Sangat Keliru Jika Membagi Tauhid menjadi 3 - HWMI.or.id

Sunday, 23 April 2023

Sangat Keliru Jika Membagi Tauhid menjadi 3

Akhir-akhir ini ajaran Aqidah Salafi W4h4b1 yang membagi Tauhid menjadi 3 bagian (Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa Sifat), semakin marak di Tanah Air. Banyak umat Islam Ahlussunnah Wal Jama´ah (ASWAJA) terpengaruh oleh ajaran itu.

Sebelum tahun 90-an pelajaran Aqidah Islam di sekolah-sekolah baik sekolah negeri maupun sekolah swasta mengajarkan Aqidah ASWAJA yang dikenal dengan Sifat 20 yang disusun oleh Ulama Tauhid ASWAJA yaitu Imam Abul Hasan Al Asy´ari (wafat 324H) dan Imam Abu Mansur Al Maturidi (wafat 333H). Aqidah ASWAJA dibawa oleh pendakwah-pendakwah dan ulama yang pertama datang ke Nusantara ini.

Dengan kelemah-lembutan dan kegigihan para pendakwah dan ulama itu Islam dapat diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas. Rasulullah shallallahu alaihi wa aalihi wassalam telah memberi isyarat membenarkan Aqidah ASWAJA Asy’ariyyah / Maturidiyah yang berfiqih dengan bermazhab dan mendidik akhlaq dengan bertasauf.

Umat Islam ASWAJA telah secara tidak sadar terpengaruh oleh ajaran 3 bagian Tauhid ini, disebabkan selain oleh gencarnya dakwah ajaran Salafi W4h4b1 ini yang disponsori oleh suatu negara Petrodollar, juga kelemahan umat Islam ASWAJA sendiri, karena kita kurang intensiv dan gencar mengajarkan Aqidah ASWAJA kepada generasi penerus kita.

Tulisan ini kami sampaikan untuk membantu menjelaskan kepada Umat Islam ASWAJA akan kekeliruan ajaran Salafi W4h4b1 dalam membagi Tauhid menjadi 3 itu, dengan dalil Qur'an dan Sunnah. 

Selain itu marilah kita memperdalam dan memperkuat kefahaman kita tentang Aqidah ASWAJA yang telah disampaikan oleh Ulama-Ulama ASWAJA dari zaman ke zaman, untuk kemudian kita sampaikan kepada generasi setelah kita.

Secara singkat, Kekeliruan utama mereka adalah disebabkan menolak Ilmu Mantiq (Logika), bahkan mereka menuduh bahwa ilmu ini berasal dari Yunani, sehingga mereka menolak ilmu Aqidah ASWAJA (Sifat 20). 

Ilmu Mantiq disusun agar umat Islam tidak keliru dalam berfikir atau keliru menggunakan akal seperti yang berlaku pada kepercayaan Yunani, sebagaimana ilmu Tajwid disusun agar umat Islam tidak keliru dalam membaca Al Qur’an.

Ilmu ini semua sudah ada dan diamalkan dari zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam, tetapi belum disusun sebab belum diperlukan. Tanpa ilmu Mantiq mengakibatkan keliru dalam berfikir atau menggunakan akal, sebagaimana tanpa ilmu Tajwid mengakibatkan keliru dalam membaca Al Qur’an. 

Keliru membaca Al Qur’an dapat membawa pada perubahan arti. Kekeliruan menggunakan akal berakibat keliru memahami Aqidah.

Berikut beberapa kekeliruan yang amat mendasar akibat keliru memahami Aqidah

1. Tidak dimasukannya Sifat Maha Pendidik dan Maha Pengasih dan Penyayang sebagai Sifat utama Rububiyah Allah dalam pembahasan Tauhid Rububiyah. Sedangkan arti Robb dan Rububiyah sangat erat dengan makna Pendidik dan Kasih Sayang. Ini menyebabkan hilang sensitifitas penganutnya terhadap Allah sebagai Robb dengan Sifat utama Rububiyah yaitu Yang Maha Pendidik dan Pemelihara serta Yang Maha Pengasih Dan Penyayang.

Sehingga pemahaman mereka sering jauh dari rahmat (kasih sayang) terhadap umat Islam lain, bahkan terhadap orang tua Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam. Mereka berani membuat tuduhan yang tidak patut kepada ayah dan ibunda Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi wassalam.

2. Dengan definisi Sifat Rububiyah yang tidak memasukan Sifat Maha Mendidik / Memelihara dan Sifat Rahmat (Kasih Sayang) sebagai Sifat Utama Rububiyah Allah, keluar pernyataan bahwa orang kafir mengakui Tauhid Rububiyah sebagaimana orang beriman. Pernyataan orang kafir mengakui Tauhid Rububiyah adalah mustahil. Karena Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah tidak dapat dipisahkan. 

Selain itu orang kafir berputus asa terhadap Sifat Utama Rububiyah yakni Rahmat Allah. Dalam Al Quran hanya ada pernyataan orang kafir mengakui adanya Allah tetapi bukan sebagai Robb bagi mereka. Bahkan Al Quran menyatakan bahwa orang kafir mengakui robb-robb selain Allah.

3. Dalam pembahasan Tauhid Asma Wa Sifat, metode pemahaman Asma dan Sifat Allah yang di satu sisi seolah-olah mempertahankan makna aslinya sedemikian rupa sehingga tidak mau bergeming dari mana zahirnya itu, sehingga menjerumuskan kepada pemahaman Mujassimah yaitu meyakini Allah mempunyai jism (sosok tubuh) misalnya menyifatkan Allah punya dua tangan, punya Wajah, punya kaki, Istawa alal arsy (bersemayam di atas arasy). Bahkan disebut dalam satu video bahwa Allah mempunyai sifat fisik.

Cara pemahaman seperti ini adalah melawan fitrah akal manusia, karena telah membahas dan memikirkan Dzat Allah secara tidak sadar. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam jelas melarang kita berfikir tentang Dzat Allah. 

Akibat membicarakan Ayat Mutasyabihat ini menyebabkan seorang Ustad bergelar doktor menjadi lupa atau tidak tahu lagi hal pokok agama, bahwa Arasy adalah makhluk Allah. Ketika ditanya apakah Arasy itu makhluk, beliau jawab tidak tahu, alasan beliau adalah Arasy adalah tempatnya Allah bersemayam dan larangan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam untuk berbicara di Dzat Allah.

Apakah menurutnya berbicara tentang Arasy sama dengan berbicara di Dzat Allah? Kita berlindung kepada Allah dari keyakinan seperti ini.

Tetapi dalam memahami Sifat Rububiyah dalam pembahasan Tauhid Rububiyah justru melanggar kaidah Tauhid Asma Wa Sifat yaitu menta´thil (menolak/membuang) makna zahirnya yaitu Maha Pendidik dan Pemelihara serta Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Sehingga terlihat jelas Anomali Tauhid Asma Wa Sifat yang memahami sifat Allah sesuai lafaz zahir Asma dan Sifat Allah, kecuali Nama Robb dan Sifat RububiyahNya, Sikap anomali mereka lagi adalah mengatakan ulama bukanlah maksum, namun anehnya mereka tidak amalkan perkataan mereka ini pada ulama mereka sendiri.

Mereka amat meyakini bahwa perkataan ulama mereka adalah pasti benar walaupun ulama mereka tidak maksum. Dan menganggap perkataan ulama lain yang berbeda dengan mereka adalah salah, karena ulama bukan maksum. Hal ini dibahas dalam Bagian penting Kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah susunan KH Hasyim Asy’ari yang tidak diterangkan oleh Ustad Adi Hidayat.

4. Keliru menggunakan akal membawa kepada kerancuan dan kekacauan dalam kaidah tauhid yang memisahkan syahadat kepada Allah SWT dari syahadat kepada Rasulullah SAW. 

Kekeliruan Aqidah membawa kepada kekeliruan dalam cara dakwah mereka yang mengajak umat Islam untuk kembali kepada Qur´an dan Sunnah yang justru menjauhkan umat Islam dari ulama yang mengajarkan Qur´an dan Sunnah. dan anomali sikap pengikutnya yang percaya sesuatu hal kepada ahlinya kecuali dalam hal agama.

Semoga Allah memperkuat Umat Islam ASWAJA di tanah air kita tercinta ini hingga akhir zaman.

Sumber : Peci Hitam

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda