NII Crisis Center: Lampung Tak Hanya Rawan Pelaku Terorisme, Tetapi Jadi Sarang Radikalisme - HWMI.or.id

Saturday 13 November 2021

NII Crisis Center: Lampung Tak Hanya Rawan Pelaku Terorisme, Tetapi Jadi Sarang Radikalisme

NII Crisis Center: Lampung Tak Hanya Rawan Pelaku Terorisme, Tetapi Jadi Sarang Radikalisme

Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan menilai Lampung tidak hanya rawan dengan keberadaan pelaku terorisme, tetapi juga menjadi sarang radikalisme. Pernyataan itu untuk menanggapi pengungkapan kasus kotak amal pendanaan terorisme oleh kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di beberapa daerah di Lampung.

“Tidak hanya pelaku terorisme yang telah diungkap Densus 88, di Lampung juga banyak sekali organisasi yang menjurus ke radikalisme seperti NII, HTI, Ikhwanul Muslimin dan Khilafatul Muslimin,” ujar Ken Setiawan, Rabu (10/11/2021).

Menurut Ken, Densus 88 Antiteror di Lampung saat ini hanya berfokus kepada teroris tapi tidak melakukan tindakan sampai ke akar-akarnya yaitu organisasi-organisasi yang menjurus ke radikalisme tersebut.

“Memang mereka tidak melakukan aksi terorisme tapi dengan mengajarkan paham radikal seperti anti NKRI ini yang membahayakan dan akan di manfaatkan untuk melakukan aksi terorisme,” ujarnya.

Ken menjelaskan, TNI/Polri dalam hal ini hanya bisa mengawasi pergerakan kelompol radikal. Hal itu karena terbentur aturan ataupun undang-undang yang ada.

“Yang lebih bahaya lagi anak-anak muda, yang belum terlalu paham, sudah diajarkan paham radikal. Ini yang berpotensi menjadi terorisme nantinya. Organisasi yang seperti ini perlu diamankan,” katanya.

Ken menambahkan jika negara tidak segera mengambil tindakan dan tidak menganggap ini bahaya dan sebagai ancaman, diprediksi sepuluh tahun ke depan Indonesia bisa seperti Suriah dan Libya yang hancur karena pembiaran radikalisme atas nama agama.

Terkait kotak amal pendanaan terorisme, Ken menilai karena masyarakat Lampung memiliki jiwa sosial tinggi.

“Lampung merupakan miniatur Indonesia karena di Lampung banyak suku dan agama berkumpul menjadi satu sehingga menimbulkan kedekatan emosional yang tinggi. Kemudian untuk berbagi tidak tanggung-tanggung,”katanya.

Sumber: damailahindonesiaku.com

(Hwmi Online)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda