Bahaya Khowarij Melenial Dalam Kasus Pembacokan Kyai NU
Masyarakat Jawa Barat dihebohkan oleh kasus pembacokan Kyai Farid Ashr Pengasuh Pesantren dan Ketua Jatman (Jam'iyah Ahlu Thoriqoh Al-Muktabaroh Nahdlatul Ulama) Indramayu Jawa Barat, 8 Maret 2022. Pelaku berinisial SRN berasal dari daerah Gus Farid sendiri. Sebelum membacok Gus Farid, SRN membacok keluarga beliau hingga menyebabkan luka serius istri Gus Farid.
Gus Farid sendiri dibacok saat melakukan dzikir dan munajat kepada Allah di Musholla Pesantren beliau yang terletak di Desa Tegalmulya Kecamatan Krangkeng, Indramayu ini.
Dari hasil penyidikan diketahui bahwa motif pembacokan ini dilatar-belakangi kebencian SRN terhadap kebiasaan Gus Farid yang istiqomah dalam amaliyah dzikirnya. SRN menganggap dzikir ini menyalahi norma keagamaan yang dianutnya. Kedangkalan pemahaman keagamaan SRN menyebakan dia mudah menuduh orang lain menyimpang, bid'ah, kafir dan stigma lainnya. Disinilah pentingnya kita membuka kembali lembaran sejarah khowarij yang sangat berbahaya bagi umat Islam.
Bisakah menelisik ulang sejarah?
Tanggal 17 Romadlan 40 H, Jumat subuh, atas nama menegakkan hukum Allah dan menjaga syariat-Nya, salah satu sahabat utama Rosulullah, sepupu sekaligus menantunya, satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga, ahlu bait Rosul yang menjadi sebab turunnya ayat 'ahlu kitsa', sosok yang menurut Rosul adalah pintu dari gudang ilmu agama, dibunuh oleh seseorang yang bernama Abdurrahman bin Muljam.
Siapakah Abdurrahman bin Muljam?
Dia bukan orang kafir, Yahudi, Nasrani maupun Majusi dan lain-lain. Abdurrahman bin Muljam serang penghafal qur'an. Bacaannya fasih. Dan senantiasa mendorong yang lain untuk menjadi hafidz.
Dia bergelar al-Maqri' (ada yang membaca al-Muqri') karena keahliannya dalam baca-tulis al-Qur'an. Amirul Mukminien Umar bin Khottob mengutus Abdurrahman bin Muljam ke Mesir untuk mengajarkan penduduk Mesir belajar sekaligus menghafal al-Qur'an.
Bagaimana bisa penghafal al-Qur'an su'ul khotimah?
Rosulullah sudah memberikan sinyal dalam sabdanya :" Akan muncul suatu kaum dari umatku, yang ahli dalam membaca al-Qur'an. Bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Sholat kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Puasa kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka. Mereka membaca (dan menghafal) al-Qur'an dan mereka menyangka bahwa al-Qur'an itu hujjah bagi mereka, namun ternyata semua itu bencana bagi mereka. Bacaan al-Qur'an (qila sholat) tidak sampai melewati batas tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur keluar dari busurnya." (HR. Imam Muslim)
Dari golongan manakah Abdurrahman bin Muljam?
Abdurrahman bin Muljam merupakan pentolan kaum Khawarij yang terkonsolidasi pasca perang Shiffin.
Sebagaimana diketahui, perang Shiffin adalah peperangan yang terjadi antara kholifah Ali dengan Gubernur Syam Muawiyah bin Abi Sofyan. Peperangan ini berakhir dengan TAHKIM atau Arbitrase dimana kholifah Ali mengutus sahabat seneor yang zuhud dan sholeh Abu Musa al-Asy'ari sedangkan Muawiyah mengutus Amr bin al-Ash sebagai arbriter.
Khowarij adalah sekelompok orang yang memisahkan diri (khoroja) baik dari barisan kholifah Ali maupun gubernur Muawiyah karena kecewa dengan arbritase.
Bagi komplotan khowarij, secara sosial-politik, arbritase sangat tidak menguntungkan posisi mereka.
Namun alasan yang prinsip adalah alasan ideologi-keagamaan. Bagi khowarij arbritase adalah bid'ah dan cenderung bertentangan dengan ajaran agama, serta jauh dari hukum Allah.
Arbritase adalah praktik yang tidak berdasar dalil al-Qur'an. Tidak satupun ditemukan ayat al-Qur'an yang berbicara arbitrase (tahkim). Alasan berikutnya, praktik arbritase menyalahi sunnah Rosul. Tidak ditemukan sama sekali praktik arbritase dizaman Rosul. Jadi komplotan khowarij menyimpulkan bahwa arbritase tidak berdasar dalil al-Qur'an dan menyalahi sunnah Rosul. Produk hukumnya berarti bukan hukum yang bersumber dari syariat Allah.
Atas dasar argumen itulah komplotan khowarij menuduh kholifah Ali, gubernur Muawiyah dan sabahat-sahabat utama Rosul seperti Abu Musa al-Asy'ari, Salman Al-Farisi, Abu Dzar al-Ghifari dan lain-lain ahli bid'ah, menyelisihi sunnah dan syariat, bahkan dianggap keluar dari Islam (kafir). Oleh karena itu komplotan khowarij ini merancang pembunuhan terhadap sahabat Rosul yang dianggap aktor arbritase.
Bersepakatlah tiga tokoh komplotan khowarij, yaitu, Abdurrahman bin Muljam, Burak bin Abdullah, dan Ibnu Bakr At-Tamimi. Mereka berbagi tugas untuk membunuh Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, dan Amr bin al-Ash. Dari ketiganya, hanya kholifah Ali yang berhasil dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam pada tanggal 17 Romadlan 40 H. Di Masjid Kufah saat mau melaksanakan ibadah sholat subuh.
Komplotan khowarij ini terus berkembang menjadi sumber fitnah dan malapetaka umat sampai akhir zaman. Inipun sesuai dengan khobar nubuwah yang Rosul sampaikan didepan tokoh leluhur khowarij pasca perang Hunain, Dzul Khuwaisiroh :" Dari sulbi-sulbi mereka akan lahir generasi pemecah belah umat dan sumber fitnah hingga hari kiamat." (HR. Muslim)
Apa inti doktrin khowarij?
Komplotan ini sangat dangkal, leterlek, skriptual dan tekstual dalam memahami dalil. Wajar kalau Rosul menyebut mereka kaum yang bagus bacaan dan hafalan al-Qur'annya tapi tidak masuk kelubuk hatinya, hanya sampai ditenggorokannya.
Mereka juga mudah menghakimi orang lain kafir, ahli bid'ah, menyalahi sunnah Rosul, hanya karena pemahaman sempit mereka akan definisi dalil, karakterisktik ayat suci, juga macam-macan sunnah.
Bagi mereka, semua ayat al-Qur'an mesti muhkamat atau selalu bermuatan hukum an-sich. Padahal yang muhkamat tidak lebih dari 500 ayat dari keseluruhan ayat yang berjumlah 6000 lebih. Berarti 90 persen lebih ayat al-Qur'an harus digali, dibaca secara kontekstual, diistinbath agar bisa dipahami substansi dalilnya. Para ulama sudah memberikan arahan dan aturan untuk menggali substansi hukumnya dalam bentuk qiyas, ijma', maslahah mursalah, sad-dari'ah dan banyak perangkat keilmuan yang komplotan khawarij abaikan.
Belum lagi bicara sunnah Rosul yang terdiri dari qouliyah, fi'liyah, taqririyah, hammiyah yang kadang antar satu dengan yang lain terkesan kontradiksi bagi orang bodoh, tapi tidak bagi ahlinya. Kesalahan fatal komplotan khawarij saat mendestorsi sunnah Rosul hanya pada qouliyah (hadits) saja.
Dan yang ekstrim dari komplotan ini lahir gerakan teroris yang menghalakan darah sesama muslim.
Mereka kelompok yang selalu merasa paling benar, merasa paling nyunnah, merasa paling islami yang lain pengikut toghut. Seakan-akan kebenaran hanya milik mereka dan kelompoknya.
Apa yang harus kita cermati saat ini?
Kita harus waspada dengan personifikasi khowarij melenial. Jangan mudah terpesona dengan bacaan Qur'an, hafalannya sebab Rosul sudah mengingatkan kita. Jangan mudah terperdaya dengan gaya bicara dan penampilan mereka yang seakan-akan menjadi barometer kebenaran, merasa paling berpegang pada sunnah, merasa paling paham dalil, dan merasa paling syar'i. Sebab sahabat yang sudah dijamin masuk surgapun tidak lepas dari tuduhan anti syariat, tidak berhukum dengan hukum Allah, kafir, pelaku bid'ah sampai tingkat penghalalan darah sekelas kholifah Ali bin Abi Thalib.
Oleh: KH Khotimi Bahri
Penulis adalah Wakil Katib Syuriah PCNU Kota Bogor dan Pembina PC LBM-NU, lahir dan tumbuh dilingkungan NU, mengenyam pendidikan dasar dan menegah di PP Mathlabul Ulum Jambu Sumenep, TMI Al-Amien Prenduan Madura, TQN Kaduparasi Labuan, Raudlatul Hikam Cibinong, dan beberapa pesantren di Jabar. Menyelesaikan S-1 Aqidah Filsafat UIN Bandung dan Pascasarjana MPD-IPB Bogor.