Bela Petani, Kiai Said Dorong Pemerintah Wujudkan Sila Kelima Pancasila
Oleh: Kendi Setiawan
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan bunyi sila kelima Pancasila 'Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia' belum benar-benar diwujudkan. Sila tersebut masih jauh panggang dari api.
"Mana ada keadilan kalau yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin?" kata Kiai Said saat Halal bi halal dan Sosialisasi Program Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) PBNU, Senin (14/6), di Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta.
Menurut Kiai Said, rakyat kecil sangat sulit untuk menuntut hak-haknya. Karena itu, PBNU selalu meminta pemerintah dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Salah satu bagian dari rakyat kecil yang harus dibela adalah petani. Kiai Said menilai golongan petani adalah golongan yang beriman kepada Tuhan. Terbukti, saat setelah menanam, mereka berdoa kepada Tuhan agar tanaman tersebut disuburkan dan menghasilkan panen yang maksimal.
“Semua petani beriman kepada Tuhan, karena mengharapkan rahmat Tuhan,” kata pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Jakarta Selatan ini.
Namun, saat panen, seringkali harga hasil pertanian belum tentu menguntungkan. Padahal untuk pertanian tersebut bibit dan pupuknya sudah mahal. Saat panen, pihak yang diuntungkan bukanlah petani, namun tengkulak, karena dapat menjual dengan harga tinggi.
Kiai Said menekankan, hadirnya LPPNU sangat penting karena warga NU basic-nya adalah para petani baik petani yang memiliki lahan maupun buruh tani. Karena itu, para petani perlu diberikan afirmasi, pembelaan, dan dukungan.
"Fondasi ekonomi bangsa adalah petani," tegas Kiai Said. "Sangat penting, LPPNU menjadi pendamping para petani. Pengayom, tutor petani agar petani melek digital, bisnis ekonomi, teknologi pertanian," imbuhnya.
Kiai Said berharap petani NU dapat memaksimalkan hasil pertanian. Sebab, Indonesia adalah negara yang tanahnya subur.
Kiai Said menyebutkan negara Ethiopia yang pada tahun 1980-an masih merupakan negara miskin, sehingga warganya setiap tahun kelaparan, ada yang mengidap busung lapar dan meninggal dunia. Berbeda dengan sekarang, Ethiopia menjadi negara yang mampu swasembada hasil pertanian.
"Kita yang hidup di tanah yang subur, segalanya ada, air ada, udara panas ada, buminya subur. Allah menjadikan Indonesia subur. Maka ayo bergerak dan hasilkan pangan dan rezeki di negeri yang subur ini," Kiai Said menyemangati. Idul Fitri kuatkan ukhuwah Pada kesempatan itu, Kiai Said menyampaikan momentum Idul Fitri adalah untuk meningkatkan ukhuwah. Kadang-kadang, kata Kiai Said, terjadi ketegangan karena perbedaan.
Dengan Idul Fitri ini kembali ke fitrah. Pertama, sebagai Nahdliyin tidak ada ganjalan dan uneg-uneg yang bisa menghalangi. Ini wujud ukhuwwah nahdliyyah (persaudaraan sesama warga NU). Setelah ukhuwah nahdliyah, Kiai Said mengajak Nahdliyin untuk meningkat menjadi ukhuwah islamiyah. Sesama umat Islam hendaknya dapat salig mengambil pelajaran.
Selama umat Islam terpecah, akan menjadi bulan-bulanan.
"Apakah kita tidak mengambil pelajaran itu? Sampai kapan kita akan diadu domba terus oleh pihak yang yang merusak persatuan umat Islam?" Kiai Said mengajak merenung. Kiai asal Cirebon Jawa Barat itu meneruskan setelah mampu mewujudkan ukhuwah islamiyah, ditingkatkan lagi menjadi ukhuwah wathaniyah. Terlebih dalam hadapi pandemi Covid-19, diperlukan kerja sama sesama anak bangsa, lintas agama, lintas suku, lintas partai, lintas ormas, bahkan lintas budaya.
"Karena pandemi Covid-19 ini tidak pandang bulu. Muslim, non-Muslim, kaya miskin, kalau sudah kena ya kena. Semuanya rata, nggak pandang bulu, karena itu perlu membangun dan memperkuat ukhuwah wathaniyah," tegasnya.(NU Online)