Jihad Melawan Ideologi Makar NII yang Tak Pernah Mati - HWMI.or.id

Thursday 14 October 2021

Jihad Melawan Ideologi Makar NII yang Tak Pernah Mati

Oleh: Faizatul Ummah in Suara Kita

Jihad Melawan Ideologi Makar NII yang Tak Pernah Mati

Sebagai suatu organisasi, Negara Islam Indonesia (NII) boleh mati namun gerakannya tetap hidup bak api yang tak kunjung padam. Meskipun nyalanya tidak terlihat berkobar, namun baranya tetap hidup sekalipun tidak tampak nyata karena tertutup tanah dan bebatuan. Suatu waktu, bila tanah dan batu-batu yang menutupi itu dicungkil, bara itu terlihat merah dan panas, bisa membesar dan bahkan apinya membara hebat menyebabkan kebakaran besar. Indonesia bisa saja dilanda kebakaran yang tidak bisa dipadamkan.

Peristiwa sejarah mesti menjadi pelajaran penting dari gerakan makar NII yang terjadi di berbagai daerah di awal-awal kemerdekaan. Bangsa ini terus dilanda pemberontakan dari gerakan yang ingin merubah dasar dan ideologi negara. Mereka telah dihancurkan, tetapi apakah ideologi dan gerakan ini sudah selesai?

Kasus mutakhir riuhnya NII sebagai buktinya. Puluhan warga Garut yang dibaiat NII dan didoktrin bahwa negara Indonesia saat ini adalah negara thagut membuka mata kita semua bahwa ia masih tetap ada dan berbahaya. Thagut adalah istilah dalam agama Islam untuk penyembah selain Allah, rela dengan bentuk ritual peribadatan dan keyakinan yang mereka akui. Tentu saja ini merupakan bahaya besar bagi bangsa Indonesia.

NII sendiri dalam sejarahnya muncul akibat polemik para pendiri bangsa dalam menentukan bentuk negara ini. Apakah didasarkan pada hukum Islam atau pada ideologi yang moderat yang mewadahi segala keragaman yang ada di Indonesia. Akhirnya, dengan pertimbangan yang matang, dengan pengkajian yang mendalam  dan tidak atas dasar ego-ego politik maupun golongan, Pancasila menjadi pemenangnya.

Finalisasi Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa disepakati, sebab,  di samping tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam juga paling tepat untuk mewadahi semua komponen bangsa yang multi agama dan etnis. Ijtihad para pendiri bangsa yang memilih Pancasila ini terbukti benar, sebab sampai saat ini, di bawah panji-panji Pancasila, Indonesia berhasil mempertahankan keutuhan dan kesatuan sebagai suatu bangsa yang berdaulat.

Namun, bagaimanapun Pancasila mampu membingkai bangsa ini dalam kehidupan yang damai dan harmonis, serta sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal agama Islam, tetap saja ada upaya merongrong kewibawaan Pancasila dan juga Indonesia melalui isu-isu “Indonesia harus berdiri di atas kaki al Qur’an dan hadis”. Negara ini harus didasarkan pada hukum Islam secara formal.

NII adalah satu di antara sekian gerakan radikal yang membawa isu-isu agama sebagai tameng. Entah ini kelanjutan dari NII masa dulu yang timbul karena ketaksepahaman tentang format negara sampai melakukan pemberontakan? Atau hanya kepentingan satu kelompok yang dengan hasrat politik dan kepentingan tertentu?

Terlepas dari semua itu, yang jelas kasus perekrutan kaum muda di Garut oleh NII dan doktrin negara adalah thagut merupakan ancaman serius. Ini bukan lagi bahaya laten, namun telah nyata-nyata sebagai ikrar penentangan dan upaya makar terhadap negara. Kita semua sebagai rakyat Indonesia, khususnya umat Islam sebagai mayoritas, harus tetap konsisten melanjutkan ijtihad para pendiri bangsa yang memilih Pancasila sebagai ideologi bangsa. Mempertahankan ijtihad mereka merupakan jihad mulia bagi umat Islam saat ini, terutama generasi muda muslim supaya tidak terjebak pada kesalahan NII masa lalu yang diulang masa kini.

Cukuplah kesalahan NII masa dulu itu sebagai pelajaran sejarah yang kelabu. Formalisasi ajaran Islam tidak penting dipaksakan di Indonesia karena Pancasila telah memuat nilai-nilai luhur agama Islam. Apalagi, kalau gerakan mengatasnamakan agama Islam itu hanya upaya-upaya politis kepentingan kelompok tertentu.

Yang paling penting untuk dilakukan oleh generasi muda muslim saat ini adalah partisipasi aktif membangun bangsa. Kalaupun berkeinginan menarik minat penganut agama lain masuk memeluk Islam bukan dengan cara-cara radikal. Tetapi, disampaikan dan ditampilkan dengan perilaku yang mencerminkan keagungan dan keluhuran agama Islam sebagai agama yang damai, pengayom dan kasih sayang untuk semua manusia.

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda