Kenapa Keturunan Nabi Tak Tentu Berakhlak Baik? - HWMI.or.id

Tuesday 17 November 2020

Kenapa Keturunan Nabi Tak Tentu Berakhlak Baik?

 "KENAPA KETURUNAN NABI TAK TENTU BERAKHLAK BAIK ?" 



■》Ini Penjelasan Habib Luthfi


Tidak ada yg mengelak bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia paling baik, bahkan sempurna. 

Satu bukti, ia digelari Al-Amin (seorang yg jujur) oleh kaum Quraisy di zaman pra Islam.  

 

Namun demikian, seluruh keturunan yg mempunyai nasab langsung ke Nabi tidak menjamin bahwa akhlak orang tersebut baik. 


Alasan untuk persoalan tersebut dijelaskan secara lugas oleh Pimpinan Majelis Kanzus Sholawat Pekalongan Habib Luthfi bin Yahya, Selasa (24/1) lalu saat menerima rombongan Anjangsana Islam Nusantara STAINU Jakarta di kediamannya.

 

Rais Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) ini menerangkan, meskipun mempunyai nasab langsung ke Rasulullah, belum tentu akhlak orang itu baik karena ini persoalan ma’shum (dilindungi Allah dari dosa).

 

“Jangan heran jika (keturunan Nabi, red) ada yg berakhlak tidak baik, lah wong mereka tidak di-ma’shum kok,” tutur Habib Luhtfi dengan gaya bicaranya yg khas.

 

Dengan demikian, menurutnya, belajar dan memahami sejarah secara tuntas sebagai cerminan berpikir dan bertindak menjadi langkah penting, termasuk sejarah perjalanan Nabi Muhammad yg penuh dengan teladan baik dan akhlak yg mengesankan.

 

Sebutan Habib

 

Beberapa waktu lalu dalam kunjungannya ke ndalem Gus Mus, Prof HM. Quraish Shihab mengatakan bahwa sebutan Habib mempunyai makna orang yg dicintai sekaligus mencintai. 


Jadi menurut penulis Tafsir al-Misbah ini, seseorang dengan sebutan Habib tidak hanya ingin dicintai, tetapi juga harus mencintai.

 

Prof Quraish memberikan penekanan bahwa ada persoalan mendasar terkait sebutan Habib, yaitu akhlak. 

Terkait dengan akhlak ini, menjadi alasan fundamental bahwa tidak semua keturunan Rasulullah bisa disebut habib.

 

Dari beberapa literatur, keturunan Nabi dari Sayyidina Husein disebut sayyid, sedangkan dari Sayyidina Hasan disebut syarif. 

Hasan dan Husein merupakan putra Sayyidah Fatimah binti Muhammad dari hasil pernikahannya dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

 

Selama ini, sebutan habib harus melalui komunitas dengan berbagai persyaratan yg sudah disepakati. 

Hal ini ditekankan oleh organisasi pencatat keturunan Nabi, Rabithah Alawiyah. 

Di antaranya cukup matang dalam hal umur, memiliki ilmu yg luas, mengamalkan ilmu yg dimiliki, ikhlas terhadap apa pun, wara atau berhati-hati, serta bertakwa kepada Allah.

 

Tak kalah pentingnya, Rabithah Alawiyah yg dipimpin oleh Habib Zen bin Smith (salah satu Mustasyar PBNU) menekankan bahwa akhlak yg baik menjadi salah satu alasan utama keturunan Nabi disebut Habib. 


■ (Fathoni)

■ Pekalongan, NU Online


Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda