Cara Menipu Umat Ini Adalah Melakukan Framing Untuk Membangun Opini Dan Terus Membuat Provokasi - HWMI.or.id

Thursday 4 March 2021

Cara Menipu Umat Ini Adalah Melakukan Framing Untuk Membangun Opini Dan Terus Membuat Provokasi

 CARA MENIPU UMMAT INI ADALAH 



MELAKUKAN FRAMING UNTUK MEMBANGUN OPINI DAN TERUS MEMBUAT PROVOKASI

Misalnya soal isbal.. dibuatlah meme-meme dengan memotong sebuah hadits agar terbangun kesan haramnya isbal secara mutlak. Selain dipotong, juga dibuat terjemahan yg disesuaikan dengan hawa nafsunya. Lalu menakut nakuti dengan tipuan buatannya.


Maka hadits yg bicara sarung, diarahkan kepada celana. Hadits yg larangan sombong dengan kainnya, diarahkan kpd haram panjang kainnya. Dan lain lain perbuatan nista untuk menipu ummat.


Perhatikan hadits dlm meme, dan bandingkan drngan hadits aslinya:


 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ مِنْ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ


Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "KAIN SARUNG yang berada dibawah mata kaki, maka tempatnya adalah neraka." (HR bukhari 5758)


Kain sarung di bawah mata kaki ini pun maksudnya menyeretnya dengan untuk kesombongan, sebagaimana diterangkan Ibnu Umar:


عن عبدالله بن عمر:] قالَ: سَمِعْتُ رَسولَ اللهِ ﷺ بأُذُنَيَّ هاتَيْنِ يقولُ: مَن جَرَّ إزارَهُ لا يُرِيدُ بذلكَ إلّا المَخِيلَةَ، فإنَّ اللَّهَ لا يَنْظُرُ إلَيْهِ يَومَ القِيامَةِ.

مسلم (٢٦١ هـ)، صحيح مسلم ٢٠٨٥ 


Dari Ibnu 'Umar bahwa ia berkata; 'Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan kedua telinga ini, beliau bersabda:  "Barang siapa yang menyeret izarnya, DIA TIDAK MENGHENDAKI MELAKUKAN DEMIKIAN ITU KECUALI UNTUK KESOMBONGAN, Allah tidak akan melihat kepadanya pada hari kiamat kelak." 

[HR. MUSLIM]


Ibnu Abbas juga isbal tanpa bermaksud sombong:


رأيتُ ابنَ عباسٍ أيامَ مِنًى طويلَ الشعرِ عليه إزارٌ فيه بعضُ الإسبالِ وعليه رداءٌ أصفرُ


Dari abu Ishaq ia berkata: aku melihat ibnu abbas pada hari mina ia berambut panjang, mengenakan sarung yg menyentuh sebagian isbal (melewati mata kaki) dan ia memakai mantel kuning. (HR. Thabrani, AlHaitsami mengatakan isnadnya Hasan)


shahabat lain juga isbal di hadapan Nabi:


أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ علَيهِ وسلَّمَ صلَّى علَى جنازةٍ وفي روايةٍ : صلَّى الصُّبحَ فلمَّا انصرفَ قالَ : أَها هُنا من آلِ فلانٍ أحدٌ . فسكَت القومُ ، وكان إذا ابتدأَهُم بشيءٍ سكَتوا فقالَ ذلكَ مرارًا ثلاثا لا يجيبُهُ أحدٌ ، فقال رجلٌ : هوَ ذا ، قالَ فقامَ رجلٌ يَجرُّ إزارَه مِن مؤخَّرة النَّاسِ فقالَ لَه النَّبيُّ -صلَّى اللهُ علَيهِ وسلَّمَ: ما مَنعكَ في المرَّتينِ الأوَّلينِ أن تكونَ أجَبتَني . أما إنِّى لم أنوِّه باسمِك إلَّا لخيرٍ إنَّ فلانًا لرَجلٍ منهُم مأسورٌ بدَينِه عن الجنَّةِ ، فإن شئتُم فافدوهُ ، وإن شئتُم فأسلِموهُ إلى عذابِ اللَّهِ.

Dari Samurah bahwasannya Nabi shallallah alaihi wasallam melaksanakan sholat jenazah, dalam satu riwayat beliau sholat shubuh. Ketika selesai beliau bersabda: apakah di sini ada keluarga si fulan? Para sahabat diam, dan adalah kebiasaan mereka diam bila ditanya. Maka beliau memanggil berulang sampai tiga kali tak ada yang menjawab. Sampai seseorang berkata, dia ini (keluarganya)!. Ia berkata: maka berdirilah ia dari arah belakang dg MENYERET SARUNGNYA (ISBAL). Lalu Nabi bersabda: apa yg menghalangimu dari panggilan pertama tadi? Padahal aku tidak menyebut namamu keculai utk kebaikan. Seseungguhnya sifulan itu terhalang masuk syurga karena hutangnya, jika kamu mau bayarlah hutangnya. Atau biarkan ia mendapat adzab Allah. (HR. AlBaihaqi, Shahih atas syarat Bukhari muslim)


Nabi sendiri kadang pakai kain smalai betis, tapi kadang juga isbal:


عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنِي عِكْرِمَةُ

أَنَّهُ رَأَى ابْنَ عَبَّاسٍ يَأْتَزِرُ فَيَضَعُ حَاشِيَةَ إِزَارِهِ مِنْ مُقَدَّمِهِ عَلَى ظَهْرِ قَدَمَيْهِ وَيَرْفَعُ مِنْ مُؤَخَّرِهِ قُلْتُ لِمَ تَأْتَزِرُ هَذِهِ الْإِزْرَةَ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتَزِرُهَا


Dari Muhammad bin Abu Yahya ia berkata; telah menceritakan kepadaku Ikrimah Bahwasanya ia pernah melihat Ibnu Abbas mengenakan sarung, ia meletakkan ujung sarungnya pada punggung TELAPAK KAKI di arah depan dan meninggikan bagian belakang. Aku lalu bertanya, "Kenapa engkau memakai sarung seperti ini?" ia menjawab, "Adalah aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memakai sarung seperti ini. (HR. Abu Dawud, shahih)


bahkan kadang nabi juga pakai sampai di tanah:


عَنْ عِمْرَانَ بْنِ الْحُصَيْنِ قَالَ

سَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ثَلَاثِ رَكَعَاتٍ مِنْ الْعَصْرِ ثُمَّ قَامَ فَدَخَلَ الْحُجْرَةَ فَقَامَ الْخِرْبَاقُ رَجُلٌ بَسِيطُ الْيَدَيْنِ فَنَادَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقَصُرَتْ الصَّلَاةُ فَخَرَجَ مُغْضَبًا يَجُرُّ إِزَارَهُ فَسَأَلَ فَأُخْبِرَ فَصَلَّى تِلْكَ الرَّكْعَةَ الَّتِي كَانَ تَرَكَ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ


Dari Imran Ibnul Hushain ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah salam pada raka’at ketiga dalam shalat ashar, lalu beliau berdiri dan masuk kamar. Maka berdirilah Al Khirbaq, seorang laki-laki yang tangannya lebar, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah shalatnya diringkas?” beliau pun keluar dengan marah, beliau MENYERET kain sarungnya (isbal), kemudian bertanya tentang hal itu hingga beliau diberitahu tentang hal itu. Kemudian beliau melaksanakan raka’at yang tertinggal lalu salam, kemudian beliau sujud dua kali dan salam kembali. “ (H.R.Ibnu Majah)


Para Ulama salaf juga isbal tanpa bermaksud sombong:


حدثنا أبو بكر ، قال : حدثنا عيسى بن يونس ، عن الأوزاعي ، عن عمرو بن مهاجر ، قال : " كانت قمص عمر بن عبد العزيز وثيابه ما بين الكعب والشراك

Dari Amr bin Muhajir ia berkata, adalah jubah-jubah dan pakaian-pakaian Umar Bin abdul Aziz panjangnya antara mata kaki dan sampai tali sepatu (HR. Ibnu Syaibah)


قَالَ صَاحِبُ الْمُحِيطِ مِنْ الْحَنَفِيَّةِ وَرُوِيَ أَنَّ أَبَا حَنِيفَةَ رَحِمَهُ اللَّهُ ارْتَدَى بِرِدَاءٍ ثَمِينٍ قِيمَتُهُ أَرْبَعُمِائَةِ دِينَارٍ وَكَانَ يَجُرُّهُ عَلَى الْأَرْضِ فَقِيلَ لَهُ أَوَلَسْنَا نُهِينَا عَنْ هَذَا ؟ فَقَالَ إنَّمَا ذَلِكَ لِذَوِي الْخُيَلَاءِ وَلَسْنَا مِنْهُمْ “


Berkata pengarang Al Muhith dari kalangan Hanafiyah, dan diriwayatkan bahwa Abu Hanifah Rahimahullah memakai mantel mahal seharga empat ratus dinar, yang menjulur hingga sampai tanah. Maka ada yang berkata kepadanya: “Bukankah kita dilarang melakukan itu?” Abu Hanifah menjawab: “Sesungguhnya larangan itu hanyalah untuk yang berlaku sombong, sedangkan kita bukan golongan mereka.” (Imam Ibnu Muflih, Al Adab Asy Syar’iyyah, Juz. 4, Hal. 226. Mauqi’ Al Islam)

MASIH KURANG JELAS?

(Ahmad Badali)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda