Siapa yang bermain dalam keributan TOA? - HWMI.or.id

Monday 28 February 2022

Siapa yang bermain dalam keributan TOA?

Siapa yang bermain dalam keributan TOA?

Menurut saya, sebenarnya cukup mudah memetakan kelompok-kelompok yang mengorkestrasi kehebohan pasca pernyataan GusMen Yaqut Cholil Qoumas tentang pengaturan penggunaan speaker/TOA dalam kegiatan keagamaan. Secara substansi, pernyataan GusMen tidak ada masalah, karena memang aturan-aturan tentang bunyi dan suara itu sudah banyak di Indonesia, baik yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup maupun oleh Kementerian Agama sendiri. 

Tapi, ada kepentingan dari kelompok-kelompok ini untuk menjadikan pernyataan GusMen sebagai trigger untuk mencapai tujuan mereka, dan arahnya hanya satu: Kekuasaan di 2024.

KELOMPOK PERTAMA adalah kelompok yang berasal dari persaingan atau ketakutan atas persaingan di internal partai (PKB). 

Suka atau tidak, Gus Yaqut adalah figur muda yang kepopulerannya saat ini melebihi Ketum PKB yang juga Wakil Ketua DPR, Muhaimin Iskandar, dan tentu dianggap sebagai saingan sekaligus sandungan bagi Cak Imin yang ingin maju di 2024 sebagai Capres.

Di tanggal 23 Pebruari lalu, Cak Imin mengeluarkan pernyataan tertulisnya yang mengusulkan agar Pemilu 2024 ditunda. Ini adalah pernyataan yang blunder secara politik yang dikeluarkan oleh seorang ketum partai politik, dan sekaligus inkonstitusional yang dikeluarkan oleh seorang wakil ketua DPR. Jelas tertulis di pasal 7 UUD 1945 bahwa "Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan". 

Pernyataan yang inkonstitusional ini jelas sekali berdampak negatif bagi Cak Imin sebagai tokoh politik yang berambisi menjadi Capres 2024. Oleh karena itu maka damage control-nya harus segera dilakukan, dan kebetulan sekali, ada pernyataan GusMen yang bisa dikapitalisasi untuk menjatuhkan kepopuleran GusMen. 

Kelompok inilah yang punya kepentingan untuk memanfaatkan pernyataan GusMen untuk menekan ketidakpopuleran pernyataan inkonstitusional Cak Imin, sekaligus diharapkan bisa menyingkirkan GusMen dari persaingan menuju 2024. 

KELOMPOK KEDUA adalah kelompok residu Muktamar NU 2021 lalu yang belum bisa move on karena kemenangan Yai Yahya Cholil Staquf sebagai Ketum PBNU 2022 - 2027. 

Ini adalah kelompok politik yang menganggap GusMen dan Yai Yahya sebagai satu paket yang punya kekuatan besar dan potensial dalam mempengaruhi arah politik Indonesia menuju 2024 nanti. Dengan terpilihnya Yai Yahya dengan 61% suara otomatis membuat peta politik menuju 2024 menjadi berubah. 

Kelompok ini melihat bahwa kekuatan pendukung Yai solid dan sulit ditembus, maka yang akan djadikan sasaran tembak untuk mendegradasi figur dan ketokohan beliau yaitu GusMen. 

Karena GusMen dan Yai dianggap sebagai DUET REMBANG yang tidak terpisahkan maka dengan melakukan "kampanye pembusukan" terhadap GusMen maka mereka berharap posisi Yai pun bisa digoyang, militansi dan kepatuhan NU bisa dipecahkan, sehingga arah politik NU di 2024 bisa dikapitalisasi. 

Bagi kelompok ini, jatuhnya GusMen akan mampu mendegradasi kepercayaan masyarakat, khususnya di kalangan NU terhadap kepemimpinan Yai, dan jika itu terjadi maka mereka bisa masuk sebagai penyelamat, tentu dengan negosiasi yang hasilnya bisa mereka atur.

KELOMPOK KETIGA adalah kelompok klasik, para oportunis sekaligus pemain politik identitas. Mereka akan selalu 'bandwagoning' dan semua isu dan event yang beririsan dengan politik indentitas.

Tujuan mereka hanya satu: dianggap signifikan dalam politik transaksional dan pragmatis sehingga menghasilkan uang bagi mereka dan kelompoknya dengan cara membodohi orang-orang yang gampang dan suka dibodohin. 

Non Timebo Mala!

Sumber: Alto L

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda