Hati-hati Strategi Licik Teroris, Menyamar Sebagai Guru Ngaji dan Imam Masjid - HWMI.or.id

Thursday 16 September 2021

Hati-hati Strategi Licik Teroris, Menyamar Sebagai Guru Ngaji dan Imam Masjid

Oleh: Islah Bahrawi

Siapapun yang mempunyai niat jahat untuk membinasakan orang lain akan selalu pandai berpura-pura. Atas nama agama, banyak orang menghalalkan segala cara. Dan ketika suatu kelompok meyakini bahwa agama menganjurkannya untuk menyerang orang lain, maka pada saat yang sama mereka meyakini bahwa kebencian juga berbuah pahala. Kita seringkali terperdaya oleh tipuan yang mengatasnamakan agama. Semua itu tidak hanya terjadi hari ini, tapi sudah ada sejak kelahiran agama-agama. Dogma dalam agama kadang membuat orang berpikir lambat, karena para penipu merampasnya lebih cepat.

Sejarah tak pernah mengecualikan siapapun. Kejahatan atas nama agama terjadi berulang, dalam pemeluk agama apapun. David Koresh, Musailamah al-Kazzab, Taliban, Abu Bakar al-Baghdadi, Abu Bakar Ba'asyir, Charles Mason, Abu Rusydan, semua sama; mengoyak paras luhur orisinalitas agama-agama dengan topeng artifisial.

Percayalah, anda tidak akan pernah bisa menyamakan kemauan semua orang karena Tuhan maunya tidak begitu. Ketika anda membenci orang lain karena berbeda, maka anda telah meringkus kepala anda dalam memandang kehebatan Tuhan. Anda seolah mengerdilkan Tuhan lebih kerdil dari anda, karena perbedaan di antara manusia sejatinya adalah bukti bahwa Tuhan Maha Kaya.

Mereka yang memaksa dan mengintimidasi agar manusia harus sama tanpa perbedaan, termasuk dalam berkeyakinan, adalah para penipu yang membungkus keculasannya dengan fatwa-fatwa. Mereka mengagungkan Tuhan sembari mengagungkan dirinya, menganggap Tuhan paling hebat sembari menghebatkan dirinya sendiri. Tuhan tidak perlu dibela, tidak akan ada yang berani mengancam Tuhan. "Banyak orang merasa sebagai pembela Tuhan dalam Syari'at, tapi lalai membelanya secara hakikat", kata Al-Hallaj 7 abad lalu.

Penjahat tetaplah penjahat, meski dalam jubah apapun. Kita sesama manusia hanya bisa menilai kesalehan secara visual dan tampilan saja, tanpa pernah tahu, mungkin dalam hatinya hanya memikirkan kebencian dan mencelakakan orang lain. Seperti para teroris yang baru saja ditangkap minggu lalu. Kita semua selama ini tertipu.

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda