KH A Mustofa Bisri: Banyak Kepentingan Politik Gunakan Idiom Ibadah, Jaga Niatan Kita Masing-masing - HWMI.or.id

Tuesday 22 March 2022

KH A Mustofa Bisri: Banyak Kepentingan Politik Gunakan Idiom Ibadah, Jaga Niatan Kita Masing-masing

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

KH A Mustofa Bisri: Banyak Kepentingan Politik Gunakan Idiom Ibadah, Jaga Niatan Kita Masing-masing

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. 

Dikutip dari suaraislam.co, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang, KH A Mustofa Bisri atau akrab Gus Mus mengingatkan kepada seluruh umat islam pentingnya meluruskan niat dalam beribadah.

Menurutnya Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), karena menilai masih banyak kepentingan politik menggunakan idiom ibadah.

“Kita jaga niatan kita masing-masing, dalam beribadah itu benar-benar murni beribadah. Karena sekarang ini banyak juga kepentingan-kepentingan politik menggunakan idiom ibadah,” kata Gus Mus dalam peresmian Masjid Joglo di Pesantren Mahasiswa Al-Muayyad Windan, Kartasura, Sukoharjo, seperti dikutip dari detik.com, Kamis (17/3/2022).

Gus Mus menegaskan pentingnya menjaga dan meluruskan niat dalam menjaga ketulusan beribadah. Jika niat itu terjaga, semua peribadahan akan sepenuhnya kembali pada pengabdian kepada Tuhan.

Dalam kesempatan yang sama, pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibien, Leteh, Rembang, itu menyarankan agar tak semua masjid digunakan untuk melaksanakan salat Jumat agar esensi berkumpul sepekan sekali yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW bisa dijalankan umat Islam.

Sebelumnya, saat memberikan tausiah, Gus Mus menyarankan agar masjid joglo di Ponpes Al-Muayyad tersebut dimanfaatkan secara maksimal untuk ngaji, iktikaf, salat wajib berjemaah, salat tarawih, namun sebaiknya tidak dipakai untuk Jumatan. “Memang sebaiknya tidak semua masjid itu dipakai untuk Jumatan,” ujarnya.

Gus Mus lalu mencontohkan, di masa Nabi, sudah ada banyak masjid didirikan di Kota Madinah. Tujuannya untuk memberi tempat bagi warga sekitar hunian itu jika akan melaksanakan salat wajib berjemaah. Namun, ketika salat Jumat, semua berkumpul di Masjid Nabawi.

Di Jawa, kata Gus Mus, dulu salat Jumat juga hanya digelar di masjid jami yang biasanya terletak di dekat alun-alun. Namun seiring waktu banyak orang mendirikan masjid sendiri dan menggelar salat Jumat di masjid-masjid baru tersebut.

“Sebetulnya itu ya salah kaprah saja. Orang sekarang itu kan maunya serba instan. Termasuk bikin masjid sendiri yang dekat-dekat. Satu desa masjidnya bisa dua, loudspeaker yang satu menghadap ke sini, yang satu ke sini (berhadap-hadapan),” ujar Gus Mus.

“Bahkan sekarang ada jumatan diadakan di kantor. Ya kalau secara fikih memang memenuhi syarat lebih dari 40 orang. Tapi itu kan kurang mengikuti anjuran yang diajarkan Kanjeng Nabi soal esensi berkumpul. Lagian itu nanti begitu datang bukan lagi salat tahiyatul masjid jadinya, tapi tahiyatul kantor,” lanjut Gus Mus disambut tawa hadirin.

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda