Penipuan 212 Mart Dan Pelajaran Bagi Kita Yang Mabuk Agama - HWMI.or.id

Thursday, 6 May 2021

Penipuan 212 Mart Dan Pelajaran Bagi Kita Yang Mabuk Agama

 Penipuan 212 Mart dan Pelajaran Bagi Kita yang Mabuk Agama

Oleh: Ahmad Khoiri

Sumber: http://koperasisyariah212.co.id


 Tidak ada yang bisa menyangkal fakta, bahwa yang namanya gairah keagamaan, dalam hal ini Islam, itu harus dilandasi pengetahuan tentang Islam itu sendiri. Jika tidak, penyesalan niscaya terjadi. Alih-alih urun menciptakan kejayaan Islam, justru kita akan tertipu oleh para manipulator agama di satu sisi dan di sisi lain mencederai sakralitasnya. Kasus seperti, misalnya, tampak jelas dalam kasus yang tengah viral: investasi bodong 212 Mart — minimarket Persatuan Alumni (PA) 212.

Kasusnya di Samarinda, Kalimantan Timur. Dengan pendampingan dari Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Lentera Borneo, 13 warga melaporkan Komunitas Koperasi Syariah 212 Mart ke Polresta Samarinda atas kasus penipuan dan penggelapan dana investasi 212 Mart, dengan dugaan kerugian mencapai Rp 2 miliar. “Korban seluruh ada hampir 600 orang,” terang tim kuasa hukum LKBH Lentera Borneo, I Kadek Indra Kusuma Wardana, dilansir CNBC Indonesia.

Investasi bodong berkedok syariah tersebut rencananya akan digunakan untuk mendirikan toko secara bertahap, antara lain di kawasan Jalan AW Sjahranie, Jalan Bengkuring, dan Jalan Gerilya. Metode pengumpulan dana dilakukan secara terbuka mulai Rp 500 ribu hingga Rp 20 juta, dan sudah berjalan sejak tahun 2018, persis ketika PA 212 sedang berjaya menipu umat. Kasus ini tentu saja perlu jadi perhatian kita bersama, agar pembodohan berlabel Islam tidak terus-terusan terjadi.

Artinya, perlu ada telaah ulang, bahwa bisnis tetaplah bisnis, dan bahwa manusia licik juga bisa paling vokal memainkan narasi keumatan dan Islam secara umum. Kelengah kita, atau Anda, yang mabuk agama, adalah kesempatan emas untuk mereka beraksi. 212 Mart sangat cukup menjadi sampel bahwa para Muslim populis mengais banyak untung dari kata “umat”. Umatlah senjata mereka bermain politik dan melakukan konfrontasi kepada pemimpin. Umat pulalah sumber kekayaan eksploitatifnya.


212 Mart yang Agamis


Minimarket 212 Mart banyak memakan korban karena karena menjual brand keumatan. Dalam website resminya, koperasisyariah212.co.id, dijelaskan bahwa 212 Mart mengusung #Spirit212, gerakan kebangkitan umat yang dipicu oleh perjuangan umat pada Aksi Bela Islam III yang fenomenal pada 2 Desember 2016 lalu. Sedangkan Koperasi Syariah 212 sendiri adalah kelanjutan perjuangan umat pada aksi 212 tersebut, perjuangan di bidang ekonomi. Jelas sekali, bukan?

Tidak berhenti di situ. Demi menarik kepercayaan orang-orang yang mabuk agama, testimoni dari berbagai kalangan juga dibuat. Ahmad Syaikhu, Wakil Walikota Bekasi, memberikan testimoni: “Karena 212 Mart ini punya umat. Koperasi dari kita untuk kita sebagai umat, dan kita adalah pemilik 212 Mart ini!,” disusul Direktur Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Arifin Purwakananta yang mengatakan:

“Banyaknya minimarket Muslim, seperti 212 Mart bisa membangkitkan ekonomi umat. Kalau masyarakat didorong memiliki usaha sendiri, bisa maju dan sejahtera hidupnya.” Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Dyah Puspitarini, juag membuat testimoni: “Saya mendukung 212 Mart. Geliat ekonominya insyallah bisa menyaingi Indomaret. Saya setuju, insyaallah ekonomi umat bisa bangkit!”


Ketua Dewan Pengurus Operasional Koperasi Syariah 212 adalah Yusuf Muhammad Martak, sementara wakilnya Taufan Maulamin. Keduanya sama-sama politikus yang mendadak jadi pemuka agama setelah kasus Ahok 2016 silam, dan sering kali berdakwah ke-212-an. Berbeda dengan Indomaret yang berjargon ‘Murah dan Hemat’ atau Alfamart yang berjargon ‘Belanja Puas Harga Pas’, 212 Mart punya jargon islami, yakni ‘Amanah, Berjama’ah, Izzah’.


Investasi yang tengah jadi polemik itu pun dicantumkan di websitenya. Siapa yang menyangka bahwa Koperasi Syariah 212 dengan sedemikian agamisnya sampai hati untuk menipu? Para investor yang dirugikan, mereka adalah umat, yang katanya akan disejahterakan justru disengsarakan. Kasus 212 Mart ini adalah kesekian bukti bagi siapa pun yang mabuk agama, bahwa iblis juga bisa berpenampilan agamis. Karenanya, agar tidak tertipu, kita harus menjadi Muslim yang cerdas.


Jadilah Muslim yang Cerdas


Permainan narasi keumatan yang faktanya merugikan imej umat itu sendiri sudah lama terjadi. Aksi Bela Islam yang tujuh jilid itu sama sekali tidak bermanfaat bagi Islam, justru mempertebal kantong para pengasongnya. Butuh setengah dekade untuk membuktikan kepicikan mereka. Kasus 212 Mart merupakan bukti riil eksploitasi ekonomi oleh mereka, sebagaimana mereka juga mengekspoitasi politik. Bagi mereka, umat tidak lebih dari tumbal semata.

Apakah kita dapat sepenuhnya menyalahkan mereka? Tentu saja tidak. Kita juga harus introspekti: kenapa bisa gampang terbodohi. Bagaimana gairah keagamaan sudah dibajak oleh para pemain, dan bagaimana label-label keagamaan justru membuat kita jadi naif. Karena itu solusinya satu, yaitu menjadi Muslim yang cerdas. Kalau kita menemukan orang yang rekam jejaknya tidak baik tiba-tiba sok membela umat dan Islam, saksikanlah bahwa mereka penipu.

Uang 2 miliar bukan uang sedikit. Malingnya pasti hidup mewah dinarasikan sebagai bukti kejayaan Islam, padahal yang berjaya adalah perut serakah mereka. Di tengah kasus 212 Mart, mereka bungkam mencari aman dengan tidak bersuara, karena sudah jelas-jelas mencuri. Sekarang, setelah kasus penipuan 212 Mart, masihkah kita yang naif dan mabuk agama percaya bualan islaminya? Jika iya, maka terang, selamanya kita akan jadi umat yang tertipu.

Besar harap, kasus penipuan 212 Mart bisa menjadi pelajaran dan membawa kita pada prinsip sebagaimana dituturkan pemain film Hollywood ‘The Italian Job’ tentang pencurian, bahwa: “Saya percaya semua orang. Saya hanya tidak percaya iblis dalam diri mereka.” Bahwa kita tidak boleh lagi sampai terkena tipu oleh iblis yang memakai baju koko dan kopyah sekalipun.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…


(Harakatuna.com)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda