Januari 01, 2024
Pergantian tahun baru dari tahun 2023 M menjadi tahun 2024 M baru saja kita beberapa saat lalu. Kira kira apa saja yang sudah terpikirkan oleh kita selain merencanakan acara kumpul-kumpul dengan teman-teman kita atau jalan-jalan ke tempat-tempat wisata bersama keluarga dalam menyambut tahun baru ini?
Sekalipun tahun baru ini bukanlah tahun baru islam tetapi sebagai warga bangsa aktifitas sehari-hari kita, banyak juga menggunakan tahun masehiyah ini. Sehingga tidak ada salahnya pula kalau kita juga menjadikan pergantian tahun baru ini sebagai salah satu Momentum perbaikan diri kita.
Menyambut tahun baru selalu menjadi momentum yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang namun sayang tidak sedikit yang lupa atau bahkan tidak tahu sama sekali harus bagaimana langkah yang tepat dalam menyambut datangnya tahun baru ini, sehingga jangan sampai momentum pergantian tahun baru hanya sekedar menjadi momentum tahunan untuk berpesta dan berekreasi saja, tidak lebih dari itu. Sedangkan hal yang pentingnya justru tidak tersentuh sama sekali, itulah sebabnya tahun baru demi tahun baru telah dilalui, namun sayang tidak kunjung menjadikan kita sebagai pribadi yang baru yang lebih baik.
menyambut tahun baru tentu saja bukan hanya sekedar bereforia atau sekedar jalan-jalan saja tetapi ada hal yang sangat penting dari pada hal itu, yaitu bagaimana kita memaknai pergantian tahun baru ini dengan sesuatu yang bermanfaat, tentunya untuk perbaikan kualitas hidup kita baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat kita.
Dalam memaknai pergantian tahun sehingga mampu menjadi momentum perubahan bagi kualitas pribadi kita tentu tidak terlepas dari memaknai tahun yang baru saja berlalu dan tahun baru yang baru saja datang. Memaknai tahun yang telah berlalu ini tentu saja dengan sikap introspeksi atau muhasabah, bagaimana kita melakukan flashback dalam hal menggunakan waktu hidup kita ditahun yang lalu ini. Sudahkah kita menggunakan waktu hidup kita ini untuk hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita? Atau justru banyak waktu yang terbuang sia-sia karena kita gunakan untuk hal-hal yang tak berguna?
Kalau kemudian kita temukan kenyataan bahwa waktu kita betul-betul kita gunakan untuk hal-hal yang positif dan produktif untuk kehidupan dunia atau akhirat kita maka beruntunglah kita, karena setiap detik dari hidup kita ini akan menjadi kebaikan bagi kita. Tetapi kalau kita menemukan kenyataan justru lebih banyak waktu hidup kita ini yang digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif atau bahkan malah yang negatif maka tentu merugilah kita.
Karena hal itu selain mencerminkan ketidaksyukuran kita atas nikmat hidup yang Allah berikan kepada kita juga membuktikan pula bahwa kita sebagai seorang pribadi suka menyia-nyiakan kesempatan baik yang telah Allah berikan kepada kita. Rasulullah Saw bersabda:
من حُسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
"Sesungguhnya diantara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat.'' (HR Tirmidzi).
Allah Swt mengingatkan akan hal ini sebagaimana yang dijelaskannya di dalam surat al Ashr;
وَٱلْعَصْرِ . إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا ٱلصَّٰلِحَٰات
Artinya : "Demi waktu, sesungguhnya Manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh.
Sedangkan memaknai tahun yang baru ini tentunya sikap yang paling tepat setelah kita menemukan ada banyak kekurangan di tahun kemarin adalah memperbaiki kekurangan-kekurangan itu dengan membuat satu komitmen dan rencana untuk perbaikan dan peningkatan kualitas hidup kita di tahun yang baru ini utamanya dalam hal menggunakan waktu hidup kita. Sehingga di tahun yang baru ini tidak lagi banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia.
Maka kalau perbuatan menyia-nyiakan waktu itu dikategorikan sebagai sebuah kesalahan karena mengandung unsur memubadzirkan waktu, sedangkan perbuatan mubazir adalah salah satu yang dilarang oleh Allah sebab itu perbuatan syetan.
لا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]
Maka tentu kita harus bertaubat dengan sesungguh-sungguhnya taubat dari kesalahan itu, yang menurut para ulama kriterianya tobat yang sungguh-sungguh itu paling tidak ada tiga unsur yaitu menghentikan kebiasaan buruk itu, menyesal dalam hati dan berkomitmen ke depannya untuk tidak akan melakukannya lagi di kemudian hari, yang dalam bahasa al Quran disebut dengan taubatan nasuha.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
Artinya :
"Hai orang orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha. (QS. attahrim ayat 8)
Dua hal inilah yang seharusnya kita lakukan di setiap menyambut momentum pergantian tahun baru, yaitu muhasabah di tahun yang lama dan azam (komitmen) yang baik di tahun yang baru, agar momentum pergantian tahun baru ini betul-betul dapat membawa perubahan terhadap kualitas pribadi kita menjadi semakin baik, pribadi yang betul betul setiap detik kehidupannya menjadi sesuatu yang positif dan produktif sehingga tahun ini lebih baik dari tahun kemarin dan tahun yang akan datang lebih baik lagi dari tahun yang sekarang.
Bahkan Rasulullah Saw menganjurkan introspeksi dan perbaikan diri semacam itu dilakukan dalam durasi waktu yang lebih singkat yaitu setiap hari seperti yang tersirat dalam hadits berikut ini :
من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم)
“Barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin dialah tergolong orang yang beruntung, Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka." (HR. Al Hakim)
Dengan durasi waktu yang dimuhasabah lebih singkat ini, tentu kita dapat mendeteksi secara dini kekhilafan yang terlanjur kita lakukan, sehingga dapat mengantisipasi adanya kesalahan yang kronis dalam waktu yang lama dikarenakan ada keterlambatan mendeteksinya dan tentu kesalahan yang belum kronis untuk perbaikannya pun bisa lebih mudah.
Penulis: KH. Agan Sugandi Al-Anshori, S.Pd.l