(Sambungan Ayyuhal Walad #13)
Sahabat HWMI,
Sebelumnya kami sampaikan bahwa Imam Ghazali
menyampaikan kepada santri beliau : Seseorang yang menempuh jalan ma’arifat yang
pertama
adalah memiliki I’tiqad (keyakinan) yang benar.
Insyaallah I’tiqad kita adalah I’tiqad yang
benar, karena apa yang kita yakini dalam melakukan amaliyah yang kita ikuti
adalah Ahlus Sunnah Wal Jam’ah yang dirumuskan dalam al-Usus al-Tsalatasah fi I’tiqadi Ahlissunnah Wal Jama’ah dimana
dalam bertauhid mengikuti Imam Al-Asy'ari dan Al-Maturidi, berfiqh mengikuti
salah satu imam madzhab empat dan berakhlaq mengikuti Syaikh Imam Junaid
Al-Baghdadi dan Imam Abu Hamid Ghazali.
Tangga menempuh jalan ma’rifah selanjutnya,
sebagaimana yang disampaikan Imam Al-Ghazali:
Kedua : Harus melakukan taubatan nasuha, yang setelah tidak kembali melakukan kesalahan.
Ketiga : meminta keridloaan lawan sehingga tidak
ada hak bagi orang lain atas dirinya.
orang yang menempuh jalan ma’rifat dalam keseharianya
berusaha terbuka dan suka memaafkan kepada orang lain, termasuk kepada
orang-orang yang selama ini membencinya.
orang yang tidak suka kepada kita misalnya,
pastilah ia akan focus memberikan penilaian buruk (mencari keburukan) kepada
kita. maka jadikanlah penilaian buruk itu untuk memicu diri menjadi lebih
baik,tidak dibalas dengan kebencian, bahkan kita berusaha minta ridlonya agar
kita berubah dan meminta maaf jika memang ada kesalahan dari apa yang kita
lakukan.
Keempat
: Harus menghasilkan (berusaha belajar dengan
sungguh-sungguh) ilmu syari’ah sekiraanya mencukupi untuk menjalankan
perintah-perintah Allah swt, dan ilmu-ilmu yang menjadi sebab keselamatan.
seorang penempuh jalan ma’rifat tidak cukup
hanya belajar ilmu syariah saja, tapi ia harus belajar ilmu-ilmu yang lain (Tashawus)
agar ia mampu menggapai keselamatan dan tentunya apa yang ia pelajari harus dibimbing
seorang guru yang menunjukkanya ia jalan menuju keselamatan. (azf)