*Ken Setiawan: Waspada, Banyak Orang Mengaku Agamis Tapi OTG Radikalisme*
Dikutip dari kontraradikal.com, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melalui Kedeputian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) kembali mengelar diklat pembinaan ideologi Pancasila bagi Aparatur Sipil Negara di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, 5 -8 Juli 2022
Salah satu narasumber yang turut dihadirkan oleh BPIP adalah Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan, yang merupakan mantan NII yang telah insyaf dan kini turut mengkampanyekan Pancasila ke seluruh penjuru pelosok Nusantara.
Ken Setiawan memaparkan bahwa Pancasila memang bukan wahyu Ilahi, tapi di dalam sila Pancasila itu terkandung nilai-nilai ajaran agama yang juga dirumuskan oleh para Ulama dan tokoh bangsa.
Jadi menjalankan nilai-nilai Pancasila juga secara otomatis telah menjalankan ajaran agama, ujar Ken Setiawan.
Dalam kesempatan itu, Ken menceritakan pengalaman dirinya saat bergabung di NII, dan kenapa dirinya bisa keluar dari gerakan radikalisme tersebut.
Lebih lanjut, Ken menjelaskan, awal mula dirinya terekrut masuk ke dalam jaringan NII yang merupakan kelompok radikalisme itu karena telah belajar dengan orang yang salah.
Baca juga:https://www.hwmi.or.id/2022/07/jas-hijau-yang-hilang-di-orde-baru.html
Awalnya semua baik, disugesti menggunakan ayat ayat dalam kitab suci, tapi lama kelamaan mulai menjelekan negara dan Pancasila, bahwa kondisi negara ini Dzalim dan Pancasila adalah buatan manusia tidak layak ditaati karena batil dan dianggap taghut atau berhala, jadi harus di tolak, diingkari dan ditinggalkan.
Bahkan Pancasila dilempar dan di Injak injak karena jika masih meyakini Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum maka belum dianggap orang beriman, ibadahnya pun dalam doktrin mereka dianggap tidak diterima karena menyekutukan Tuhan.
Tapi setelah bertemu dengan banyak tokoh dan para ulama yang moderat, Ken menyadari bahwa Pancasila bukanlah taghut atau berhala yang harus di tolak, diingkari dan ditinggalkan.
Ken menyebut bahwa Pancasila adalah ide berlian para pendiri bangsa, Pancasila sebagai ruang nilai yang menawarkan jawaban atas segala kondisi yang terjadi di masa kini dan di masa yang akan datang dengan menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan walaupun dalam perbedaan.
Disempurnakan dengan Bhineka Tunggal Ika, Walaupun beda agama, suku dan ras, tapi dalam sila pertama di tegaskan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang maha Esa, Tuhan kita Satu, Tuhan Semesta Alam yang menciptakan manusia hewan tumbuhan itu hanya satu, hanya setiap agama menyebut nama Tuhan-Nya dengan sebutan yang berbeda beda.
Adapun dalam mensikapi perbedaan tentang agama, Ken mengungkapkan bahwa dalam beragama tidak bisa disamakan karena syariat yang diterima setiap agama memang berbeda beda, tidak boleh disamakan, jadi diterapkan konsep Lakum Dinukum Waliyadin yang artinya adalah bagimu agamamu bagiku agamaku.
Baca juga:https://www.hwmi.or.id/2022/07/ppatk-ungkap-indikasi-dana-act-untuk.html
Konsep agama yang memang berbeda jangan disama samakan karena setiap rasul atau utusan Tuhan punya syariat yang berbeda beda dalam hal cara beribadah dan berdoa kepada Tuhan.
Simpelnya menurut Ken bahwa sejatinya Tujuannya sama, hanya cara menempuhnya dengan jalan yang berbeda, yang terpenting adalah adanya perbedaan tersebut tidak untuk saling menyalahkan, tapi sebagai sarana untuk saling mengenal dan saling melengkapi dalam urusan sosial kemasyarakatan.
Ken menyadari bahwa saat ini banyak orang yang mengaku agamis, tapi ada terdapat virus intoleran dan radikalisme, atau disebut OTG Radikal, mengaku kelompoknya yang benar sementara yang lain salah, bahkan sampai tahap mengkafirkan yang berbeda.
Jangankan lima sila dalam Pancasila di aplikasikan semua, satu saja dulu di aplikasikan dalam bermasyarakat maka kita akan menjadi orang yang damai. Ujarkan Ken.
Dalam sila pertama sudah jelas bahwa sejatinya Tuhan kita Satu, Tujuan kita juga sama hanya cara yang ditempuh itu berbeda beda.
Jadi jangan risau dan galau kalau ada orang yang mau mendirikan tempat ibadah tapi beda keyakinan disekitar kita, kalau perlu dibantu, karena disinilah kita dapat mengaplikasikan sila pertama dalam Pancasila yang menyatu dalam Bhineka Tunggal ika, walaupun berbeda beda agama, tapi Tuhan kita sejatinya adalah satu. Jelas Ken
Baca juga:https://www.hwmi.or.id/2022/07/innalillah-act-diduga-lakukan.html
Jika kita sudah mengaplikasikan sila pertama pancasila, maka otomatis sila kedua akan kita dapatkan yaitu kemanusiaan dengan memanusiakan manusia, lalu pasti akan mendapatkan sila ketiga yaitu persatuan, jika ada masalah memakai sila ke empat yaitu musyawarah mufakat maka akan tercipta sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jika kita masih Intoleran, merasa paling benar dan menganggap yang lain salah, mustahil akan dapat mengaplikasikan lima sila dalam Pancasila, yang ada adalah kebencian terus menerus kepada saudara kita berbeda.
Orang bila sudah terpapar Virus intoleransi, maka akan berpotensi bergabung dalam kelompok radikalisme, bila sudah bergabung dalam kelompok radikalisme maka selangkah lagi akan menjadi pelaku terorisme. Tutup Ken.
*Boleh dishare/bagikan*