Harusnya Membela Nabi Dengan Akhlak Mulia - HWMI.or.id

Tuesday 3 November 2020

Harusnya Membela Nabi Dengan Akhlak Mulia

 HARUSNYA MEMBELA NABI DENGAN AKHLAK MULIA.



Oleh: Abdulloh Faizin


Kata kunci "Kita harus ingkar dan marah dengan penghinaan kepada Nabi saw" namun jangan sekali kali mengamini penghalalan darah atau bahkan agitasi provokasi pemenggalan sesama manusia.


Penghinaan kepada Nabi adalah kebiadaban besar dan musuh besar kita bersama dan mengamini memprovokasi  pemenggalan adalah para begundal Agama yang mengotori ajaran suci sang Nabi dengan darah itu sendiri.


Membela dan mempertahankan kehormatan Rasulullah dari karikatur yang tak etis dan tak beradab adalah kewajiban bagi seorang muslim yang mengaku sebagai ummatnya.

Memboikot semua produk negeri penghinanya adalah hak yang niscaya agar penghina jera.



Namun tidak boleh liar dalam pembelaannya sehingga beringas kalap terkesan preman, barbar, baik dari sikap, lisan dan gerakannya. Sehingga terlihat kontradiksi interminis dari akhlaq dan telandan Rasulullah itu sendiri.

Seperti halnya mengamini pemenggalan dan pembunuhan manusia itu malah menjadi kebiadaban yang paling biadab karena menghalalkan darah sesama.


Kita pun boleh meluapkan kekecewaan serta ketidakterimaan namun dengan cara cerdas berakhlak, seperti para Ulama kita, sehingga tidak mencederai teladan baik Rasulullah itu sendiri. 


Ibarat cerita seekor monyet yang mencoba menyelamatkan tuannya yang ia cintai. Saat tuannya tidur sang monyet pun menjaganya. 

Ketika tiba-tiba ada seekor nyamuk hinggap dan menggigit hidung tuannya lalu ia sekonyong konyong tanpa pikir panjang mencari batu, kemudian batu itu langsung ditimpukkan ke nyamuk yang bertengger menggigit hidung tuannya dengan tujuan membunuh nyamuk.

Alih alih tujuan baik monyet membunuh nyamuk dan menyelamatkan tuannya dari gigitan nyamuk tersebut ! Malah, sang tuan jadi korbannya. berdarah dan terluka ! 


Sama halnya pembela-pembela yang tak menggunakan akal cerdas dalam membela yang dicintainya.

Paham sampai disini.?!


Lalu sang tuan bersedih melihat kebodohan monyetnya yang membahayakan dirinya sebagai tuan.


Sayyidina Ali RA, suatu ketika berkhutbah, tiba-tiba ada orang yang mencaci maki beliau. Lalu Sayyidina Husen, putra beliau, tidak terima, “Wahai ayahku Ali, mengapa engkau tidak membalas caci makinya? Mengapa engkau diam? Balas dia! Dia sudah keterlaluan memfitnah engkau!"


Kata Sayyidina Ali RA, “Wahai Husen, apakah kakek engkau, Nabi Muhammad saw, pernah mencaci maki dan melaknat? Apakah saya sebagai ayah mu pernah mencaci maki?",

“Tidak wahai ayah” Sahut Sayidina Husen.

"Lalu kamu ikut siapa?"


PP. AL Balagh Bulutigo Laren Laren Lamongan Jatim.


Lamongan 20


Dipost ulang oleh : CB.

(dengan beberapa penyesuaian ulang kata)



Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda