Mudir Aam Jatman : Kegaduhan Masyarakat Bermula Dari Ucapan Kotor - HWMI.or.id

Saturday 28 November 2020

Mudir Aam Jatman : Kegaduhan Masyarakat Bermula Dari Ucapan Kotor

 Mudir Aam Jatman: Kegaduhan Masyarakat Bermula dari Ucapan Kotor



Mulut sebagai salah satu indera yang diberikan Allah SWT kepada manusia berperan besar dalam menciptakan suasana harmonis atau disharmonis dalam  kehidupan masyarakat. Omongan atau ucapan kotor dari mulut bisa menjadi sumber kegaduhan.

Mudir Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah an-Nahdliyah (Jatman) Habib Umar Muthohar mengatakan, secara sederhana berbagai goncangan dan kegaduhan masyarakat yang terjadi selama ini bermula dari ungkapan-ungkapan kotor berlebihan dari mulut manusia yang tidak dikendalikan dengan baik.

"Pesan Nabi Muhammad SAW menyebutkan bicaralah yang baik atau diam, tapi yang diamalkan manusia malah sebaliknya, sehingga banyak terjadi kegaduhan dan goncangan di masyarakat," kata Habib Umar di Demak, Selasa (24/11).

Habib Umar mengatakan hal itu saat menyampaikan taushiyah pada pengajian umum dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Haul Syekh Abdul Qodir Al-Jilani, Haul Habib Ahmad bin Abdullah Al-Jufry, dan Haul Kiai Ahmad Fauzan di halaman Pesantren Asmaul Husna Desa Loireng, Sayung, Demak Jawa Tengah.

Menurutnya, maraknya pemakaian masker yang menutupi mulut di era pandemi Covid-19 seperti sekarang ini selain untuk mencegah penularan corona juga bisa dimaknai sebagai isyarat agar manusia mengendalikan mulutnya. Kalau bicara yang baik-baik saja, jangan bicara jelek dan kotor. 

"Agar tidak bicara jelek mulutnya ditutup saja, ini bisa jadi sinyal dari pada tidak bisa bicara yang baik-baik maka ditutup saja mulutnya. Yang jelas apapun indikasi atau sinyal yang muncul dipermukaan mulut harus dijaga," tegasnya.

Dikatakan, suara yang dikeluarkan dari mulut manusia bisa menjadi obat, tombo loro, dan membahagiakan lawan bicara. Tetapi bisa juga sebaliknya, malah menjadi pemicu malapetaka dan prahara.

"Kegaduhan antarmasyarakat dan  bangsa yang berujung konflik bahkan perang itu bermula dari cara berkomunikasi yang tidak baik dan mengabaikan ajaran nabi bagaimana membangun komunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya," ungkapnya.

Karena itulah ujarnya, bicara yang baik harus selalu dibiasakan agar dari mulut ini tidak mengeluarkan sesuatu yang kotor. Untuk mewujudkan hal itu maka mulut ini harus terus menerus dilatih dan dipaksa untuk berbicara baik. 


"Caranya dengan membiasakan menyebut kalimah-kalimah toyibah. Kalimah toyibah tentang Allah berupa kalimat dzikir,  tentang Nabi Muhammad SAW berupa kalimat shalawat dan tentang dirinya sendiri berupa kalimat istighfar.

Itu semua adalah kalimat-kalimat berbobot yang keluar dari mulut kita, saat didengarkan menimbulkan rasa senang dan bahagia dan besok hari pembalasan akan menambah timbangan amal baik kita," pungkasnya.(NU Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda