Memaknai Latihan Gabungan Terbesar AS-Indonesia - HWMI.or.id

Wednesday 4 August 2021

Memaknai Latihan Gabungan Terbesar AS-Indonesia

 Memaknai Latihan Gabungan Terbesar AS-Indonesia

Oleh: Jagarin Pane   

Latihan Antara TNI dan US Army di Baturaja. | Foto: Kostrad

Ribuan tentara Amerika Serikat memasuki teritori Indonesia dari tiga tempat, yaitu Palembang, Bandar Lampung dan Balikpapan. Ada apa gerangan? Ternyata ada hajat besar bersama untuk latihan gabungan (Latgab) khusus angkatan darat. Personil US Army secara bergelombang diterbangkan ke Palembang dan Balikpapan dan diterima di bandara dengan prokes ketat. Sementara berbagai jenis alutsista didaratkan di Pelabuhan Panjang Bandar Lampung. Kedatangan pasukan Amerika Serikat (AS) terbesar, adalah di Puslatpur TNI AD di Baturaja, berjumlah sekira 2.300 prajurit. Indonesia juga mengerahkan kekuatan yang sama untuk menggemakan “Garuda Shield” sebagai nama Latgab yang digelar pada 1 –14 Agustus 2021.

Mengutip dari laman teronggosong.id dua titik latihan itu sesungguhnya strategis dalam skenario kolaborasi “mengurung” China, dari sudut pandang AS tentu saja. Sumatra Selatan (Sumsel)  dan Kalimantan Timur (Kaltim) adalah titik tumpu terdepan untuk mobilisasi tentara “Sekutu” jika terjadi ofensif besar-besaran menuju garis serang ke sejumlah pangkalan militer China di Laut China Selatan (LCS). Misalnya China berhasil menduduki Natuna maka counter attack dan pengerahan pasukan “Sekutu” bisa dilakukan dari kawasan ini. Ketika Ambalat memanas beberapa tahun yang lalu Indonesia melakukan latihan tempur skala besar di Sangatta, Kalimantan Timur, yang melibatkan 30.000 prajurit dan alutsista tiga matra. Halaman depan Sangatta adalah perairan Ambalat.

Latgab terbesar sepanjang sejarah Indonesia ini, yang melibatkan kekuatan masing-masing 1 brigade, kedua negara tidaklah sekedar menyelesaikan kurikulum latihan di Puslatpur TNI AD di Baturaja (Sumsel), dan Amborawang (Kaltim). Ada pesan yang sangat kuat di sana. Selain mendekatkan hubungan militer kedua negara sekaligus sebagai bagian dari diplomasi militer, bisa juga menjadi opsi pangkalan aju next time bagi militer AS dan sekutunya manakala pecah perang terbuka dengan China. Bisa saja kan, karena suasana sudah darurat militer maka pilihan pijakan pun bersifat darurat.

Dalam skenario manajemen pertempuran kelas berat ini, pangkalan militer AS di Darwin dan Cocos dari poros Selatan dianggap terlalu jauh dari garis depan palagan LCS. Maka berdasarkan kacamata intelijen militer AS, Sumsel adalah titik tumpu Cocos dan Kaltim adalah titik tumpu Darwin. Terus ke Utara ada Filipina karibnya AS sejak lama, juga ada Taiwan sebagai benteng terdepan, kemudian ada Okinawa sebagai pangkalan militer besar AS. Sekedar catatan, ketika terjadi perang Vietnam, AS menggunakan 2 pangkalan militer di Filipina sebagai pangkalan aju untuk membombardir Vietnam. Yaitu Subic untuk angkatan laut dan Clark untuk angkatan udara AS.

Coba kita perhatikan dan cermati peta geostrategis dan geopolitik strategi militer AS dan sekutunya di Indo-Pasifik yang mengurung China mirip bulan sabit (setengah lingkaran). Ini sama dengan strategi AS mengurung Iran, merangkul dan membangun pangkalan militer di negara-negara Teluk: juga mirip bulan sabit. Hebat dan cerdiknya AS itu kalau terlibat perang tidak pernah di teritori negaranya sendiri, selalu “merantau” jauh ke negeri orang. Dan cirinya adalah keroyokan alias persekutuan, lalu minta bayaran. Contohnya di perang Teluk jilid satu dan dua.

Yang membuat suasana LCS seperti episode drama dalam waktu yang sama dengan kedatangan ribuan pasukan AS ke Indonesia, kapal induk Inggris HMS Queen Elizabeth bersama sejumlah kapal perang pengawalnya sekarang sudah tiba di perairan LCS. Ini juga bagian show of force dan diplomasi militer “saudara sepupu” AS yang selalu seiring sejalan menunjukkan kesetiaannya pada sepupunya. Bahkan Inggris sudah menyatakan dengan tegas akan menempatkan 2 kapal perangnya secara permanen di kawasan Indo Pasifik awal September tahun ini. Makin ramai saja suasana hiruk pikuk lintas laut militer di kawasan ini.

Bagi Indonesia, Latgab selama dua minggu ini sangat berguna bagi prajurit-prajurit TNI AD untuk menimba ilmu manajemen pertempuran modern network centric warfare. Termasuk 100 prajurit raider TNI AD yang dikirim ke AS untuk berlatih yang sampai saat ini sudah mencapai 2 angkatan. Selama ini Indonesia memang telah banyak melakukan latihan militer dengan negara-negara sahabat. Namun nilai tambah dari Latgab bilateral dengan negara Paman Sam kali ini adalah pengerahan pasukan yang terbesar di tengah situasi kawasan regional yang ngeri-ngeri sedap. Makna tersuratnya adalah sebagai penguat diplomasi militer kedua negara. Dan secara tersirat bisa saja sebagai simulasi skenario opsi jika terjadi perang terbuka dengan naga di seberang laut lor. Bukan di laut kidul lho ya, jangan sampai keliru.

Penulis: 

Wakil Ketua PC LTMNU Kota Semarang dan Ketua Dewan Penasehat DKM Masjid Jami’ NU Al Amanah Kota Semarang. Sebagai pemerhati pertahanan dan alutsista TNI, telah menerbitkan buku berjudul Ketika Tentara Belanja Alutsista Jilid 1 dan 2.

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda