MATAKIN dan PGI Juga Protes Hilangnya Frama Agama dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035
‘’Agama tidak bisa diwakilkan, agama ada di ruang yang tak tergantikan, itu ruang sakral,’’ ujar Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian PGI Henrek Lokra dikutip dari Republika, Senin (8/3/2021).
Henrek mengungkapkan bahwa agama harus lebih menekankan pada budi pekerti sehingga agama tidak diartikan sebagai penekanan pada doktrin, apalagi berteologi dan menentukan pandangan.
‘’Pendidikan keagamaan lebih tepat diberikan keleluasaan pada lembaga keagamaan yang lebih memahami doktrin atau dogma keagamaannya,’’ ucap Henrek.
Ketua Kehormatan Matakin Uung Sendana menegaskan bagaimanapun frasa akhlak dan budaya sangat berbeda dengan agama, meskipun saling mempengaruhi.
Menurutnya, frasa budaya memang dipandang baik, khususnya demi pendidikan yang berkebudayaan. Namun, mengenai frasa akhlak, ia menyarankan agar diperbaiki menjadi pendidikan agama dengan penekanan pada akhlak mulia atau budi pekerti luhur.
‘’Karena akhlak mulia atau budi pekerti luhur pun berkaitan erat dengan nilai-nilai kebajikan dalam agama,’’ jelas Uung.
Uung menyatakan, pendidikan agama di Indonesia sangat diperlukan. Meskipun, titik berat pengajaran ia sarankan untuk diubah.
‘’Hal ini selaras dengan Indonesia sebagai negara beragama, bukan sekuler atau teokratis,’’ ucapnya.
(Islamkaffah.id)