Buat Yang Merasa Paling Nahi Munkar, Ibnu Abbas Pun Tidak Nyinyir Kepada Yang Tidak Nahi Munkar - HWMI.or.id

Wednesday 25 November 2020

Buat Yang Merasa Paling Nahi Munkar, Ibnu Abbas Pun Tidak Nyinyir Kepada Yang Tidak Nahi Munkar

MENGHADAPI ORANG FASIQ

(Mana yang selamat? Menasihati, membiarkan atau abstain?)



Ayat Qur'an yang memuji orang shalih juga banyak, ayat yang menarik orang fasiq juga banyak, ayat yang orang shalih frustrasi juga banyak.

Kan ada ayat dua orang shalih yang satu berfikir agak frustrasi, yang satu penuh harapan. Ada juga yang ketiga cari aman.


Jadi mulai dulu orang shalih itu juga bermacam-macam. Ada yang seperti anda, 😁ada yang seperti saya, ada yang tidak jelas, macam-macam 😁.

وإذ قالت أمة منهم


Sudah itu lalu tanda kutip:


لم تعظون قوما الله مهلكهم أو معذبهم عذابا شديدا قالوا معذرة إلى ربكم ولعلهم يتقون


Jadi ketika ada komunitas yang sering maksiat, dua orang shalih berdebat : "Bagaimana sebaiknya? Diberitahu atau tidak?"

Kata yang satunya : "Sudah tidak usah diberitahu. Tampang-tampang seperti itu mana mungkin bertaubat?"

Yang satunya lagi tetap menasihati (komunitas tersebut) : "Nanti saat sudah bertemu Allah paling tidak saya sudah Nahi munkar." Itu namanya :قالوا معذرة إلى ربكم

Ma'dzirotan itu sederhananya : "Kalau nanti bertemu Allah setidaknya saya sudah pernah memberitahunya.

Tapi yang tidak Ibnu Abbas ketahui itu satu hal (tidak tahu bukan berarti bodoh, tapi karena tidak dijelaskan di ayat itu).


فلما نسوا ما ذكروا به أنجينا الذين ينهون عن  السوء


Yang diselamatkan itu yang ينهون عن السوء 


Jadi yang pasti selamat itu firqotun yang tanha 'anissu'i.

Fa kaifa bil firqoti yang la tanha' anissu'i? Jadi la taf'alussu' tapi juga wala tanha 'anissu'i.

Lalu bagaimana golongan yang abstain? Itu tidak dibahas Qur'an. Tapi kata Ibnu Abbas : "Saya tidak tahu, tapi saya berharap itu pun dimaklumi oleh Allah."


YANG MAKSIAT KUBU SEBELAH, YANG BERDEBAT ORANG SHALIH 😄


Jadi menghadapi orang fasiq itu orang shalih pun kadang berdebat, seperti :


فما لكم فى المنافقين فئتين والله أركسهم بما كسبوا


Oleh sebab itu orang shalih harus berhati-hati, karena kadang maksiat di sebelah (malah) menjadikan dua orang shalih berdebat : yang satu memilih melakukan sweeping misalnya, yang satu lagi memilih mendoakannya, yang satu memilih tadrijan (pendekatan bertahap). 

Yang sweeping bilang : "Itu nggak tegas!"

Yang memilih tadrijan bilang : "Ya semua itu ada prosesnya, Dul. Nggak asal!".

Yang cari aman : "Aku punya doa orang fasiq jadi tobat. Sudah pernah saya coba. (nggak terkabul)" 😄

Macam-macam.

Jadi sudah sejak dulu seperti itu sudah ada.

Orang shalih yang putus harapan : لم تعظون قوما الله مهلكهم أو معذبهم عذابا شديدا

"Mengapa memberitahu orang yang secara lahiriah pasti kena adzab?"

Tapi jawab yang shahih dan punya harapan : قالوا معذرة إلى ربكم "Ya paling tidak aku kalau bertemu Allah sudah Nahi munkar."

Lalu siapa yang selamat? Yang selamat adalah : أنجينا الذين ينهون عن  السوء

Kata Ibnu Abbas, yang pasti selamat itu yang punya kiat Nahi munkar.

Lalu bagaimana yang abstain? Tidak melakukan keburukan tapi tidak punya aktivitas Nahi munkar? Jawab Ibnu Abbas : "Saya tidak tahu, tapi saya berharap yang itu pun tidak kena adzab."


Yang terakhir, saya cari-cari syarahnya kitab ini, saya juga masih berusaha men-syarah-i kitab ini tetapi bil-lisan. Saya obral lah ke anda, ke siapa saja. Saya pernah membaca di Musnad Ahmad : Ada orang shalih yang tidak punya nyali Nahi munkar, saya ulangi lagi, ada orang shalih yang tidak punya nyali Nahi munkar.

Tapi banyak juga orang shalih yang punya nyali Nahi munkar, sudah lah, semua kita dukung secara ilmu.

Ceritanya lucu. Singkat cerita, bertemu Allah ditanyai, "Bagaimana kamu itu, banyak maksiat di bumi tapi kamu kok nggak berani Nahi munkar? Kenapa?


فإذا لقن الله العبد حجته


Ini dawuh Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dawuh kanjeng Nabi : Ketika Allah menghendaki orang ini tidak kena adzab padahal ia tidak pernah Nahi munkar Allah mengajarkan hujjah, hujjah itu logika, atau argumentasi, kenapa tidak berani Nahi munkar. Orang itu menjawab :

رجوتك وخفت الناس


"Saya disuruh menasihati preman, Gusti?! Bisa-bisa dipukuli, saya."

"Tapi Aku (Allah) menyuruhmu Nahi munkar!"

"Lebih mudah berurusan dengan Panjenengan, Gusti, yang mudah memaafkan."


Nah,ini dalilnya kelompok yang agak takut - takut itu. 😂🤣


Jadi yang penting semua itu ada ilmunya, begitu loh. Maksud saya ini cuma cerita, kalau kalian tidak setuju juga boleh saja. Wong sama-sama 'alimnya saja... 😄

Paham ya?

رجوتك وخفت الناس


Ingat-ingat ya, hafalkan ya, ayo ulangi

رجوتك وخفت الناس


Apa?

رجوتك وخفت الناس


Preman lagi mabuk kamu samperin : "Mas, jangan minum."

Kamu dijotosi, hizibmu pas nggak mempan. Bisa nyonyor. 🤣

Tapi kata Allah kan wajib Nahi munkar?

"Ya lebih baik berurusan dengan Allah."

Itu namanya,

رجوتك وخفت الناس

Rojautu, ngarep-ngarep isun

Ka, ing Panjenengan

"Maksudnya itu kalau sama-sama melanggar, lebih baik berurusan dengan Panjenengan, Gusti. Tidak terlalu ribet dampaknya, daripada berurusan dengan manusia."


Di sini terlihatlah ke'aliman ahli Fiqh :

حق الله مبنى على المسامحة، وحق الأدمي مبنى على المشاحة


Jadi tampak betapa 'alimnya ahli Fiqh : Urusan dengan Allah itu sudah agak musamahah, enteng. Tapi kalau berurusan dengan bani Adam, ribet. Teman akrab dipinjami 100 ribu saja inget terus, berharap segera dilunasi. 🤣 Tapi kalau berurusan dengan Allah, tingkahmu nggak karuan dari belia sampai tua Bangka, asal belum sekarat, masih bisa diharapkan (ditunggu) tobatnya. Betapa baiknya Allah. Maksudnya demikian.

Daripada saya berurusan dengan orang seperti itu, Gusti, lebih baik berurusan dengan Panjenengan.


Jadi saya cerita ya. Sampean setuju silakan, tidak setuju silakan, tapi ini urusan ilmu. Yang jelas data saya lebih meyakinkan lah, dari sekian yang saya baca.

Tapi kalau nanti sampean ada data yang lebih baik, misalnya sudah membaca syarahnya Musnad Ahmad ya pasti saya bully : wong kitab Musnad nya saja nggak punya kok baca syarahnya 😂


Musnad Ahmad sendiri, bukan syarahnya, sudah 14 jilid, tiap jilid tebalnya sebata merah. Yang bisa menandingi saya itu jika saya sudah baca Musnad, lalu kalian : "Saya sudah baca syarahnya tidak begitu, Gus." saya taslim, sudah... Tapi tampaknya kalian tidak punya 😂

Ingat-ingat ya, hafalkan ya :

رجوتك وخفت الناس


Umumnya, (muslim) semuanya juga begitu, karena :


إنك ما إذا دعوتنى ورجوتنى غفرت لك ولا أبالى


Jadi yang penting hidup itu selalu memiliki harapan pada Allah SWT. Selalu berdoa.

Sudah ya.

Alfatihah...


-Gus Baha -



Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda