullah dan momentum lahirnya perintah shalat. Peringatan isra dan mi’raj tentu bukan bagian menambah hal baru dalam ibadah, tetapi media taklim dan dakwah untuk selalu menguatkan keimanan dan ibadah kita. Banyak mashlahah yang didapatkan dari peringatan ini.

Peringatan Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, Fathu Makkah dan sebagainya mestinya menjadi momen penting untuk selalu diperingati dan dipelajari. Kita sudah sangat jarang mempelajari sejarah Islam, sementara peringatan-peringatan penting koq mau dilarang dengan alasan bid’ah. Sungguh pemikiran picik dan dangkal yang perlu diperbaiki.

Terkadang kita menjadi sangat alergi ketika ada budaya luar mempengaruhi generasi muda muslim kita. Generasi muda perlu hal-hal simbolik dengan nuansa histrois yang diperingati. Umat Islam harus mengambil momen-momen peringatan Islam untuk menguatkan generasi muda kita dengan perayaan, tradisi dan budaya yang bernuansakan Islam

(Islamkaffah.id)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda