UAH Bukan Pakar Hadis, Tafsir, Tasawuf atau yang Lain - HWMI.or.id

Saturday, 11 September 2021

UAH Bukan Pakar Hadis, Tafsir, Tasawuf atau yang Lain

UAH Bukan Pakar Hadis, Tafsir, Tasawuf atau yang Lain

Oleh: El Muhammad

Dikutip dari ASWAJADEWATA.COM, Beredar perdebatan statement UAH soal doa iftitah. Katanya redaksi “Inni Wajjahtu” tidak dia temukan dalam ribuan hadis yang ia baca. Padahal diskusi soal iftitah ini sudah selesai di para pakar sejak ratusan tahun. Hingga sampai pada kesimpulan: yang mau pakai ini monggo, yang pakai itu monggo.

Saya sendiri selain hafal, juga mengajarkan kedua-keduanya pada anak-anak. Tidak hanya iftitah tapi juga seluruh bacaan shalat. Kelak saat sudah pada besar, biar pada milih bacaan mana yang lebih shahih.

UAH memang sering halusinasi. Membaca 1000 kitab hadis itu mustahil. Yg mungkin adalah masuk kolom search dalam aplikasi Maktabah Syamilah, masukkan kata kunci, lalu checklist beberapa kitab (mungkin bisa seribu). Hanya saja cara itu tidak bisa diklaim sebagai “sudah membaca seribu kitab hadis”.

UAH juga pernah mengaku kuliah S.1 hanya 2,5 tahun. Ini juga halu. Kuliahnya 4 tahun. Normal. Kecuali dia ngeles dengan tidak menghitung (discount) libur musim panas. 3 bulan kali 4 tahun=12 bulan. Namun tetap saja tidak bisa diklaim sebagai “kuliah S.1 saya 2,5 tahun”. Hahaha.

Persoalan yg lebih mendasar. Jamaahnya tidak sadar bahwa UAH bukan pakar Hadis. Juga bukan pakar Fiqih, Tafsir, atau Tasawuf. Dia hanya pakar bahasa Arab. Sesuai jurusan yang ia ambil di S.1 dan S.2 (kabarnya juga sedang S.3). Jadi keterangannya dalam bidang² selain bahasa Arab, bisa dibilang kurang kredibel.

Kadang² kita ini tahunya kalau orang bisa bahasa Arab pasti tahu segalanya tentang khazanah Islam. Padahal tidak. Masih jauh. Di sisi lain, panggung popularitas menjadikan seseorang merasa jadi ahli segalanya. Semua pertanyaan (bahkan yang tidak ditanyakan) dia jawab. Tumbu ketemu tutup.

Bahkan ahli Hadis sekalipun belum bisa dikatakan pakar Islam. Yusuf Qardhawi bikin analogi bahwa ahli hadis itu cuma apoteker. Ahli Fiqih adalah dokter. Apoteker tidak bisa mengeluarkan obat sembarangan tanpa resep dokter. Qardhawi sedang menyindir Syeikh Al Albani.

Nah apalagi cuma bisa bahasa Arab. Bahasa hanya ilmu alat. Ahli bahasa hanyalah ahli mengoperasikan alat. Kalau digathuk-gathukkan dengan Qardhawi tadi, perawat lah.

Di satu waktu, UAH menukil pendapat Hasyim Asy’ari dalam hal bid’ah. Malah loncat sana-sini, melewatkan poin-poin krusial. Di waktu lain (saya malah dengar langsung) dia berbicara soal Hermeneutik. Ya tetap saja blepotan wong bukan ahli tafsir.

Intinya, orang tidak bisa menjadi pakar dalam beberapa hal. Mistihil.

#Telah dimuat di akun facebook Iftah Risal

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda