Jika betul kisah tentang sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang terdampar, kemudian dakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli (Sumatra Utara), maka kemungkinan besar Islam sudah datang ke Nusantara (waktu itu belum lahir nama Indonesia) pada masa sahabat atau tabi'in. Atau mungkin sekitar tahun 48 Hijriyah menurut satu artikel.
Kyai Maimoen Zuber sepertinya juga pernah mengisahkan kisah ini dan ditulis oleh salah seorang murid beliau di FB. Beliau berkisah, sahabat Nabi yang datang berlayar ke Indonesia (Barus) adalah karena menghindari perseteruan antara Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidina Muawiyah dalam peristiwa perang Shiffin.
Tapi satu yang dapat dipastikan, ketika pengembara muslim yang melegenda asal Maroko, Syaikh Ibn Bathutah (703 -779 H.) yang semasa dengan Imam Ibn Katsir, adz-Dzahabi dan lain-lain datang ke Aceh, saat itu sudah berdiri negeri Islam bermazhab Syafi'i yang dipimpin oleh Sultan al-Malik az-Zahir II, sultan generasi ketiga pada Kesultanan Pasai (Aceh).
Dan jika melihat sejarah, ayah dan kakek Sultan al-Malik az-Zahir II yang juga menjadi sultan Pasai sebelumnya dan beragama Islam, maka boleh dipastikan Islam sudah ada di Aceh sekitar tahun 600 H dan itu sezaman dengan Imam an-Nawawi dan Imam ar-Rafi'i.
Adapun Islam tersiar di tanah Jawa, sebagaimana yang populer selama ini, dibawa oleh wali sembilan dan diperkirakan dakwah mereka berjalan pada sekitar tahun 800 H atau 900 H.
Dan tahun ini semasa dengan Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari, al-Hafiz Jalaluddin as-Suyuthi, Khatimatul Muhaqqiqin Imam Ibn Hajar al-Haitami dan al-Allamah Muhammad ar-Ramli.
Malah dalam satu penelitian, terkonfirmasi Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon) adalah masih murid dari Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari.
Sebelum dakwah wali sembilan sendiri, Syaikh Jumadal Kubro, ayahanda Sunan Gresik, yaitu Maulana Malik Ibrahim (paman Syaikh Subakir), yang diperkirakan wafat pada akhir 790 di Mojokerto (Jawa Timur) sudah terlebih dulu dakwah di tanah Jawa.
Jika informasi ini benar, maka Jawa sudah ada Islam pada tahun sebelum era wali sembilan.
Dan tahun tersebut adalah tahun al-Hafiz al-Iraqi (pentakhrij hadits Ihya' Ulumiddin), al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqallani, Imam Jalaluddin al-Mahalli dan lain-lain.
Penulis: Hidayat Nur