Sejak mengenal medsos, saya dan mungkin juga temen-temen baik yang pernah mesantren atau tidak pernah sama sekali, kita banyak mendapati cerita-cerita aneh tentang Wali-wali yang katanya dia wali Qutub atau wali majdub berikut karomah-karomah mereka, lebih banyak lagi wali-wali dari kalangan Habaib. Cerita-cerita itu sangat massif sekali di permedsosan.
Kalau sekedar cerita karomah dan ma'unah sebenarnya itu tidak asing dan kerap kita dengar dari orang-orang dan tokoh-tokoh yang terlihat biasa-biasa saja.
Tapi cerita itu tidak dibesar-besarkan apalagi dipromosikan biar laku dan diembel-embeli hasab dan nasab.
Sudah tidak aneh bagi kalangan santri khususnya yang suka ngaji berbagai fan kitab, pasti tiap fan ilmu itu punya promo tersendiri.
Untuk tahu Maqom atau kedudukan individu, kelompok atau jama'ah, seseorang setidaknya kita perlu tahu i'rob, semua ciri berikut penempatannya dalam nahwu sebab perumpamaan nahwu dalam kehidupan itu sangat mendekati.
Seperti kita bisa membaca kitab dengan tepat dan benar itu kalau menguasai nahwu terutama mengenal kalimat juga i'rob di luar kepala.
Begitu juga kita bisa membaca karakter seseorang, membaca sifatnya, geraknya, bicaranya, komentarnya itu juga tidak jauh dari itu.
Kedudukannya isim, fi'il atau huruf. Isim ada munshorif ada ghoiru munshorif, begitu juga fi'il ada shohih, ada mu'tal dan lainnya.
Jangan sampai menempatkan wali Qutub di posisi nasob, apalagi khofdh dan jazem, sebab akan banyak cerita halu tentang hakikat dan menjauh dari syari'at.
Begitu juga menempatkan wali majdub di posisi rofa' sebab akan mengubur dalam dan meniadakan syari'at.
Saya bicara demikian bukan tahu tentang Wali, tapi sedikit i'tibar dan penempatan Maqom i'rob pada tempatnya.
Wallahu a'lamu.
Penulis : Ust. Sholeh Basyari