Duet Muhammadiyah-NU dalam Dakwah Berbasis Kebudayaan - HWMI.or.id

Saturday 22 January 2022

Duet Muhammadiyah-NU dalam Dakwah Berbasis Kebudayaan

Dua Tokoh Besar MU dan NU

Oleh: Suwanto in Suara Kita

Duet Muhammadiyah-NU dalam Dakwah Berbasis Kebudayaan

Betapa miris di negeri bhineka ini masih kerap kali dijumpai juru dakwah yang menebar takfirisme dan propaganda terhadap golongan lain yang tidak sepemahaman. Ini tentu dapat memecah belah umat. Menyadari akan pentingnya wawasan keislaman yang komprehensif dan tidak fanatik ini, maka setiap juru dakwah harus memahaminya. Apalagi, kalau kita kuliti sejarah bangsa Indonesia, dakwah lewat seni budayai sudah lama dilakukan oleh dua organisasi Islam terbesar, yakni Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Bahkan, sejak awal pendiriannya. Keduanya memang dikenal mempunyai komitmen kuat dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam setiap perjuangannya, termasuk melestarikan seni budaya bangsa.

NU misalnya yang mana sangat lekat dengan majelis shalawatan dengan diiringi alat musik rebana. Sebagaimana telah diketahui bahwa terbentukya NU itu sendiri karena niatan kuat dalam menyatukan para ulama dan tokoh-tokoh agama dalam melawan penjajah. Spirit nasionalisme juga termaktub dalam nama Nahdhatul Ulama itu sendiri yakni “Kebangkitan Para Ulama” (Salam, 2018). Pun demikian dengan adanya majelis shalawat rasa cinta pada Nabi SAW dan juga rasa persatuan umat Islam akan kokoh.

Pun demikian dengan Muhammadiyah, kita tentu masih ingat Kyai Ahmad Dahlan menggunakan alat musik Biola dalam dakwahnya. Hingga kini Muhammadiyah memperbolehkan dakwah lewat seni dan budaya. Muhammadiyah menyadari kewajibannya: berjuang dan mengajak segenap golongan dan lapisan bangsa Indonesia, untuk mengatur dan membangun tanah air dan Negara Republik Indonesia, sehingga merupakan masyarakat dan negara adil dan makmur, sejahtera bahagia, materil dan sprituil yang diridai Allah SWT. Tentunya tanpa melarang seni budaya bangsa.

Berbagai rekam jejak sejarah tersebut menegaskan bahwa dakwah lewat seni budaya adalah tidak dilarang. Karenanya, seorang juru dakwah diharuskan tidak hanya mempunyai pemahaman wawasan ke-Islaman saja, akan tetapi juga literasi kebangsaan, termasuk di dalamnya adalah seni budaya. Pada intinya, Dakwah tersebut memiliki titik berat dalam menyebarkan dan memperjuangkan Islam rahamatan lil alamin dengan tetap berprinsip menjaga keutuhan NKRI dengan tetap melestarikan khasanah budaya bangsa.

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda