"Tidak ditemukan dalil pada masa Nabi" adalah alasan klasik dari setiap tuduhan kelompok W4h4bi terhadap amaliyah mayoritas umat islam. Demikian halnya alasan Ustat Zainal Abidin menuduh sesat sholawat Burdah, selain sholawat ini tidak ditemukan pada masa Nabi juga redaksinya bermuatan syirik, katanya. Bahkan dengan pedenya ustat ini menyebut Imam Bushiri bukan Ulama.
Sekilas memang sangat meyakinkan tuduhan Ustat W4h4b1 ini bahwa Burdah meredaksikan Qashidah syirik. Tuduhan tersebut merujuk pada syair bait sebagai berikut;
يَا أَكْرَمَ الخَلقِ مَا لي مَن أَلُوذُ به # سِواكَ عند حُلولِ الحَادِثِ العَممِ
Wahai makhluk paling mulia (Muhammad SAW), TIDAK ADA BAGIKU SESEORANG YANG AKU MINTAI PERTOLONGAN SELAINMU tatkala adanya kejadian yang merata (kiamat)
Potongan syair ini dipahami oleh ustat w4h4b1 Zainal Abidin sebagai biang syirik atau menyekutukan Allah SWT. Bahwa dalam pikiran dia Nabi diposisikan sebagai Tuhan yang memiliki kemampuan untuk menolong mutlak.
Redaksi يا أكرم الخلق oleh ustat w4h4b1 dianggap sebagai sikap ghuluw, pujian berlebihan terhadap Nabi. Padahal Al-Qur’an sendiri mensifati Nabi Muhammad SAW sebagai Uswah Hasanah, Khuluqin Adzim dst. Jika hal yang demikian sederhana dalam memahami Nabi SAW saja tidak paham, apalagi memahami kedudukan Nabi SAW?
Tuduhan Ustat Zainal Abidin bahwa Imam Bushiri bukan ulama dan Kasidah Burdah karangannya sebagai biang syirik tentu membuat kita semua geram. Bagaimana tidak? Imam Bushiri yang bernama lengkap Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri adalah ulama besar kelahiran Dallah Maroko. Beliau lama bermukim di Mesir dan menimba Ilmu di sana.
Beliau adalah tokoh produktif yang banyak mengarang syair dan kasidah untuk memuji Nabi Muhammad SAW. Karya pujian kepada Nabi SAW yang belakangan ini mendapatkan klaim biang syirik oleh para pengikut w4h4b1.
Imam Bushiri adalah Murid dari Imam Hasan Asy-Syadzili (pendiri tarekat Syadziliyyah) dan penerusnya Abul Abbas Al-Mursi.
Oleh karenanya, tuduhan Ustadz Zainal Abidin kepada Imam Bushiri bukan Ulama adalah bentuk penghinaan.
Jika Imam Bushiri saja yang keulamaannya dikenal dan diketahui di kalangan dunia islam selama berabad-abad disebut bukan Ulama maka bisa dipastikan Ustat Zainal Abidin yang keustatannya tidak dikenal dan tidak diketahui di kalangan dunia islam tentu lebih tidak layak lagi disebut sebagai ‘Ustadz’.
Kasidah yang isinya memuji-muji Rasulullah SAW adalah hadits Taqririyah bukan bid’ah apalagi biang syirik seperti tuduhan golongan W4h4b1.
Hadits Taqririyah ini dapat diketemukan dalam riwayat Nabi SAW ketika menghadiahkan selimut bergaris kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma RA karena ridha dengan gubahan syair miliknya.
Gubahan syair milik Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma RA disebut dengan Banat Su’ad. Bentuk Syair Burdah Imam Bushiri tidak lain sama karakternya dengan banat Su’ad. Dan Bait Burdah atas bukanlah ajakan syirik namun bait ini merujuk pada lisensi Syafaat yang telah diterangkan dalam hadits;
خُيِّرْتُ بَيْنَ الشَّفَاعَةِ وَبَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ نِصْفُ أُمَّتِى الْجَنَّةَ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ لأَنَّهَا أَعَمُّ وَأَكْفَى أَتُرَوْنَهَا لِلْمُؤْمِنِيْنَ الْمُتَّقِينَ؟ لاَ, وَلَكِنَّهَا لِلْمُذْنِبِينَ الْخَطَّائِينَ الْمُتَلَوِّثِينَ
Artinya; “Saya diberi pilihan antara syafaat dan separuh umatku akan dimasukkan surga. Maka saya memilih syafaat, karena syafaat itu lebih umum dan lebih banyak. Apakah kamu sekalian melihat bahwa, syafaat itu untuk orang-orang mukmin yang bertaqwa ?. Tidak, akan tetapi syafaat itu untuk orang-orang yang berdosa, penuh kesalahan, dan banyak kotoran” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)
Dan dipastikan mayoritas Ulama W4h4b1 tidak mau membaca Kasidah Burdah secara utuh dalam rangkaian penuh, serta menihilkan ilmu kesusastraan dalam memahami qashidah.
Bait pendahulu dari syair ‘يا أكرم الخلق ما لي…’ adalah;
فمبلغ العلم فيه انه بشر # وانه خير خلق الله كلهم
artinya; “Maka puncak dari pengetahuan tentang Rosululloh, sesungguhnya beliau itu adalah manusia (bukan Tuhan). Dan sesungguhnya beliau adalah sebaik baiknya seluruh makhluk.
Tuduhan Ustat w4h4b1 kepada Imam Bushiri dan Karyanya sebagai tokoh yang tidak pantas disebut Ulama serta biang syirik merupakan bentuk kelancangan kepada Tokoh Islam.
- CB -