Berdakwah dengan Merusak Budaya? Belajarlah Dakwah Efektif Sunan Giri - HWMI.or.id

Thursday 20 January 2022

Berdakwah dengan Merusak Budaya? Belajarlah Dakwah Efektif Sunan Giri

Sunan Giri - Makam Sunan Giri

Oleh: Rufi Taurisia in Suara Kita

Berdakwah dengan Merusak Budaya? Belajarlah Dakwah Efektif Sunan Giri

Islam merupakan agama yang harus dipahami secara benar dan tepat. Tidak cukup benar, tetapi juga harus tepat. Jika mengejar kebenaran dengan cara tidak tepat juga bisa menghantarkan kepada hal yang tidak baik. Justru terkadang mereka sedang berburu kebenaran, tetapi tanpa sadar memberikan citra buruk terhadap Islam.

Sikap ekstremisme dalam beragama adalah contoh bagaimana umat dengan gairah tinggi berlebihan dalam mengejar kebenaran, tetapi bukan dengan cara yang tepat. Sikap ekstremisme bukan membela Islam, pada akhirnya justru menjelekkan citra Islam di mata mereka yang berbeda keyakinan. Islam yang seharusnya menjadi penyejuk dan penerang jalan kebenaran, justru Islam terlihat sebagai agama yang brutal dan tak memiliki sikap toleransi.

Beberapa kasus seperti mereka yang seolah paling militant meneriakkan nama Tuhan dengan melakukan kekerasan sejatinya tidak akan menuai simpati. Rasulullah adalah pribadi yang cukup sempurna dalam mengajak umat dengan cara simpati. Hal serupa yang banyak dilakukan oleh para pendakwah Islam di Indonesia seperti yang dicontohkan oleh Raden Paku atau yang biasa disebut dengan Sunan Giri.

Sunan Giri yang merupakan salah satu dari anggota Wali Songgo, ulama penyebar Islam di tanah Jawa. Sunan Giri memiliki peranan penting dalam penyiaran agama Islam di tanah jawa. Kemasyhuran Sunan Giri sebagai seorang mubaligh yang mampu menyiarkan agama Islam dari pelosok-pelosok pedesaan sampai ke dalam kerajaan Majapahit. Beliau dikenal dengan kemampuan dalam ilmu tauhid dan ilmu fiqihnya. Beliau merupakan orang yang sangat berhati-hati dalam masalah hukum dan takut apabila yang ia putuskan tidak sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah.

Bukan hanya itu saja, Sunan Giri dikenal dengan karya sastranya yang khas dalam menyiarkan agama Islam. Beberapa seni yang beliau ciptakan adalah tembang dan juga dolanan (permainan). Beberapa tembang yang banyak dikenal hingga saat ini ialah tembang lir-ilir yang memiliki makna pengajaran yang luhur, dandang gulo yang memiliki makna tentang kebenaran hidup.

Cara Sunan Giri mengajak masyarakat untuk mulai meninggalkan kesyirikan yakni dengan cara menanamkan toleransi kepada semua kalangan. Sikap toleran inilah yang akhirnya berdampak positif bagi para pengikutnya. Melihat toleransi yang diajarkan oleh Sunan Giri membuat pengikutnya menjadi segan dan respek dengan kebesaran sikap beliau.

Pemahaman Islam yang dimasukkan dalam kehidupan masyarakat kala itu tanpa ada unsur kekerasan dan pemaksaan. Justru kebiasaan atau tradisi yang dianggap beliau menyimpang dari agama mampu beliau lenturkan dengan memberikan unsur keislaman di dalamnya. Sebenarnya jika kita mampu mencari jalan keluar, sikap intoleran tidak akan pernah terjadi. Sikap gegabah dan juga ekstremisme justru malah akan membuat citra Islam semakin buruk dan tercoreng di mata mereka yang tidak mengenal Islam.

Dalam penyebarannya, dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri dilakukan dengan beberapa metode. Pertama, mengenali sasaran, salah satunya dengan cara mengetahui bagaimana adat yang berkembang di tempat beliau berdakwah. Dengan mengetahui adat maka sunan giri akan mampu mengenali unsur budaya dalam suatu masyarakat dan akan lebih bisa memberikan dakwah dengan cara yang mereka sukai.

Sebagai seorang juru dakwah Sunan Giri telah memberikan pelajaran yang responsible, karena beliau menyadari bahwa sasaran dakwah bersifat universal. Agar tujuan dakwah mampu tersampaikan, Sunan Giri menjadikan sasaran dakwah mereka sebagai seorang kawan ataupun seorang bapak yang memberikan pesan pada anaknya.

Kedua, mendirikan majelis ta’lim. Dengan mendirikan majlis ta’lim, murid Sunan Giri yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Islam dan lebih memperkaya ilmu tentang Islam dapat mengikuti majlis yang telah disediakan. Dengan adanya majlis ta’lim, murid-muridnya dapat bertukar pikiran secara langsung dengan Sunan Giri sehingga meminimalkan kesalahpahaman dalam berislam. Majlis seperti inilah yang sejatinya juga menjadi cikal bakal pondok pesantren di Nusantara.

Ketiga, tanpa memberikan paksaan. Sunan Giri tidak pernah memaksa muridnya untuk masuk beragama Islam, beliau juga tidak pernah memaksakan pengajarannya atau dakwahnya kepada orang yang tidak mau menerima. Dengan kelembutan hatinya beliau memperlihatkan Islam melalui tidakannya sehingga orang-orang banyak tertarik akan Islam lebih karena tidak tanduknya yang berbudi luhur dan disegani oleh berbagai kalangan.

Dengan metode pengajaran Islam yang diusungnya, Sunan Giri mampu membuatnya disegani bukan hanya oleh kalangan muslin saja, namun juga mereka yang non muslim. Dengan metode dakwahnya, Sunan Giri mampu merangkul anak-anak usia dini dengan menanamkan sikap budi luhur yang di gambarkan dari media permainan yang telah diajarkannya.

Seharusnya umat Islam saat ini juga harus menerapkan model dakwah yang sama tetapi dengan mengikuti perkembangan zaman dan tradisi. Islam tidak membenci tradisi. Islam akan lebih kuat dengan tradisi dan budaya. Islam harus dikenalkan dengan media kearifan local sehingga Islam menjadi kekuatan yang kokoh yang tidak tergoyahkan karena Islam telah menjadi bagian dari budaya dan nafas masyarakat nusantara.

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda