Asal Usul Penamaan Bulan Rabi’ul Awwal - HWMI.or.id

Monday, 26 September 2022

Asal Usul Penamaan Bulan Rabi’ul Awwal

Asal Usul Penamaan Bulan Rabi’ul Awwal

(Bulan Kelahiran Nabi Muhammad SAW)

Hari ini tanggal 1 Rabi'ul Awwal tahun 1444 H, yang bertepatan dengan tanggal 27 September 2022. Bulan Rabi'ul Awwal sangat masyhur di kalangan umat Islam, karena di dalamnya ada sebuah peristiwa kelahiran sang Nabi akhir zaman.

Rabi’ul Awwal, nama bulan ketiga Hijriyah ini tidak terlalu popular di Indonesia. Masih kalah masyhur dengan Bulan Maulid. Bulan, di mana manusia agung lahir ke muka bumi, Muhammad bin Abdullah.

Apakah penamaan bulan Rabiul Awwal bermula dari kelahiran Nabi Muhammad saw, atau sudah ada sebelumnya, atau ada peristiwa penting sehingga nama itu disebut dengan Rabiul Awwal?, atau hanyalah nama sesuai dengan musim di mana bulan ini berada, Rabi'?.

Rabiul Awwal. Rabi' memiliki banyak arti di antaranya adalah semi, yang menunjuk pada sebuah musim di mana tumbuhan-tumbuhan mulai mekar Kembali dan bunga-bunga mulai berkembang.  

Awwal, bermakna pertama. Rabiul Awwal, bulan semi pertama. Karena setelah bulan ini ada bulan semi kedua yang disebut dengan Rabi'us Tsani. Tetapi, kata awwal (pertama) dan kedua bukan sebagai kata sifat dari Rabi’, tetapi dari Syahr (bulan).

Dalam Al-Ma'rifah nama Rabiul Awwal ini disematkan oleh buyut kelima Nabi Muhammad, Kilab bin Murrah pada tahun 412 M, jauh sebelum Nabi dilahirkan. Nama ini sudah sangat akrab di telinga orang-orang Arab, sehingga keindahan, kebahagiaan, dan berbagai kesenangan dan kesuksesan sering menggunakan kata ini, Rabi'. Seperti, Akala Rabi’, Zahratur Rabi’ dan lainnya.

Banyak riwayat yang menceritakan tentang asal muasal penamaan nama Rabi'ul Awwal ini, sebagaimana dalam Al-Ma'rifah, yaitu lirtiba' Annas wa dawab fihi (manusia dan hewan pada menunggu dan berharap datang bulan ini). 

Bulan ini dulunya disebut dengan musim gugur (kharif) dan orang-orang Arab menyebutnya musim semi (Rabi'), dan Rabi' disebut dengan Shaif (musim panas), dan Shaif disebut dengan  Qaidh (musim panas). Ada pula yang berpendapat, bahwa orang-orang Arab membagi musim dingin (Syita') menjadi dua bagian, bagian pertama dengan Rabi’ al-Ma' (mata air) dan Amthar (hujan), dan yang kedua adalah Rabiun Nabat (musim tumbuhan). 

Masyarakat Arab mengenal dua Rabi', Rabiul Syuhur dan Rabiul Azminah. Rabi' yang pertama menunjuk pada musim semi awal dan kedua, sedangkan Rabi' yang kedua merujuk pada beberapa musim lainnya, seperti musim gugur (kharif).

Ada pula yang berpendapat, asal usul dinamakan Rabi' Awwal, karena pada bulan ini orang-orang Arab memanen (menikmati) hasil rampokannya yang dilakukan pada bulan sebelumnya, shafar. 

Tetapi, ada pula pendapat bahwa Bulan Rabi' adalah bulan yang banyak menelan korban peperangan (kematian yang melimpah) karena peperangan antar kabilah pada bulan sebelumnya sedang berlangsung sengit dan kematian demi kematian banyak terjadi di bulan ini, Rabiul Awwal. 

Ada pula yang menyebutkan Bulan Rabiul Awwal dengan Rabiul Anwar. Karena di dalamnya terbit cahaya terang, nur Muhammad, cahaya ketuhanan yang menerangi semesta, demikian kata Dr. Ali Jum’ah dalam Elbalad. Dan di beberapa negeri Arab pada bulan Rabiul Awwal diadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad setiap hari. 

Demikian juga dengan Indonesia, perayaan kelahiran Nabi Muhammad dirayakan diberbagai tempat, dan sepanjang bulan Rabiul Awwal, walau nama bulan ini lebih akrab adalah bulan Maulid, bulan kelahiran Nabi Muhammad (merujuk pada tempat atau waktu).

Peristiwa penting pada bulan ini adalah kelahiran manusia agung, teladan umat, utusan Allah, Nabi Muhammad, tetapi ada perbedaan dalam menentukan hari antara 8, 10, dan 12 Rabiul Awwal. Namun, para sejarawan menegaskan bahwa kelahiran Nabi Muhamamd terjadi pada hari Senin, 9 Rabi' al-Awwal tahun 53 SM, bertepatan dengan 20 April 571 M (Tahun Gajah).

Rabi’ul Awwal, Rabi’ul Anwar. Maulid.

Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammad. 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda