Ketika Sufi Digoda Syahwat Jihad - HWMI.or.id

Friday 4 March 2022

Ketika Sufi Digoda Syahwat Jihad

 


Oleh: Khairullah Zain/Abu Zein Fardany

Suatu kali, seorang sufi bernama asy-Syaikh Ahmad bin Arqam qoddasallah sirrah mendapati dorongan ingin pergi berjihad dalam dirinya. Sebagai seorang sufi yang senantiasa berburuk sangka pada diri sendiri, beliau menjawab dorongan dengan firman Allah "Sesungguhnya Nafsu Memerintahkan Kepada Kejahatan" (QS Yusuf : 53). Meski dorongan untuk pergi berjihad secara syariat sangat baik, namun siapa tahu dibaliknya ada "jatah" nafsu yang tersembunyi.

Namun dorongan terus muncul dan merayu, dengan dalil-dalil keutamaan berjihad di jalan Allah. Di satu sisi, pergi berjihad akan membuat beliau tampil di hadapan manusia, menjadi pahlawan dan dihormati yang justeru menjadi kesenangan nafsu. Padahal, di sisi lain, beliau mesti bermujahadah menundukkan keinginan nafsu.

Beliau pun mengajukan bermacam persyaratan kepada dirinya sebelum memperkenankan keinginannya.

"Aku tidak akan membuatmu terhormat. Aku tidak akan membiarkanmu terkenal di hadapan manusia."

Ajaib, nafsunya setuju untuk ikhlas. Setuju untuk pergi berjihad secara rahasia tanpa dikenal manusia.

Beliau pun bimbang. Ada apa dengan nafsunya.

Dalam kondisi yang demikian, beliau bermunajat, "Duhai Tuhan... Tolong nampakkan rahasia jahat nafsuku. Hamba yakin dengan firmanMu, karenanya hamba berburuk sangka dengan dorongannya".

Sampai disini, Allah menampakkan senjata rahasia nafsu. Nafsunya mengaku, "Anda setiap hari berkali-kali memerangi keinginanku. Anda menekan syahwatku dan tidak ada seorang pun yang menyadari adanya aku. Maka jika anda terbunuh dalam perang jihad, aku akan terbebas dari tekanan anda. Orang-orang pun akan mencap anda sebagai syahid. Anda akan menjadi mulia dan dikenang manusia".

Tersingkaplah di hadapan Syaikh Ahmad bin Arqam rahasia nafsunya. Strategi jahat yang sembunyi dibalik rayuan untuk beribadat. Akhirnya, dengan bulat ditolaknya dorongan nafsu tersebut. Diputuskannya untuk tidak ikut berjihad.

Beginilah contoh perjuangan seorang sufi. Senantiasa berburuk sangka kepada diri sendiri. Meski lahiriahnya ibadah, namun siapa tahu dibaliknya ada keinginan jahat tersembunyi, yang bukannya mendekatkan kepada Allah malah justeru membuat terlempar dari hadratNya.

Penting untuk mengingat kalam hikmah Sayyidi Ibn 'Athaillah as-Sakandari :

"Kepentingan Nafsu Dalam Perbuatan Maksiat Nampak Dan Nyata. Namun Kepentingannya Dalam Perbuatan Ibadah Samar Dan Tersembunyi. Mengobati Penyakit Yang Samar Jauh Lebih Sulit Ketimbang Mengobati Penyakit Yang Nampak Nyata".

Hal semacam inilah yang sering ditanamkan oleh Guru kami Sayyidi Abah Guru Sekumpul QS. Meski untuk mengamalkannya orang seperti saya masih jauh dari mampu. Namun semoga hal ini bisa menjadi peringatan untuk kita semua. Bahwa nafsu sangat lihai menggoda manusia dan menyesatkannya. Bukan hanya mengajak kepada perbuatan maksiat namun ia juga sembunyi dalam perbuatan taat.

Semoga kita senantiasa diingatkan Allah untuk berwaspada dan dibimbingNya untuk selalu berburuk sangka terhadap dorongan-dorongan nafsu serta diberiNya kekuatan untuk menundukkannnya. Aamiin.

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Thoriiq.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda