Kamuflase Jaringan Teror Disekitar Kita - HWMI.or.id

Tuesday 16 November 2021

Kamuflase Jaringan Teror Disekitar Kita

Farid Ahmad Okbah dan Kawan Kawan tersangka kasus terorisme

Oleh: Islah Bahrawi (Jaringan Moderat Indonesia)

Jika orang-orang yang dianggap pintar saja terkecoh, apalagi kita yang awam. Tapi begitulah cara terorisme bekerja. Semua di awali dari kelompok yang sangat kecil, kemudian semakin membesar akibat ketidakpedulian dari masyarakat sekitar. Inilah tujuan dari manifesto utama Sayyid Qutb dengan konsep "Toli'ah", pembentukan kesatuan elit kecil dalam suatu gerakan revolusioner "Daulah". Mereka melebur ke tengah elemen publik sembari menyuarakan gerakan moral dalam jubah kesalehan dan dakwah agama.

Pada dasarnya terorisme itu berdiri sendiri. Kata tunggal yang tidak disertai "possesive adjective" di belakangnya. Entah dia pedagang kaki lima atau pun orang berilmu, yang jelas mereka yang diduga terlibat di dalamnya bukan karena faktor identitas, profesi atau statusnya, tapi karena teroris adalah teroris. Mereka adalah kesatuan yang dalam diamnya pun ingin menciderai orang lain. Teroris menganggap ideologinya hanya bisa dikukuhkan dengan kekerasan, kejayaan adalah penundukan, kedamaian bisa terwujud setelah membinasakan para penentang.

Karenanya Densus 88 berkaca mata kuda. Meski salah satu yang ditangkap kali ini adalah orang yang pernah diundang bertatap muka oleh presiden misalnya, tapi Densus 88 menangkapnya bukan karena tapaknya ke istana, melainkan karena dia anggota jaringan terlarang Para Wijayanto. Farid Oqbah dikenal sebagai pendakwah agama. Dia adalah orang yang suatu waktu bisa duduk di sebelah kita di Angkot atau restoran. Oqbah jelas tidak tampil dengan Kalashnikov laras panjang, tidak, dia biasa saja. Dia seperti halnya orang umum di sekeliling kita yang tak disangka.

"Tapi bagaimana pun mereka menganggap Tuhan masih memiliki cita-cita, teroris merasa hanya mereka yang bisa mewujudkan cita-cita itu. Tuhan tidak", kata Mark Juergensmeyer. Ideologi terorisme berbasis agama adalah konfigurasi yang rumit dan perilaku aneh manusia dalam memandang religiusitas dan Tuhan sebagai "The Almighty". Tangan manusia seringkali mendahului Tuhan dalam menerjemahkan kehendakNya. "Cobalah sekali saja berpikir; Tuhan tidak perlu tangan manusia untuk berbuat seenaknya", seloroh Rudy Giuliani pasca 9/11.

lawan intoleransi,antiradikalisme,lawan politisasi agama!!

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda